Teknik analisis data Analytical Hierarchy Process AHP
Menentukan nilai terkecil K dan nilai terbesar B pada setiap faktor yang dianalisis. Penetapan ini untuk memperoleh batasan kriteria ukuran
batasan untuk setiap kriteria. Menetapkan batasan ukuran kriteria digunakan rumus sebagai berikut :
dimana: Bu = Batasan Ukuran
n = jumlah sampel m = jumlah jawaban per item
Ukuran setiap kriteria ditetapkan dengan cara sebagai berikut : Batasan Kriteria
Penerapan Strategi Lembaga
Sipil Tunggal LST Kriteria utk Tingkat
Kepentingan faktor Strategi LST
K
....
K+Bu Sangat Buruk
Sangat Tidak Berguna K + Bu + 1
....
K + 2Bu Buruk
Tidak Berguna K + 2Bu + 1
....
K + 3Bu Biasa
Biasa K + 3Bu + 1
....
K + 4Bu Baik
Berguna K + 4Bu + 1
....
B Sangat Baik
Sangat Berguna
2 Menentukan Faktor Prioritas Berbagai pendapat yang diberikan responden akan dianalisa dengan
menggunakan penilaian komparasi berpasangan untuk menentukan faktor prioritas.
Proses penyusunan tingkat prioritas dilakukan melalui data primer yang didapatkan langsung dari objek penelitian dan data sekunder yang didapatkan dari
studi pustaka data yang dianalisis diberikan tingkatan struktur sumber data atas sasaran utama yang akan dicapai Fokus, kegunaan penelitian untuk maksud yang
ditetapkan Tujuan, kendala mampu peluang yang dihadapi di objek penelitan Faktor, pelaku yang berperan sesuai dengan tujuan penelitian Aktor yang
nm-1 m
Bu =
selanjutnya akan diolah untuk mendapatkan alternatif pengembangan yang konsisten dengan pendapat para responden.
Struktur tingkatan pengelompokan data digambarkan seperti Gambar 10.
Gambar 10. Proses pengolahan data metode AHP 3 Matriks Individu
Penilaian pendapat individu berasal dari hasil komparasi berpasangan tiap elemen terhadap elemen lainnya akan membentuk matriks A. Misalkan
apabila Ci dibandingkan dengan Cj, maka aij merupakan nilai matriks pendapat hasil komparasi yang mencerminkan nilai tingkat kepentingan Ci
terhadap Cj 4 Matriks Gabungan
Matriks pendapatanjungabungan merupakan susunan matriks baru yang elemen-elemennya berasal dari rata-rata geometrik elemen matrik pendapat
individu yang rasio konsistennya CR memenuhi syarat. Formulasi rata-rata tersebut adalah :
Sasaran utama yang akan dicapai
Kendala maupun peluang yang dihadapi
Pelaku yang berperan sesuai tujuan penelitian
Maksud dan tujuan Kegunanaan penelitian
Fokus
Faktor
Tujuan Aktor
Alternatif pengembangan
Dimana : n
Gij aij k
k m
= jumlah responden = elemen matrik pendapatanjungabungan pada baris
ke-1 dan kolom ke-j = elemen matriks pendapat individu pada baris ke-1
dan kolom ke-j untuk matrik pendapat individu dengan CR yang memenuhi persyaratan ke-k
= 1,2,… m = jumlah matrik pendapat individu dengan CR yang
memenuhi persyaratan 5 Pengolahan Horisontal
Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen-elemen keputusan pada setiap tingakat hierarki keputusan tahapan perhitungan yang
dilakukan pada pengolahan data tersebut, menggunakan formula sebagai berikut :
1 Perkalian baris dengan rumus :
2 Perhitungan vector prioritas dengan rumus
3 Penghitungan nilai Eigen maksimum λ max dengan rumus
m
Gij
=
∏ aij k
k= 1
m
VEi Vektor eigen =
∏ aij k
k= 1
VPi Vektor Prioritas
=
m
∑
VE
i=1
VEi
n n
VA Vektor antara = aij x VP dengan VA = VAi VB Vektor eigen = dengan VB = VBi
n
∑
λ max nilai eigen maks =
i =1
untuk i= 1,2, … ,n
VA VB
VB
n
4 Perhitungan indeks konsistensi CI dengan rumus :
5 Perhitungan indeks konsistensi CI dengan rumus :
Random Indeks dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory dan matriks berorde 1-15 dengan menggunakan sample berukuran 100. Tabel RI Saaty, 1980
dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Indeks Acak RI matriks 1-15 dengan sample 100 Saaty, 1980
Nilai rasio konsistensi CR 0.1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan dalam jawaban
responden. 6 Revisi Pendapat
Revisi pendapat dilakukan apabila rasio konsistensi CR pendapat tidak konsisten atau CR 0.1, revisi pendapat dilakukan dengan mencari
deviasi maksimal dan barisan aij dan WiWj dengan merevisi baris yang mempunyai nilai besar.
N RI N RI N RI 1 0.00 6 1.24 11 1.51
2 0.00 7 1.32 12 1.48 3 0.58 8 1.41 13 1.56
4 0.90 9 1.45 14 1.57 5 1.12 10 2.49 15 1.59
CR Ratio Consistency
=
Dimana : RI = Indeks Acak Random Indeks
CI RI
CI Index Consistency
=
λ max - n n - 1
n
I maks
= ∑
j=1
aij – WiWj
7 Pengolahan vertikal Pengolahan vertical digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap
elemen terhadap sasaran utama. Apabila Cij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-1 terhadap sasaran utama.
Dimana i
j k
= 1,2,…,p = 1,2,…,r
= 1,2,…,s = nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-1
terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya i-t dari hasil pengolahan horizontal.
= nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke-i- 1 terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil
pengolahan vertical = jumlah tingkat hierarki keputusan
= jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i-1
Jika dalam hierarki terdapat 2 faktor yang tidak berhubungan keduanya tidak saling berpengaruh, maka nilai prioritas sama dengan nol. Vektor
prioritas vertical untuk tingkat ke-1 CV didefiniskan sebagai :
CV = Cvij untuk j = 1,2,…,s
3.4.2.4 Sistem utama hirarki proses
Berdasarkan struktur tingkatan pengelompokkan sumber data terdiri atas Fokus, Faktor, Aktor dan Tujuan dan menemukan alternatif strategi, maka dapat
disusun sistem utama AHP yang melibatkan seluruh elemen yang terlibat di objek penelitian seperti pada Gambar 11.
n
Cvij
= ∑
j=1
Chij t, i – 1 x Vwt q - 1
FAKTOR FOKUS
ALTERNATIF STRATEGI
STRATEGI 1 STRATEGI 2
STRATEGI 3 STRATEGI 4
STRATEGI 5
Pengusaha maritimPelindo
Masyarakat maritim
LSM Akademisi
Regulasi Pemerintah
Kapal Aparat Negara
Pengembangan Fungsi dan Tugas
Kapal Aparat di Laut
Pelanggaran dokumen.kpl dan
muatannya KKN dan
Pungli Pengrusakan h.bakau
T.karang Aksi teroris ,pencurian ,
sabotase kec.laut Bencana alam ,
rob dan lain-lain Penyelundupan
Terjaminnya Keamanan Usaha
maritim Kesejahteraan
masyarakat maritim
Lancarnya perdaganganintern
nasional Keselamatan
Jiwa dan material Kelestarian
lingkungan Berkembangnya
Ekonomi Kelautan
Gambar 11. Sistem utama hirarki proses
AKTOR
TUJUAN
4 HASIL PENELITIAN
4.1 Efektivitas dan Efisiensi Fungsi Kapal dan Tugas Aparat Negara di laut
Perairan Pelabuhan Tanjung Emas
Lembaga atau institusi yang terlibat dalam pengelolaan ekonomi dan sumber daya kelautan di perairan Pelabuhan Tanjung Emas dapat dikelompokkan
menjadi tiga kategori, yaitu: 1 unsur instansi pemerintahan, 2 unsur instansi penyelenggara fasilitas pelabuhan, dan 3 unsur organisasi asosiasi dan
perusahaan pengguna jasa. Fungsi dan tugas masing-masing unsur tersebut
sebagai berikut:
1 Unsur Instansi Pemerintahan : 1 Kantor Administrator Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
Menyelenggarakan pemberian pelayanan keselamatan pelayaran di daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan`pelabuhan
untuk kelancaran angkutan laut. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, kantor administrasi pelabuhan ditetapkan sebagai pemegang
fungsi koordinasi dan wewenang untuk mengkoordinasikan kegiatan instansi pemerintah yang terkait dan BUMN Pelabuhan guna menjamin
kelancaran tugas operasional pelabuhan serta menyelesaikan masalah- masalah yang dapat mengganggu kegiatan operasional pelabuhan.
Dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi dengan kapal negara dan senjata api
2 Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tanjung Emas Semarang Melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan tentang pembinaan,
pengaturan dan pengawasan atas lalu lintas barang melalui pelabuhan
dalam rangka pengamanan keuangan negara. Dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi dengan kapal negara dan senjata api.
3 Kantor Imigrasi kelas I Semarang Melaksanakan fungsi pemerintahan tentang pembinaan, pengaturan dan
pengawasan atas lalu lintas orang asing melalui pelabuhan. Instansi ini juga bila diperlukan dapat dilengkapi kapal negara.
4 Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas II Semarang Melaksanakan fungsi pemerintahan tentang pembinaan, pengaturan dan
pengawasan atas terselenggaranya kesehatan di pelabuhan, baik di darat maupun di atas kapal guna penularan penyakit.
5 Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan kelas I Tanjung Emas Semarang
Melaksanakan fungsi pemerintahan tentang pembinaan, pengaturan dan pengawasan lalu lintas hewan, ikan dan tumbuhan serta pengamanan
terhadap tumbuhan flora dan satwa fauna langka. 6 Balai Pengendali Peredaran Hasil Hutan wilayah Semarang
Melaksanakan fungsi pemerintahan tentang pengaturan, pengawasan dan pengendalian lalu lintas hasil hutan kayu dan non kayu yang
masuk dari luar Pulau Jawa impor danatau antar area dalam wilayah Indonesia serta yang keluar dari Pulau Jawa ekspor danatau antar
area dalam wilayah Republik Indonesia yang melalui Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
7 Distrik Navigasi kelas III Semarang Melaksanakan fungsi pemerintahan tentang penyediaan, pengawasan,
pemeliharaan dan perawatan sarana bantu navigasi pelayaran SBNP di daerah lingkungan kerja pelabuhan DLKR dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan DLKP guna menjamin keselamatan pelayaran. Dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi dengan kapal bantu navigasi.
8 Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Tengah Dalam melaksanakan tugasnya di perairan Pelabuhan Tanjung Emas
belum dilengkapi kapal pengawas ikan 9 Balai Besar Penelitian Penangkapan Ikan BBPPI DKP
Dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi dengan kapal survei dan kapal latih penelitian
10 Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan KPPP Tanjung Emas Menangani keamanan dan ketertiban umum di dalam daerah
lingkungan kerja pelabuhan. Secara teknis operasional, KPPP berada dibawah wewenang dan koordinasi kantor administrator pelabuhan,
namun secara administrasi berada di bawah Polresta Semarang Timur. Dalam melaksanakan tugasnya di perairan kolam Pelabuhan Tanjung
Emas belum dilengkapi speed boat maupun perahu karet. 11 Direktorat Kepolisian Air Kepolisian Daerah Jawa Tengah
Ditpolair adalah unsur pelaksana utama Polisi Derah Polda yang berada dibawah Kapolda yang bertugas menyelenggarakan fungsi
kepolisian perairan mencakup patroli termasuk penanganan pertama terhadap tindak pidana dan pencarian serta penyelematan kecelakaan di
wilayah perairan, dan pembinaan masyarakat pantaiperairan serta pembinaan fungsi kepolisian perairan dalam lingkungan Polda Jateng.
Dalam melaksanakan tugasnya Ditpolair menyelenggarakan fungsi : 1. Pembinaan fungsi kepolisian perairan dalam lingkungan Polda
Jateng. 2. Penyelenggaraan pemeliharaan dan perbaikan fasilitassarana kapal
dalam lingkungan Polda Jateng. 3. Penyelenggaraan patroli, termasuk penegakan hukum di wilayah
perairan dan pembinaan masyarakat pantai. 4. Penyelenggaraan bantuan pencarian dan penyelamatan kecelakaan
SAR di lautperairan. Dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi kapal patroli polisi.
12 Pangkalan Angkatan Laut Semarang Melaksanakan tugas pertahanan, menegakkan hukum dan menjaga
keamanan di wilayah perairan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi dengan kapal perang KRI
dan KAL. 13 Kejaksaan Negeri Cabang Pelabuhan Tanjung Emas
Sebagai instansi yang melaksanakan penyidikan dan penuntutan kepada para pelanggar hukum di laut dan mengajukan perkara ke pengadilan.
2 Unsur Instansi Penyelenggara Fasilitas Pelabuhan 1 PT. Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Emas Semarang.
Melaksanakan tugas dan penyediaan jasa pelabuhan dalam rangka menunjang kelancaran arus kapal, penumpang, barang dan hewan.
2 Terminal Peti Kemas Semarang. Melaksanakan tugas pemberian pelayanan jasa handling peti kemas
3 Unsur Organisasi Asosiasi dan Perusahaan Pengguna Jasa. 1 Unsur Organisasi Asosiasi, terdiri dari :
• DPC INSA Semarang, yaitu Dewan Pimpinan Cabang organisasi yang beranggotakan para pemilik perusahaan pelayaran nasional di
Semarang yang mempunyai tugas dan misi memperjuangkan aspirasi dan kepentingan ekonomi bagi anggotanya.
• DPC Pelayaran Rakyat Semarang, yaitu Dewan Pimpinan Cabang organisasi yang beranggotakan para pemilik perusahaan pelayaran
rakyat di Semarang yang mempunyai tugas dan misi menghimpun aspirasi dan perjuangan kepentingan ekonomi bagi anggotanya.
• DPC Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia Semarang, yaitu Dewan Pimpinan Cabang organisasi yang beranggotakan para
pemilik perusahaan bongkar muat di Semarang yang mempunyai tugas dan misi menghimpun aspirasi dan perjuangan kepentingan
ekonomi bagi anggotanya. • GAFEKSIINFA, yaitu organisasi yang beranggotakan para pemilik
perusahaan ekpedisi muatan kapal laut EMKL dan freight forwarding
Jasa Pengurusan Transportasi, yang mempunyai tugas dan misi menghimpun aspirasi dan memperjuangkan kepentingan
ekonomi anggotanya • DPC Khusus ORGANDA Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, yaitu
Dewan Pimpinan Cabang organisasi yang beranggotakan para
pemilik perusahaan angkutan trailertruck yang melakukan kegiatan operasional di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan bertugas
mengakomodir aspirasi dan memperjuangkan kepentingan ekonomi para anggotanya.
• Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM, yaitu koperasi yang berusaha dan bertugas menyediakan sejumlah tenaga kerja sesuai
permintaan perusahaan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dalam rangka melakukan kegiatan bongkar muat
barangpeti kemas. 2 Unsur Perusahaan Pengguna Jasa Pelabuhan terdiri dari :
• Perusahaan pelayaran. • Perusahaan pelayaran rakyat.
• Perusahaan bongkar muat. • Perusahaan EMKL
• Perusahaan jasa pengurusan transportasi. • Perusahaan angkutan trailertruck
Pada hakekatnya penegakan hukum di laut pada masa 30 tahun terakhir ini tidak dapat ditangani oleh satu instansi saja, karena negara membuat Undang-
Undang untuk memberikan mandat kepada beberapa instansi pemerintah. Lembaga yang mempunyai fungsi dan berwenang penegakan hukum di laut dapat
dimatrikulasi pada Tabel 12.
Tabel 12. Aspek legal kewenangan lembaga penegak hukum di perairan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
LANAL SMG
DITPOL AIR POLDA
JATENG PPNS
BEA CUKAI TG EMAS
ADPEL TG EMAS
SMG PPNS
DKP JATENG
PPNS IMIGRASI
KLS I SMG KARANTINA
HEWANTUM KLS I SMG
PPNS HUTAN
WIL SMG KES KLS II
SMG PPNS
DIKNAS SMG
PPNS BAPELDA
PPNS PARSENI
BUD SMG PPNS
PEMDA SMG
BASARNASDA TIPE B
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 14
1 TZMKO 1939 PASAL 14
PEROMPAKAN LAIN-LAIN 2
5 1983 ZEEI
3 31 2004
PERIKANAN 4
5 1992 BENDA CAGAR BUDAYA
5 9 1992
IMIGRASI 6
21 1992 PELAYARAN
7 5 1990
KSDA 8
10 1995 KEPABEANAN 11 1995 CUKAI
9 6 1996
PERAIRAN 10
23 1997 LINGKUNGAN HIDUP
11 41 1999
KEHUTANAN 12
16 1992 KARANTINA
13 32 2004
OTDA 14
PP No 12 2000
:
menunjukkan dasar UU yang dipakai dalam melaksanakan tugas oleh 14 instansi
82
INSTANSI UNDANG-UNDANG
Tabel 12 tesebut menggambarkan bahwa negara dalam menyelenggarakan penegakan hukum di laut menganut sistem multi institusi dengan multi fungsi
yang dalam pelaksanaannya di lapangan dapat merugikan penegakan hukum karena tidak efktif dan efisiensi di laut.
• Biaya pembangunan kapal patroli oleh masing-masing institusi menyedot anggaran belanja dan pendapatan negara.
• Biaya operasional penegakan hukum di laut oleh multi instansi tidak efektif.