Ekonomi Kelautan Pengembangan fungsi kapal dan tugas aparat negara di laut dalam rangka penegakan hukum SAR di perairan Indonesia

satu hasil dari pengolahan dari sumber daya laut yang banyak dikelola oleh masyarakat maritim nasional maupun internasional. Menurut Ariadno 2005, populasi ikan yang semula diyakini tidak terbatas saat ini mulai dirasakan akan terancam dengan semakin canggihnya armada dan alat penangkapan ikan. Monintja 2005, mengatakan untuk mencegah, menghambat, dan menghapuskan kegiatan penangkapan ikan yang melanggar hukum telah ada rencana aksi internasional yaitu program yang disusun dan berasal dari CCRF yang bertujuan untuk keberlanjutan perikanan dan kepedulian terhadap isu penangkapan ikan ilegal. Adrianto 2005, mengatakan bahwa perikanan sebagai sebuah sistem yang memiliki peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, kesempatan kerja, rekreasi, perdagangan dan kesejahteraan ekonomi bagi sebagian penduduk Indonesia membutuhkan pengelolaan yang mencakup berbagai komponen. Salah satu adalah bagaimana pendistribusiannya agar dapat sampai pada konsumen, maka diperlukan transportasi dan pelabuhan bongkar muat. Kegiatan ekonomi kelautan yang sifatnya perpindahan barang dan jasa dari daerah A ke daerah B atau sebaliknya melalui perairan yang mengakibatkan terjadinya transaksi antara daerah A dan daerah B atau pertukaran dalam bentuk barang dan jasa, Surplus barang dan jasa X di daerah A akan menjadi kebutuhan di daerah B, sebaliknya surplus barang dan jasa Y di daerah B akan menjadi kebutuhan didaerah A Kamaludin, 2005. Sistem pengangkutan barang dan jasa lewat laut akan membutuhkan transportasi laut sebagai sarana pengangkutan yang kegiatannya dititik beratkan di area pelabuhan, disinilah peranan dan fungsi pelabuhan laut sangat terkait dengan tingkat pertumbuhan ekonomi kelautan. Fungsi pelabuhan laut yang komprehensif akan menunjang aktivitas ekonomi kelautan lainnya, yang pada gilirannya akan mengurangi biaya transaksi sehingga menyebabkan pelabuhan lebih efisien dan memberikan manfaat ekonomi yang tinggi Adisasmita, 2006. Fungsi ekonomi pelabuhan laut juga tidak terbatas pada wilayah pantai dan laut, tetapi juga pada skala regional secara menyeluruh baik pada tingkat rural maupun urban. Hal ini karena pelabuhan bukan saja melayani jasa transportasi, melainkan lebih dari itu menyediakan lapangan pekerjaan, pusat perdagangan, rekreasi, dok service, dan sederet aktivitas turunan yang dihasilkan dari satu kegiatan ke kegiatan ekonomi lainnya Fauzi, 2005 Faktor-faktor yang mempengaruhi efek pengganda positif pelabuhan terhadap ekonomi kelautan: 1 Efisiensi dan Produktivitas Salah satu kunci keberhasilan ekonomi kelautan adalah dengan cara efisiensi dengan meningkatkan kapasitas volume muat angkutan dengan menekan biaya muat dan angkut per m³ sehingga energi akan lebih banyak digunakan untuk memenuhi permintaan jasa pelabuhan. 2 Aspek lingkungan Pembangunan pelabuhan dan aktivitas pelabuhan yang berupa reklamasi pantai dan jalur transportasi laut sangat berdampak pada rusaknya ekosistem padang lamun terumbu karang, hilangnya ekosistem itu dalam jangka panjang bisa berakibat cukup serius bagi kehidupan masyarakat yang bergantung pada sektor ekonomi kelautan lainnya seperti perikanan dan budi daya laut yang bersifat irrevisible tidak dapat diperbaharui 3 Aspek sosial dan kelembagaan Salah satu dampak yang mendasar dari berfungsinya pelabuhan adalah terjadinya perubahan sosial dan kelembagaan di wilayah pesisir dan sekitarnya. 4 Aspek pertumbuhan atau permintaan terhadap jasa pelabuhan. Hal tersebut sangat dirasakan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kawasan pariwisata, kawasan industri dan lain-lain. Peningkatan terhadap permintaan fungsi pelabuhan hanya bias dilakukan melalui iklim ekonomi mikro da makro yang sehat. Instrumen ekonomi hendaknya dibuat atraktif dan iklim investasi harus dibarengi dengan stabilitas politik dan keamanan. Pelabuhan melayani transaksi multi miliaran dolar, dengan transaksi sebesar itu maka resiko sekecil apapun harus diperhitungkan karena kerugian yang ditimbulkan oleh resiko dan ketidakpastian sangat besar dan bisa menurunkan kapasitas muatan angkut terhadap jasa pelabuhan dimasa mendatang. Besarnya pelayanan transaksi multi miliaran dolar pada ekonomi kelautan yang bergerak disekitar perairan dan pelabuhan diperlukan manajemen pengelolaan yang membutuhkan pengawasan, pengamanan, penyelamatan, dan law enforcement yang terintegrasi dalam satu sistem yang terpadu.

2.12 Geografi Perairan dan Pelabuhan Tanjung Emas

Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sebagaimana tertuang dalam Keputusan bersama Menteri Perdagangan, Menteri Perhubungan, dan Menteri Keuangan Nomor: 885 KPB VII 1985 ; Nomor: KM.139HK.205Phb-85 dan Nomor: 677KMK.051985, ditetapkan sebagai salah satu perdagangan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri. Wilayah daratan dan perairan Tanjung Emas mempunyai posisi yang strategis bagi Provinsi Jawa Tengah untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan perekonomian yang potensial dalam sektor perikanan tangkap, budi daya tambak, pariwisata, jasa dan fasilitas pelabuhan, Industri Perkapalan, transportasi laut dan industri pengolahan hasil laut, yang terletak antara 110 18’ 22” BT sd 110 29’ 50” BT dan 06 48’ 00 LS sd 07 00’00” LS, batas-batas tersebut sesuai pada Gambar 6 perairan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan sekitarnya. Pada Gambar 7 kolam Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sendiri terletak di Pantai Utara Jawa Tengah pada posisi : - Lintang 06 53’ 00’’ sd 06 57’ 00’’S - Bujur 110 24’ 00’’ sd 110 26’ 02’’ T Keadaan pantai dan perairan sekitar Pelabuhan Tanjung Emas merupakan dataran rendah yang berrawa-rawa dengan kondisi sebagai berikut : 1 Keadaan dasar laut lumpur 2 Kedalaman : Terdangkal 3,5 m L,W,S; Terdalam 10 m L,W,S 3 Menara suar Light House: C 4 20 det. 33 m 16 M ; Posisi : 06 57’ 15’’S 110 25’ 03’’T 4 Suar penuntun Leading Light : C 3 det 16 m 11 M ; Posisi 06 57’ 33’’S 110 25’ 23’’T 5 Suar Ujung DAM Break Water, Bagian Barat : C.HJ 10 det 8 m 6 M ; Bagian Timur C.M 10 det. 8 m. 6 M 6 Sesuai situasi yang digambarkan Peta Laut Indonesia No.91