kombinasi antara tinggi badan dengan umur membentuk tinggi badan menurut umur TBU dan kombinasi antara berat badan dengan tinggi badan
membentuk indikator berat badan menurut tinggi badan BBTB Soekirman,1999.
C. Anak Usia Sekolah
Anak Usia Sekolah AUS adalah anak yang berusia 6 – 12 tahun. Menurut Hurlock 1994, masa ini sebagai akhir masa kanak-kanak late
childhood yang berlangsung dari usia enam tahun sampai tibanya anak
menjadi matang secara seksual, yaitu 13 tahun bagi perempuan dan 14 tahun bagi laki-laki, namun secara umum anak usia sekolah adalah anak yang
masuk sekolah dasar SD. Anak SD dibagi atas dua bagian, yaitu kelas rendah yang berumur 6 - 9 tahun dan kelas tinggi yang berumur 10 - 12
tahun. Kebutuhan energi AUS lebih besar karena mereka banyak melakukan
aktivitas fisik, misalnya olah raga, bermain atau membantu orang tua. Kecukupan energi pada usia ini adalah 80 - 90 kkalkg BBhari dan kecukupan
proteinnya adalah 1 gramkg BBhari Judarwanto, 2004. Kebutuhan energi borongan umur 10 - 12 tahun lebih besar dari pada
golongan umur 7 - 9 tahunan, hal ini dikarenakan pertumbuhan mereka lebih cepat, terutama penambahan berat badan. Mulai umur 10 - 12 tahun,
kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik, sehingga memerlukan energi yang
lebih banyak dari anak perempuan As’ad, 2002. AUS biasanya mempunyai banyak perhatian dan aktivitas di luar rumah,
sehingga sering melupakan waktu makan. Nafsu makan AUS umumnya lebih baik daripada golongan anak kecil. Makan pagi sarapan perlu diperhatikan
supaya anak mudah menerima pelajaaran As’ad, 2002. Menurut Judarwanto 2004, saat sarapan pagi anak harus terpenuhi sebanyak seperempat
kebutuhan kalorinya sehari, yaitu sekitar 300 kkal.
Selama tahap anak sekolah dan remaja, pada umumnya kebiasaan makan anak telah terbina. Kebutuhan zat gizi melonjak pada masa pubertas. Pada
anak wanita, pubertas mungkin terjadi pada akhir bersekolah SD atau pada awal Sekolah Menengah Pertama SMP. Pada tahap ini mereka mendapat
kesempatan yang lebih banyak lagi untuk berpetualang dengan makanan Samsudin, 1993.
D. Belajar
Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya - upaya yang dilakukan seseorang.
Belajar merupakan hal sangat mendasar bagi manusia dan merupakan proses yang berkesinambungan yang mengubah seseorang dalam berbagai cara
Suparno, 2001. Masalah belajar di masa anak-anak merupakan hal yang sering dihadapi
orang tua dan guru. Keluhan-keluhan yang sering kita dengar adalah anak sukar menangkap pelajaran, cepat lupa bila diajarkan sesuatu, tidak dapat
konsentrasi, tidak mengerti huruf, kesukaran dalam membaca, menulis dan berhitung, tidak ada gairah belajar dan sebagainya Prasetyo, 1993.
Menurut Suparno 2001, cara belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berasal dari
dalam diri individu antara lain kesukaran mencerna pelajaran, kehilangan gairah belajar, disiplin diri dalam belajar, tidak bisa konsentrasi, ketekunan,
konsep rendah diri dan gangguan emosi. Faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu antara lain faktor sosial ekonomi, keadaaan guru, tugas -
tugas non akademik, dukungan dari orang sekitar dan masyarakat, keadaan lembaga belajar.
Kemampuan anak untuk belajar dipengaruhi oleh asupan gizi dan status gizi mereka. Apabila merasa lapar mereka akan mengalami kesulitan belajar,
menurunnya kemampuan anak dalam merespon lingkungan, kesulitan konsentrasi dalam menangkap informasi Miller et al, 1998.
E. Prestasi Belajar