Pengujian Validitas Kuisioner Penyusunan dan Pengujian Kuisioner 1.

Pengujian kuisioner dilakukan terlebih dahulu sebelum penelitian. Pengujian ini meliputi pre – test, uji validitas dan uji reliabilitas kuisioner. Pre-test dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada responden tentang pertanyaan yang kurang dimengerti atau menimbulkan bias, sehingga dapat diperbaiki berdasarkan saran dari responden tersebut. Jumlah responden yang diambil untuk Pre-test tidak ada patokan yang pasti dan sangat tergantung pada homogenitas responden. Dalam pre-test, pada umumnya digunakan sebanyak 30 - 50 kuisioner dan disarankan untuk memilih responden yang keadaannya kurang lebih sama dengan responden yang sesungguhnya akan diteliti Singarimbun dan Effendi, 1989. Hasil pre–test menunjukkan bahwa tulisan atau huruf yang digunakan dapat terlihat dan jelas terbaca oleh responden. Sebagian besar pertanyaan kuisioner telah dimengerti oleh responden, akan tetapi ada satu pertanyaan yang kurang dimengerti yaitu kata “bising” pada salah satu parameter pertanyaan mengenai suasana belajar di rumah. Oleh karena itu, kata bising dalam pertanyaan tersebut diubah menjadi “ramai”. Setelah pertanyaan tersebut diperbaiki, maka dilakukan uji validitas kuisioner kepada 30 orang responden. Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel penelitian sangat bergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Pengujian hipotesa penelitian tidak akan tepat mengenai sasarannya bila data yang dipakai untuk menguji hipotesa adalah data yang tidak reliabel dan tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur atau tidak valid Singarimbun dan Effendi, 1995

2. Pengujian Validitas Kuisioner

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kelebihan suatu instrument. Suatu instrument dianggap valid bila mampu mengukur apa yang diukur atau dengan kata lain mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti. Pertanyaan yang disusun harus disesuaikan dengan variabel yang ingin diukur. Apabila penyusunan pertanyaan telah sesuai dengan prosedur, maka kuisioner telah memenuhi validitas logis. Validitas logis sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam memahami masalah penelitian, mengembangkan variable penelitian dan menyusun kuisioner Singarimbun dan Effendi, 1995. Pengujian validitas kuisioner dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Spearman. Setiap skor item pertanyaan diuji korelasinya dengan jumlah total skor pertanyaan kuisioner yang diberikan. Jika salah satu item pertanyaan tersebut korelasi dengan skor total maka soal tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya, jika tidak korelasi maka dinyatakan tidak valid. Menurut Singarimbun dan Effendi 1989, sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji validitas dan reliabilitas kuisioner minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang responden tersebut maka distribusi skor nilai akan lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal ini sangat diperlukan di dalam perhitungan statistik. Hasil uji validitas yang diperoleh dari 46 pertanyaan hanya 15 pertanyaan yang dinyatakan valid dengan nilai korelasi r 0.521 Lampiran 1 , sehingga 30 pertanyaan harus ditiadakan dalam kuisioner. Namun menanggapi bahwa 30 pertanyaan tersebut merupakan parameter penelitian yang harus diteliti maka dilakukan lagi uji validitas kuisioner kepada seluruh sampel 105 orang responden . Hasil uji validitas berdasarkan beberapa kelompok parameter dapat dilihat pada Tabel 4 , di bawah ini. Hasil uji validitas kuisioner juga dapat dinyatakan tidak valid karena kurang bervariasinya jawaban yang diberikan dalam kuisioner, sehingga para responden menjawab dengan jawaban yang mendekati jawabannya. Seperti pada kelompok parameter tentang suasana belajar di rumah pada nomer pertanyaan ke-dua, kemungkinan responden memberikan jawaban “ya” karena tidak ada jawaban “agak” atau “sangat”. Tabel 4. Hasil uji validitas kuisioner pada seluruh sampel 105 responden Kelompok parameter No r-korelasi Sig.2 – tailed Hasil uji Persepsi tentang belajar di sekolah 1 0.365 0.000 Valid Persepsi tentang cara guru mengajar pelajaran Matematika 1 0.573 0.000 Valid 2 0.538 0.000 Valid 3 0.437 0.000 Valid Persepsi tentang cara guru mengajar pelajaran Bahasa Indonesia 1 0.288 0.003 valid 2 0.328 0.001 valid 3 0.328 0.001 valid Persepsi tentang cara guru mengajar pelajaran Bahasa Inggris 1 0.056 0.572 tidak valid 2 0.141 0.153 tidak valid 3 0.021 0.831 tidak valid Sarana belajar di sekolah 1 - - tidak valid 2 - - tidak valid 3 0.434 0.000 valid 5 0.126 0.200 tidak valid 6 0.358 0.000 valid Tabel 4. Hasil uji validitas pada seluruh sampel lanjutan Kelompok parameter No r-korelasi Sig.2 – tailed Hasil uji Kedisiplinan tata tertib di sekolah 1 0.195 0.046 valid 2 0.285 0.003 valid 3 0.293 0.002 valid 4 0.261 0.007 valid 5 0.342 0.000 valid 6 0.183 0.061 valid 7 - - tidak valid 8 0.127 0.195 tidak valid 9 0.021 0.831 tidak valid Sarana belajar di rumah 1 0.291 0.003 valid 3 0.384 0.000 valid 4 0.572 0.000 valid Perhatian orang tua di rumah 1 0.478 0.000 valid 2 0.369 0.000 valid 3 0.424 0.000 valid 4 0.330 0.001 valid Suasana belajar dirumah 1 0.128 0.192 tidak valid 2 0.095 0.335 tidak valid 3 0.429 0.000 valid 4 0.381 0.000 valid Lingkungan pergaulan di rumah 1 0.057 0.562 tidak valid 2 0.568 0.000 valid 3 0.143 0.144 tidak valid 4 0.215 0.027 valid 5 0.121 0.220 tidak valid Berdasarkan Tabel 4 , pada beberapa pertanyaan dalam kuisioner dinyatakan tidak valid. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar responden menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sama, seperti pada kelompok parameter persepsi tentang cara guru mengajar pelajaran Bahasa Inggris. Sedangkan pada kelompok parameter pertanyaan tentang sarana belajar di sekolah pada nomor pertanyaan 1, 2 dan 3 dinyatakan tidak valid karena semua responden menjawab dengan jawaban yang sama karena berdasarkan hasil observasi di sekolah pada keempat sekolah tersebut memiliki sarana yang ditanyakan dalam kuisioner dalam hal ini adalah sarana ruang perpustakaan dan para guru pengajar setempat selalu mengingatkan siswa untuk mengunjungi ruang perpustakaan tersebut. Analisis rasional dalam uji validitas jauh lebih penting dari pada analisis empirik. Setiap instrumen penelitian haruslah memenuhi persyaratan validitas isi dan konstruk, tetapi tidak ada tuntutan keharusan untuk memenuhi validitas empirik. Namun, jika kita bermaksud melengkapinya dengan salah satu jenis validitas empirik tersebut tentu hal itu baik – baik saja. Oleh karena itu, fokus perhatian uji validitas adalah pada analisis rasional, dan bukan analisis kuantitatif yang mempergunakan jasa statistik Nurgiyantoro et al, 2004 . Hasil uji validitas pada seluruh sampel dalam bentuk tabel korelasi Rank – Spearman dapat dilihat pada Lampiran 2. Walau demikian hasil yang diperoleh, beberapa pertanyaan yang tidak valid tetap ada dalam kuisioner penelitian karena pertanyaan tersebut diperlukan untuk mendapatkan data informasi tambahan tetapi tidak dimasukkan nilainya dalam uji reliabilitas.

3. Pengujian Reliabilitas Kuisioner