Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustiansyah 2003 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku
pemberantasan sarang nyamuk DBD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya karena terdapat kesamaan desain penelitian dan
pengkategorian tingkat pendidikan responden. Tidak adanya hubungan antara pendidikan dengan prakik PSN DBD pada
penelitian ini bertentangan dengan pendapat Notoatmodjo 2003:53 yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan formal yang
tinggi memiliki tingkat pengetahuan dan wawasan yang lebih baik dan luas, serta memiliki kepribadian sikap yang lebih dewasa. Wawasan dan pemikiran yang
lebih luas di bidang kesehatan akan mempengaruhi perilaku individu dalam menyikapi suatu masalah. Pendidikan yang baik dapat memotivasi, memberi
contoh, dan mendorong anggota keluarga untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk DBD.
5.1.3. Hubungan Antara Pekerjaan dengan Praktik PSN DBD
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa responden yang bekerja sebanyak 49 orang 54,4, sedangkan responden yang tidak bekerja sebanyak 41
orang 45,6. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square, diperoleh hasil p value 0,909. Karena p value 0,005 maka Ho diterima, artinya
tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan praktik PSN DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
Responden yang bekerja dan melakukan praktik PSN DBD dengan baik lebih banyak. Mereka beranggapan bahwa melakukan praktik PSN tidak
mengganggu pekerjaan mereka. Walaupun responden sehari-hari sudah sibuk dalam bekerja, mereka masih tetap meluangkan waktu untuk melakukan praktik
PSN DBD minimal sekali dalam seminggu, atau memanfaatkan hari libur untuk kegiatan PSN DBD. Selain itu, membersihkan lingkungan rumah dan menjaga
kesehatan anggota keluarga memang merupakan tanggung jawab ibu rumah tangga.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Agustiansyah 2003 dan Hardayati 2011 yang menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
pekerjaan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya karena terdapat kesamaan desain penelitian.
Kenyataan di lapangan menunjukkan responden yang tidak bekerja memiliki praktik PSN DBD kurang baik, karena kesadaran responden akan
pentingnya praktik PSN dan bahaya penyakit DBD masih kurang. Seharusnya bagi responden yang tidak bekerja, memiliki waktu luang yang lebih banyak yang
dapat digunakan untuk melakukan praktik PSN DBD, sehingga lingkungan tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
5.1.4. Hubungan Antara Pengalaman Sakit DBD dengan Praktik PSN DBD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 59 responden yang pernah atau ada anggota keluarganya yang sakit DBD terdapat 41 responden 69,5 yang
mempunyai praktik PSN DBD, sedangkan 31 responden yang tidak pernah atau
tidak ada anggota keluarganya yang sakit DBD terdapat 10 responden 32,3 yang memiliki praktik baik dalam PSN DBD. Dari hasil uji statistik dengan
menggunakan chi-square, diperoleh hasil p value 0,002. Karena p value 0,005 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara pekerjaan dengan praktik PSN
DBD di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan coefficient contingency CC sebesar 0,336 yang artinya kekuatan hubungan
antara pengalaman sakit DBD dengan praktik PSN DBD adalah lemah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 responden, 59 responden
menyatakan bahwa ada anggota keluarganya yang pernah menderita penyakit DBD. Dari 59 responden tersebut, diketahui bahwa anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit DBD tersebut di antaranya adalah 40 anak mereka, 12 di antaranya adalah suami mereka, dan 7 responden menyebutkan dirinya sendiri
yang pernah menderita penyakit DBD. Untuk tingkat keparahan sakit DBD, diketahui bahwa 46 anggota keluarga responden yang pernah sakit DBD harus
rawat inap di rumah sakit dan 13 anggota keluarga responden lainnya menyebutkan hanya rawat jalan.
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh.
Pengalaman atau terdapat anggota keluarga yang pernah terserang penyakit DBD menjadi pelajaran dan akan menyebabkan terjadinya sikap antisipasi. Perubahan
sikap yang lebih baik akan memberikan dampak yang lebih baik dan pengalaman tersebut dijadikan bahan pembelajaran bagi seseorang yang akhirnya dapat
merubah perilaku untuk mencegah kembali diri mereka dan anggota keluarga mereka dari serangan penyakit DBD.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohamad 2014 yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara
pengalaman sakit DBD dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya karena desain penelitian
yang digunakan sama dengan penelitian sebelumnya. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Heraswati 2008 yang menyebutkan bahwa
tidak ada hubungan antara pengalaman sakit DBD dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD. Hasil penelitian ini bertentangan karena penelitian
dilakukan di tempat yang berbeda dengan responden yang berbeda pula dengan penelitian sebelumnya.
5.1.5. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Praktik PSN DBD