1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh daerah tropis dan sub-tropis di dunia. Penyakit demam berdarah dengue
merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dengan peningkatan 30 kali lipat dalam insiden
global selama 50 tahun terakhir. Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan bahwa 2,5 miliar atau 40 populasi di dunia berisiko terhadap
penyakit DBD terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 390 juta infeksi dengue yang terjadi di
seluruh dunia setiap tahun WHO, 2015: 1. Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia dengan kelembaban
udara yang cukup tinggi menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk seperti Aedes aegypti yang merupakan salah satu vektor DBD, sehingga DBD mudah
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Terhitung sejak tahun 1986 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD
tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand Kemenkes RI, 2010: 7.
Terjadi peningkatan kasus DBD di Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2011, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 65.725 kasus DBD
dengan jumlah kematian 597 orang Incidence Rate Angka Kesakitan=
27,67100.000 penduduk dan Case Fatality Rate Angka Kematian= 0,91. Meningkat pada tahun 2012 sebesar 90.245 kasus IR= 37,11100.000 penduduk
dengan jumlah kematian 816 orang CFR= 0,90. Meningkat lagi pada tahun 2013 sebesar 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang IR=
45,85100.000 penduduk dan CFR= 0,77. Target Renstra angka kesakitan DBD tahun 2013 sebesar 53100.000 penduduk, dengan demikian Indonesia telah
mencapai target Renstra 2012. Walaupun demikian, masih terdapat disparitas antarprovinsi dan antarkabupaten kota yang variasinya cukup besar Kemenkes
RI, 2014: 149. Penyakit DBD masih merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah.
Pada tahun 2013 dilaporkan sebanyak 15.144 kasus IR= 30,84100.000 penduduk dan CFR 1,21. Menurun pada tahun 2014 sebesar 8.076 kasus IR=
32,95100.000 penduduk dan CFR 1,44. Dari 35 kabupaten kota di Jawa Tengah sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Pada tahun 2013 dilaporkan IR
tertinggi terjadi di Kabupaten Jepara sebesar 166,3100.000 penduduk disusul oleh Kota Semarang sebesar 137100.000 penduduk Dinkes Prov. Jateng, 2014:
41. Pada tahun 2014 IR tertinggi ditemukan di Kota Semarang sebesar 98,57100.000 penduduk disusul Kabupaten Jepara pada posisi kedua dengan IR
67,26100.000 penduduk Dinkes Prov. Jateng, 2015: 49. Kabupaten Jepara yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah pantai
dan dataran rendah, merupakan daerah endemik DBD. Dalam satu dekade ini, kasus DBD di Kabupaten Jepara cenderung fluktuatif. Pada tahun 2009
Kabupaten Jepara menduduki peringkat 2 tertinggi kasus DBD di Jawa Tengah,
yaitu 1680 kasus IR 15,4100.000 penduduk dan CFR 1,13. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 1894 kasus dengan 15 kematian. Terjadi
penurunan kasus pada tahun 2011 dan tahun 2012. Namun, meningkat lagi pada tahun 2013 sebesar 1.951 kasus dengan 11 kematian IR 166,30100.000
penduduk dan CFR 0,5 yang menempatakan Kabupaten Jepara pada posisi pertama kasus DBD di Jawa Tengah Dinkes Kab. Jepara, 2014:1. Pada tahun
2014 kasus DBD di Kabupaten Jepara mengalami penurunan yaitu sebanyak 806 kasus dengan 6 kematian IR 67,26100.000 penduduk dan CFR 0,64. Kasus
tertinggi terjadi di Puskesmas Jepara dengan 411 kasus pada tahun 2013 dan 196 kasus pada tahun 2014. Di wilayah kerja Puskesmas Jepara, ditemukan kasus
tertinggi di Kelurahan Mulyoharjo dengan 58 kasus pada tahun 2013 dan 30 kasus pada tahun 2014 Dinkes Kab. Jepara, 2015:1.
Kelurahan Mulyoharjo merupakan salah satu kelurahan endemis DBD di Kecamatan Jepara yang berada di wilayah kerja Puskesmas Jepara. Kelurahan
Mulyoharjo terdiri atas 37 RT dan 5 RW. Berdasarkan rekapitulasi Pemantauan Jentik Rutin PJR Puskesmas Jepara pada Bulan Desember 2014 menunjukkan
bahwa Kelurahan Mulyoharjo memiliki Angka Bebas Jentik ABJ sebesar 58 dari 250 rumah yang diperiksa, angka ini masih di bawah standar ABJ nasional
yaitu 95. Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam pencegahan dan pemberantasan
DBD adalah dengan memutus rantai penularan dengan cara mengendalikan vektor melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN
DBD yaitu suatu kegiatan untuk memberantas telur, jentik, dan kepompong
nyamuk Aedes aegypti penular penyakit DBD. PSN DBD dilakukan dengan cara 3M yaitu menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya
seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan menguburkan barang yang tidak terpakaibarang bekas. Selain itu ditambah dengan cara lainnya
yang dikenal dengan 3M plus yaitu kegiatan 3M ditambah pencegahan gigitan nyamuk, pengurangan tempat perkembangbiakan dan tempat peristirahatan
nyamuk penular penyakit DBD Kemenkes RI, 2010. Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara dengan petugas
Puskesmas Jepara telah dilakukan upaya pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue DBD di Kabupaten Jepara melalui penyuluhan kepada masyarakat
dengan berbagai media seperti radio spot, dialog radio, penyuluhan langsung kepada masyarakat, penyebaran leaflet, stiker, dan baliho. Selain penyuluhan
kepada masyarakat, upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi DBD seperti penaburan butiran abate abatesasi, kegiatan pengasapan fogging
di tempat tertetu yang memenuhi syarat serta menggerakkan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN yang dilakukan secara perodik oleh
masyarakat yang dikoordinir oleh RTRW dalam bentuk PSN dengan menekankan kegiatan 3M plus.
Untuk mengoptimalkan gerakan PSN pemerintah telah melakukan berbagai macam kegiatan diantaranya mengadakan lomba PSN antar desa dan kecamatan
se-Kabupaten Jepara, melaksanakan larvasida masal dan pengembangan kawasan bebas jentik. Namun upaya PSN DBD yang dilakukan masyarakat ternyata belum
optimal terbukti dari angka bebas jentik ABJ yang belum mencapai 95.
Perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan upaya penanggulangan DBD di Kabupaten Jepara. Masyarakat
masih bergantung kepada pemerintah dalam penanggulangan DBD, kalau tidak dilakukan pengasapan fogging pemerintah dianggap tidak bekerja.
PSN DBD merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Masyarakat berperan penting dalam pemberantasan vektor yang merupakan upaya
paling utama untuk memutuskan rantai penularan dalam rangka memberantas penyakit DBD. Salah satu elemen terkecil adalah tingkat keluarga. Di dalam
keluarga ibu mempunyai peranan penting sebagai pemelihara kesehatan keluarganya. Ibu mempunyai peranan besar dalam menentukan nilai-nilai
kebersihan dan hidup sehat di rumah. Perilaku masyarakat yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi
kesehatan, dan sebaliknya perilaku masyarakat yang tidak baik akan berdampak buruk bagi kesehatannya. Penelitian yang dilakukan oleh Hardayati, et al 2011
yang dilakukan di Kota Pekanbaru Riau menyatakan bahwa perilaku masyarakat akan sangat menentukan tingkat kesehatan dari masyarakat itu sendiri.
Tercatatnya Kota Pekanbaru sebagai daerah endemis DBD, diperkirakan ada keterkaitannya dengan perilaku masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD.
Banyak faktor yang mempengaruhi praktik PSN DBD. Penelitian yang dilakukan oleh Alidan 2011 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD p=0,032, hal ini sejalan dengan penelitian Naing 2011 dengan kemaknaan p=0,001. Namun
hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hardayati 2011 yang menyebutkan tidak
ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik PSN DBD. Faktor lain yang mempengaruhi keluarga dalam melakukan PSN DBD adalah sikap. Penelitian
Mohammad 2014 di Malaysia menunjukkan terdapat hubungan antara sikap p=0,004 dengan praktik PSN, hal ini sejalan dengan penelitian Alidan 2011
dengan kemaknaan p=0,032. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Agustiansyah yang menyebutkan tidak ada hubungan antara sikap dengan praktik
PSN DBD. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan Praktik Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue PSN DBD keluarga di Kelurahan
Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
1.2. Rumusan Masalah