47
énervée » secara jelas menegaskan bahwa Tokoh Je beranggapan bahwa
imajinasi-imajinasi dalam pikirannya telah mempermainkan dirinya dengan memunculkan halusinasi-halusinasi yang mengerikan bagi diri tokoh Je.
Pada tanggal 12 Juli ini juga tokoh Je mencoba untuk mengalihkan perhatian pikirannya dengan cara berjalan-jalan di kota Paris. Usaha ini
diharapkan tokoh Je dapat mengembalikan kesehatan jiwanya. Hal tersebut dapat
kita lihat pada kutipan « En tout cas, mon affolement touchait à la démence, et vingt-
quatre heures de Paris ont suffi pour me remettre d’aplomb. » Bagaimana pun juga kebingunganku membawa ke dalam kegilaan, dan 24
jam di Paris kurasa cukup untuk mengembalikan kesehatan jiwaku.. Kota
Paris adalah kota besar dilengkapi dengan berbagai macam hiburan yang ada. Tokoh Je percaya dengan 24 jam di kota ini, dia akan dapat melupakan segala
kebingungan yang membawanya pada kegilaan dan menyegarkan pikirannya.
4.4 Dampak Skizofrenia Tokoh Utama terhadap Dirinya Sendiri dan Masyarakat di Sekitarnya.
Pada bagian ke 4.4 ini peneliti akan membahas tentang dampak penyakit skizofrenia tokoh utama terhadap dirinya sendiri dan masyarakat disekitarnya.
Pada bagian-bagian sebelumnya peneliti telah memaparkan bentuk-bentuk dari gejala ssssdialami tokoh utama dan usaha-usaha yang dilakukan tokoh Je tersebut
untuk menanggulangi penyakit Skizofrenia yang telah menyerangnya. Berbagai macam akibat yang ditimbulkan oleh penyakit Skizofrenia telah
mulai membuat tokoh Je frustasi. Penyakit ini telah mencapai tahap yang cukup
48 serius. Usaha-usaha yang dilakukakan tokoh Je tidak membawa hasil apapun
sehingga Penyakit ini semakin menggerogoti jiwa tokoh utama. Dampak penyakit Skizofrenia ini tidak hanya membuat tokoh Je merasa
tertekan, akan tetapi dampak dari penyakit ini juga berdampak secara tidak langsung bagi para orang-orang yang berada disekitar tokoh Je.
Pada Analisis ini peneliti akan membagi menjadi dua bagian. Bagian pertama peneliti akan membahas tentang dampak Skizofrenia tokoh utama
terhadap dirinya sendiri dan untuk bagian yang kedua peneliti akan membahas dampak Skizofrenia tokoh utama terhadap orang-orang disekitarnya.
4.4.1 Dampak Skizofrenia Tokoh Utama terhadap Dirinya Sendiri
Pada bagian ini, peneliti akan membahas tentang dampak Skizofrenia yang dialami oleh tokoh Je. Halusinasi dan Delusi menjadi sebuah dampak yang begitu
jelas pada analisis Skizofrenia pada tokoh utama cerpen Le Horla ini. Dampak dari Skizofrenia mulai terlihat dengan jelas pada diri tokoh Je.
Tokoh Je telah mulai berhalusinasi secara lebih pada keadaan ini. Perhatikan kutipan di bawah ini :
25 LH31
6 août. – Cette fois, je ne suis pas fou. J’ai vu... j’ai vu... j’ai vu ... Je ne
puis plus douter... j’ai vu ... J’ai encore froid jusque dans les ongles... j’ai encore peur jusque dans les moelles... j’ai vu ...
6 Agustus.- Kali ini, aku tidak gila. Aku melihat..Aku melihat..aku melihat ..Aku tidak ragu lagi...Aku melihat.. aku masih merasa dingin
bahkan sampai di kuku.. aku masih ketakutan sampai ke dalam sumsum..aku melihat ...
49 6 Agustus Tokoh Je merasakan sebuah halusinasi yang sangat kuat. Dia
merasa begitu yakin terhadap apa yang dilihatnya. Kalimat « 6 août. – Cette fois,
je ne suis pas fou. » menjelaskan bahwa tokoh Je merasa bahwa dirinya selama
ini tidak gila. Halusinasi-halusinasi yang muncul pada saat dirinya baru dalam tahap gejala Skizorfrenia dirasanya bukanlah hanya berasal dari imajinasinya saja.
Pada saat ini, tokoh Je merasa benar-benar yakin bahwa dirinya tidak gila.
Penekanan dari kalimat «je ne suis pas fou. » menegaskan bahwa tokoh Je merasa
bahwa halusinasi yang dirasakannya seolah-olah benar nyata. Tokoh Je merasa Halusinasi yang dia rasakan benar-benar nyata. Hal
tersebut dapat kita temukan pada kalimat
«J’ai vu... j’ai vu... j’ai vu ... Je ne puis plus douter... j’ai vu » Aku melihat..Aku melihat..aku melihat ..Aku
tidak ragu lagi...Aku melihat... Pengulangan pada kalimat « J’ai vu » sampai
berkali-kali menegaskan bahwa tokoh Je merasa benar-benar yakin atas apa yang telah dilihatnya. Halusinasi mulai tampak nyata pada alam pikirannya. Pada tahap
ini Skizofrenia mulai menyerang daya nalar penderita. Halusinasi penderita bercampur dengan kenyataan sehingga dia tidak bisa membedakan antara
halusinasi dengan kenyataan. Halusinasi terjadi pada tokoh Je ketika dia sedang berjalan-jalan ditaman
bunga. Pada halusinasi ini, dia merasa melihat sebuah sosok transparan yang sedang membawa bunga. Perhatikan kutipan berikut :
26 LH32
Comme je m’arrêtais à regarder un géant des batailles, qui portait trois fleurs magnifiques, je vis, je vis distinctement, tout près de moi, la tige
d’une de ces roses se plier, comme si une main invisible l’eût tordue, puis se casser, comme si cette main l’eût cueillie Puis la fleur s’éleva,
50
suivant une courbe qu’aurait décrite un bras en la portant vers une bouche, et elle r
esta suspendue dans l’air transparent, toute seule, immobile, effrayante tache rouge à trois pas de mes yeux.
Ketika aku berhenti untuk melihat un géant des batailles, yang membawa tiga buah bunga mawar yang indah. Aku melihat, aku melihat dengan
jelas, sangat dekat denganku, salah satu batang dari mawar-mawar tersebut merunduk, seperti ada sebuah tangan transparan
membengkokannya, lalu mematahkan, lalu tangan itu memetiknya Kemudian mawar itu naik, mengikuti sebuah bentuk kurva yang
digambarkan seperti sebuah bntuk lengan menuju ke arah mulut, dan bunga itu tergantung diam di udara yang transparan, sendirian, tak
bergerak, noda merah mengerikan 3 langkah dari mataku.
Sebuah kejadian yang disaksikan oleh Tokoh Je secara langsung. Tokoh Je berangapan bahwa dirinya melihat sebuah sosok yang transparan. Pada kutipan
kalimat « qui portait trois fleurs magnifiques, je vis, je vis distinctement, tout près de moi, la tige d’une de ces roses se plier, comme si une main invisible l’eût
tordue, puis se casser, comme s i cette main l’eût cueillie Puis la fleur s’éleva,
suivant une courbe qu’aurait décrite un bras en la portant vers une bouche » yang membawa tiga buah bunga mawar yang indah. Aku melihat, aku
melihat dengan jelas, sangat dekat denganku, salah satu batang dari mawar- mawar tersebut merunduk, seperti ada sebuah tangan transparan
membengkokannya, lalu mematahkan, lalu tangan itu memetiknya Kemudian mawar itu naik, mengikuti sebuah bentuk kurva yang
digambarkan seperti sebuah bntuk lengan menuju ke arah mulut
menjelaskan bahwa tokoh Je seakan-akan melihat sosok transparan memetik
setangkai bunga mawar didepannya. Penekanan pada kata « je vis, je vis distinctement, tout près de moi » menegaskan bahwa tokoh Je merasa benar-
benar melihat kejadian tersebut dari dekat. Halusinasi yang dilihatnya seakan- akan benar-benar nyata dalam alam pikirannya. Kalimat «
la tige d’une de ces
51
roses se plier, comme si une main invisible l’eût tordue, puis se casser, comme si cette main l’eût cueillie Puis la fleur s’éleva, suivant une courbe qu’aurait
décrite un bras en la portant vers une bouche » menunjukkan bahwa tokoh Je
melihat setangkai mawar tersebut merunduk seolah-olah ada sebuah kekuatan yang transparan sedang membengkokkannya. Dengan kekuatan yang tidak dapat
disaksikan oleh tokoh Je, sosok transparan tersebut memetik bunga tersebut dan membawanya ke arah mulut. Hal tersebut terlihat seperti sosok transparan tesebut
sedang membaui bunga mawar itu. Tokoh Je terlihat begitu bingung ketika menyaksikan kejadian tersebut.
Tokoh Je termasuk orang yang berpendidikan dan menjunjung tinggi nilai rasionalitas, ketika dia melihat kejadian tersebut segala bentuk rasional dalam
pikirannya seakan runtuh. Perhatikan kutipan berikut : 27
LH32
Éperdu, je me jetai sur elle pour la saisir Je ne trouvai rien ; elle avait disparu.
Alors je fus pris d’une colère furieuse contre moi-même ; car il n’est pas permis à un homme raisonnable et sérieux d’avoir de pareilles
hallucinations. Dalam keputusasaan, aku bergegas kearah bunga itu untuk
mencarinya aku tidak menemukan apa-apa. Seolah-olah bunga tersebut hilang, kemudian aku terbawa perasaan marah terhadap
diriku sendiri, karena tidak masuk akal ketika seorang yang rasional dan serius sepertiku memiliki halusinasi ini.
Tokoh Je bergegas mencari bunga tersebut, akan tetapi dia tidak
menemukan apa-apa. Pada kalimat « Éperdu, je me jetai sur elle pour la saisir Je ne trouvai rien ; elle avait disparu.» menjelaskan bahwa dalam keputusasaan
yang dirasakan oleh tokoh Je, dia berusaha mencari bukti bahwa apa yang dilihatnya tidak merupakan sebuah bentuk imajinasinya belaka. Walaupun pada
kenyataannya dia tidak menemukan apapun. Seolah-olah bunga tersebut hilang
52
tak berbekas. Pada kalimat « Alors je fus pris d’une colère furieuse contre moi-
même ; car il n’est pas permis à un homme raisonnable et sérieux d’avoir de pareilles hallucinations.» secara jelas mengatakan bahwa tokoh Je secara
emosional dirinya tidak percaya bagaimana bisa dirinya berhalusinasi seperti itu. Pada kutipan kalimat «
car il n’est pas permis à un homme raisonnable et sérieux » menjelaskan bahwa kepribadian tokoh Je yang menjunjung tinggi
rasionalitas dan keseriusan dalam berpikir pun bisa ditumbangkan dengan munculnya berbagai macam halusinasi dalam alam pikirannya. Skizofrenia
seakan-akan telah mengambil alih pikiran dan rasionalitas pada tokoh Je. Kekacuan ini menegaskan dampak yang begitu kuat dari penyakit Psikologis ini.
Tokoh Je mulai terbiasa dengan halusinasi yang dianggapnya nyata ini. Perhatikan kutipan berikut :
28 LH34
7 août. – J’ai dormi tranquille. Il a bu l’eau de ma carafe, mais n’a point
troublé mon sommeil. 7 Agustus.
– Aku tidur dengan nyenyak. Dia telah mimum dari tempat airku, akan tetapi tidak mengganggu tidurku.
Tanggal 7 Agustus, berselang satu hari dari kejadian ketika dia menyaksikan halusinasi di taman bunga. Tokoh Je mulai terbiasa dengan
halusinasi yang dia rasakan, dan dia mengganggapnya sebagai bentuk hal yang
mulai biasa. Pada kalimat « 7 août. – J’ai dormi tranquille. Il a bu l’eau de ma
carafe, mais n’a point troublé mon sommeil. » menjelaskan bahwa hal yang
dialami tokoh Je ini merupakan sebuah keadaan baru bagi dirinya. Sosok halusinasi yang muncul pada dirinya biasanya membuat diri tokoh Je akan merasa
terganggu, akan tetapi pada saat ini hal itu berbeda. Hal tersebut dapat kita lihat
53 pada kalimat «
mais n’a point troublé mon sommeil. ». Pada penggalan kalimat
tersebut kemunculan sosok misterius itu dirasakan tokoh Je bukan sebagai bentuk gangguan, hal itu terbukti bahwa dia tidak mengganggu tokoh Je.
Tokoh Je mulai bisa beradaptasi dengan halusinasi-halusinasi yang muncul pada dirinya. Sebagai sosok orang yang terpelajar, dirinya mencoba
mencari sebuah jawaban dengan memunculkan berbagai macam argumentasi. Perhatikan kutipan pada halaman selanjutnya.
29 LH34
Certes, je me croirais fou, absolument fou, si je n’étais conscient, si je ne connaissais parfaitement mon état, si je ne le sondais en l’analysant avec
une complète lucidité. Je ne serais donc, en somme, qu’un halluciné
raisonnant. Un trouble inconnu se serait produit dans mon cerveau, un de ces troubles qu’essaient de noter et de préciser aujourd’hui les
physiologistes ; et ce trouble aurait déterminé dans mon esprit, dans l’ordre et la logique de mes idées, une crevasse profonde.
Sementara, ku anggap diriku gila, benar-benar gila, jika aku sadar, jika aku benar-benar tahu keadaanku, jika aku menduganya dengan
analisa yang tajam, aku menduga beberapa diataranya sebuah halusinasi yang beralasan. Sebuah masalah tak diketahui terjadi pada
otakku. Salah satu masalah yang dicoba dijelaskan saat ini oleh bidang Psikologis : dan gangguan ini akan ditetapkan dalam
pikiranku, di dalam urutan dan logika ide-ideku, yang merupakan sebuah jurang yang dalam.
Sebuah bentuk argumentasi-agumentasi dari tokoh Je mengenai keadaan dirinya saat ini. Tokoh Je mencoba menggali lebih jauh tentang keadaan dirinya
saat ini. Pada kalimat « Certes, je me croirais fou, absolument fou, si je n’étais
conscient, si je ne connaissais parfaitement mon état, si je ne le sondais en l’analysant avec une complète lucidité. Je ne serais donc, en somme, qu’un
halluciné raisonnant » Sementara, ku anggap diriku gila, benar-benar gila, jika aku sadar, jika aku benar-benar tahu keadaanku, jika aku menduganya
54
dengan analisa yang tajam, aku menduga beberapa diantaranya sebuah halusinasi yang beralasan. mencoba menjelaskan keadan tokoh Je ketika
pengaruh Skizofrenia sudah begitu mempengaruhi pikirannya. Dia sadar bahwa keadaannya sudah mencapai tahap yang cukup mengkhawatirkan. Pada keadaan
ini tokoh Je seakan-akan merasa sadar menganggap dirinya sendiri gila. Halusinasi-halusinasi yang muncul selama ini pada dirinya merupakan sebuah
halusinasi yang beralasan. Bentuk refleksi pemikiran tokoh Je membawanya pada sebuah anggapan
bahwa halusinasi-halusinasi yang muncul pada dirinya merupakan sebuah gejala-
gejala aneh yang terjadi pada otaknya. Kalimat «Un trouble inconnu se serait produit dans mon cerveau, un de ces
troubles qu’essaient de noter et de préciser aujourd’hui les physiologistes ; et ce trouble aurait déterminé dans mon esprit,
dans l’ordre et la logique de mes idées, une crevasse profonde. » Sebuah masalah tak diketahui terjadi pada otakku. Salah satu masalah yang dicoba
dijelaskan saat ini oleh bidang Psikologis : dan gangguan ini akan ditetapkan dalam pikiranku, di dalam urutan dan logika ide-ideku, yang merupakan
sebuah jurang yang dalam memperkuat pernyataan tersebut. Ganguan-
gangguan pada otak tokoh Je yang disebabkan karena penyakit Skizofrenia mengakibatkan munculnya berbagai macam halusinasi. Gejala-gejala aneh
tersebut hanya dapat dijelaskan oleh bidang psikologis. Pada keadaan ini tokoh Je sudah mulai menyadarinya,walaupan dia tidak dapat berbuat banyak untuk
menyembuhkan penyakit yang sudah mendekam pada dirinya ini.
55 Tokoh Je merasakan kehadiran dari halusinasi dalam pikirannya lebih
sering saat ini. Gejala-gejala dari Penyakit Skizofrenia telah mulai memberikan dampak yang lebih jelas. Perhatikan kutipan berikut :
30 LH36
8 août.
– J’ai passé hier une affreuse soirée. Il ne se manifeste plus, mais je le sens près de moi, m’épiant, me regardant, me pénétrant, me
dominant et plus redoutable,
en se cachant ainsi, que s’il signalait par des
phénomènes surnaturels sa présence invisible et constante. 8 Agustus- aku melewati malam kemarin dengan mengerikan. Dia belum
menampakan diri lagi sampai saat ini, tapi aku bisa merasakannya dekat denganku. Menontonku, mengawasiku, merasukiku, menguasaiku dan
lebih menakutkan, menyembunyikan diri, dia memberikan tanda dengan fenomena-fenomena supranatural pada kemunculannya yang tidak terlhat
dan konstan.
Pada keadaan ini tokoh Je merasakan bahwa kehadiran sosok misterius tersebut berada didekatnya, melihat segala aktivitasnya, menonton dirinya,
seakan-akan sosok misterius tersebut merasuk dalam tubuhnya dan mengendalikan dirinya. Pernyataan tersebut dapat kita lihat pada kutipan kalimat
«Il ne se manifest e plus, mais je le sens près de moi, m’épiant, me regardant, me
pénétrant, me dominant et plus redoutable ». Tahap ini merupakan sebuah
bentuk dari akibat kacaunya pikiran tokoh Je. Pada proses selanjutnya tokoh Je berada dalam keadaan ketakutan. Tokoh
Je merasa menunggu sesuatu yang mengerikan. Ketakutan tersebut seperti sebuah teror yang membuat tokoh Je dalam keadaan tidak tenang. Perhatikan kalimat
berikut : 31
LH37 9 août.
– Rien, mais j’ai peur. 10 août.
– Rien ; qu’arrivera-t-il demain ? 11 août.
– Toujours rien ; je ne puis plus rester chez moi avec cette crainte et cette pensée entrées en mon âme ; je vais partir.
56
12 août, 10 heures du soir. – Tout le jour j’ai voulu m’en aller ; je n’ai
pas pu. J’ai voulu accomplir cet acte de liberté si facile, si simple, –sortir – monter dans ma voiture pour gagner Rouen – je n’ai pas pu. Pourquoi
? 9 Agustus
– Tidak ada apa-apa, tetapi aku takut 10 Agustus
– Tidak ada apa-apa, apakah dia akan datang besok ? 11 Agustus- selalu tidak ada apa-apa, aku tidak dapat lagi tinggal di
rumahku dengan perasaan takut dan pikiran itu masuk kedalam jiwaku ; aku akan pergi
12 Agustus, jam 10 malam. – Setiap hari aku mencoba melarikan diri,
akan tetapi aku tidak bisa. Aku hanya ingin menyatakan bahwa tindakan melarikan ini begitu mudah, begitu sederhana, -keluar- naik
kedalam mobilku dan pergi ke Rouen- aku tidak bisa. Mengapa ?
Pada kutipan diatas terdapat 4 korpus data yang berbeda. Data-data ini dibedakan menurut tanggal kejadiannya saja. Ke-empat data tersebut memiliki
maksud yang sama dalam menerangkan keadaan tokoh Je. Tokoh Je mengalami masa yang sulit pada tanggal 9 Agustus
– 12 Agustus. Pada kalimat « 9 août. – Rien, mais j’ai peur » menjelaskan ketakutan tokoh Je terhadap sosok misterius
yang menghantuinya. Kata – Rien disini menunjukkan belum adanya tanda-tanda
kehadiran dari sosok misterius tersebut. Pada kalimat « 10 août. – Rien ;
qu’arrivera-t-il demain ? » menunjukkan sebuah rasa penasaran tokoh Je akan
kemunculan sosok misterius tersebut. Rasa penasaran tersebut membawanya pada sebuah pertanyaan terhadap diri sendiri dari tokoh Je yang mempresentasikan
kegalauan hatinya.
Pada kalimat « 11 août. – Toujours rien ; je ne puis plus rester chez moi
avec cette crainte et cette pensée entrées en mon âme ; je vais partir »
mempresentasikan kegalauan dalam hati tokoh Je yang membuatnya cemas. Kecemasan-kecemasan ini muncul dari ketakutan-ketakutan pada hari-hari
sebelumnya. Kalimat «
– Toujours rien » menunjukkan bahwa sosok misterius
57 yang menjadi momok bagi tokoh Je belum muncul sampai saat ini, akan tetapi
dampak dari keadaan tersebut membuat tokoh Je menjadi tidak betah tinggal dirumah. Tokoh Je berharap bahwa dia bisa pergi meninggalkan rumahnya.
Dampak dari ketakutan, kecemasan dan kegalauan hati tokoh Je menyebabkan dirinya frustasi. Beberapa kali dia mencoba untuk melarikan diri dan membuang
rasa menyakitkan tersebut tetapi dia selalu tidak bisa. Hal ini diperkuat oleh
kutipan kalimat «12 août, 10 heures du soir. – Tout le jour j’ai voulu m’en aller
; je n’ai pas pu. J’ai voulu accomplir cet acte de liberté si facile, si simple, – sortir
– monter dans ma voiture pour gagner Rouen – je n’ai pas pu. Pourquoi ? » 12 Agustus, jam 10 malam.
– Setiap hari aku mencoba melarikan diri, akan tetapi aku tidak bisa. Aku hanya ingin menyatakan bahwa tindakan
melarikan ini begitu mudah, begitu sederhana, -keluar- naik kedalam mobilku dan pergi ke Rouen- aku tidak bisa. Mengapa ?. Tokoh Je setiap hari
berusaha untuk melarikan diri dari perasaan yang tersiksa tersebut, akan tetapi dia juga selalu gagal. Tokoh Je sampai meyakinkan dirinya sendiri bahwa melarikan
diri itu merupakan pekerjaan yang mudah. Seperti halnya hanya dengan naik ke mobilnya dan mengendarainya ke Rouen. Pernyataan tersebut ditegaskan pada
kalimat «
J’ai voulu accomplir cet acte de liberté si facile, si simple, –sortir – monter dans ma voiture pour gagner Rouen ». Begitu hebatnya dampak dari rasa
takut yang disebabkan oleh Skizorenia membuat tokoh Je berusaha keras melarikan diri dari lingkungan dimana dia tinggal.
Dengan upaya keras tokoh Je berusaha untuk melepaskan diri dari belenggu penyakitnya tersebut. Usaha keras tersebut tidak membuahkan hasil
58 yang menggembirakan, dia malah merasa bahwa ada kekuatan misterius yang
mencoba mengendalikan dirinya. Perhatikan kutipan berikut : 32
LH37
14 août. – Je suis perdu Quelqu’un possède mon âme et la gouverne
quelqu’un ordonne tous mes actes, tous mes mouvements, toutes mes pensées.
Je ne suis plus rien en moi, rien qu’un spectateur esclave et
terrifié de toutes les choses que j’accomplis. Je désire sortir. Je ne peux pas. Il ne veut pas ; et je reste, éperdu, tremblant, dans le fauteuil où il
me tient assis. Je désire seulement me lever, me soulever, afin de me croire maître de moi. Je ne peux pas Je suis rivé à mon siège et mon
siège adhère au sol, de telle sorte qu’aucune force ne nous soulèverait.
14 Agustus. Aku kehilangan daya seseorang memiliki jiwaku dan mengaturnya Seseorang memerintah semua tindakanku, semua
gerakanku, semua pikiranku. Seperti aku tidak berarti dalam diriku sendiri, hanya sebagai penonton yang di perbudak mengerikan oleh segala
hal yang aku lakukan. Aku ingin keluar, aku tidak bisa. Dia tidak ingin, dan aku tetap tinggal, aku bingung di kursi di mana dia membuatku
duduk. Aku hanya ingin bangun, aku bangun, percaya aku dapat mengendalikan diriku sendiri, aku tidak bisa Aku terpaku di tempat
dudukku dan Kursi melekat di tanah, tidak ada kekuatan yang bisa mengangkat kita.
Tanggal 14 Agustus, tokoh Je merasa dia kehilangan daya. Di merasa ada
sebuah kekuatan yang mengendalikan dirinya. Kalimat « 14 août. – Je suis perdu
Quelqu’un possède mon âme et la gouverne quelqu’un ordonne tous mes actes, tous mes mouvements, toutes mes pensées » 14 Agustus. Aku
kehilangan daya seseorang memiliki jiwaku dan mengaturnya Seseorang memerintah semua tindakanku, semua gerakanku, semua pikiranku.
menyatakan kejelasan keadaan tersebut. Kalimat «
– Je suis perdu »
menjelasakan kepada kita keadaan tokoh Je yang merasa dirinya tidak berdaya. Seakan-akan dia kehilangan kontrol atas dirinya. Pada kalimat «
Quelqu’un possède mon âme et la gouverne quelqu’un ordonne tous mes actes, tous mes
mouvements, toutes mes pensées » memperkuat keadaan tokoh Je yang tidak bisa
59 mengontrol keadaannya. Terlihat pada kalimat tersebut ada sosok misterius yang
mengkontrol diri tokoh Je. Setiap gerakan, tindakan dan pikiran tokoh Je dikendalikan oleh sosok misterius tersebut.
Dampak keadaan ini yang dialami tokoh Je ini mebuatnya tidak bisa melakukan kegiatan yang dia inginkan. Dia ingin bangkit dan melarikan diri, akan
tetapi dia tidak bisa. Penyakit Psikologis ini membuatnya tak berdaya. Kalimat . « Je désire sortir. Je ne peux pas. Il ne veut pas ; et je reste, éperdu, tremblant,
dans le fauteuil où il me tient assis. Je désire seulement me lever, me soulever, afin de me croire maître de moi. Je ne peux pas » Aku ingin keluar, aku
tidak bisa. Dia tidak ingin, dan aku tetap tinggal, aku bingung di kursi di mana dia membuatku duduk. Aku hanya ingin bangun, aku bangun, percaya
aku dapat mengendalikan diriku sendiri, aku tidak bisa menyatakan
keinginan tokoh Je untuk pergi. Di dalam ketakutan dan ketidakberdayaannya dia mencoba untuk bangkit. Dia berusaha mengangkat dirinya dari tempat duduknya.
Pengaruh penyakit Skizofrenia ini begitu kuat, sehingga keinginan tokoh Je untuk bisa bangkit dan pergi menjadi sebuah mimpi belaka.
Sebuah dampak yang mengerikan ketika tubuh kita serasa diambil alih oleh sebuah kekuatan. Skizofrenia membuat pola pikir penderita dan halusinasi-
halusinasi yang dia rasakan menjadi sebuah keyataan. Tokoh Je mengalami kejadian yang cukup mengerikan ketika dia melakukan sebuah kegiatan yang
tidak dia inginkan. Perhatikan kutipan berikut : 33
LH38
Puis, tout d’un coup, il faut, il faut, il faut que j’aille au fond de mon jardin cueillir de
s fraises et les manger. Et j’y vais. Je cueille des fraises
60
et je les mange Oh mon Dieu Mon Dieu Mon Dieu Est-il un Dieu ? S’il en est un, délivrez-moi, sauvez moi secourez-moi Pardon Pitié
Grâce Sauvez-moi Oh quelle souffrance quelle torture quelle horreur
Lalu tiba-tiba, aku harus, harus, aku harus pergi ke bagian bawah kebunku untuk memilih arbei dan memakannya. Dan akupun pergi
kesana. Aku memetik arbei-arbei itu dan memakannya oh Tuhanku Tuhanku Tuhanku apakah ada Tuhan? jika ada,
kirimkan padaku, selamatkan aku maaf kasihanilah ku mohon selamatkan aku Oh penderitaan apakah ini penyiksaan apakah ini
begitu mengerikan
Sebuah dampak yang mengerikan bagi tokoh Je. Penyakit Skizofrenia menyebabkan dirinya kehilangan kontrol atas tubuhnya. Kalimat «
Puis, tout d’un coup, il faut, il faut, il faut que j’aille au fond de mon jardin cueillir des fraises
et les manger. Et j’y vais » menegaskan ada kekuatan misterius yang menyuruhnya untuk pergi ke bagian bawah kebunnya. Pada kalimat « il faut, il
faut, il faut que j’aille au fond de mon jardin cueillir des fraises et les manger. »
menyatakan bahwa tokoh Je harus benar-benar menjalankan perintahnya untuk pergi ke kebun tersebut dan memakan arbei. Begitu hebatnya dampak yang
dirasakan oleh tokoh Je. Rasa takut menyelimutinya sehingga dirinya memohon
kepada Tuhan untuk menolongnya. Kalimat «Oh mon Dieu Mon Dieu Mon Dieu Est-
il un Dieu ? S’il en est un, délivrez-moi, sauvez moi secourez-moi Pardon Pitié Grâce Sauvez-moi » menegaskan bahwa tokoh Je begitu
tertekan dan ketakutan. Dia memohon kepada pemilik kuasa alam ini atau kita menyebutnya dengan nama Tuhan. Tuhan menjadi harapan satu-satunya tokoh Je
untuk menolongnya dari siksaan ini. Dia begitu berharap atas eksistensi Tuhan. Halusinasi yang dirasakan tokoh Je semakin menjadi-jadi. Dia merasa
mendengar sosok misterius itu menyebutkan namanya. Halusinasi yang di rasakan
61 tokoh Je semakin membawanya menuju kondisi yang memprihatinkan. Perhatikan
kutipan berikut : 34
LH45
Malheur à nous Malheur à l’homme Il est venu, le... le... comment se nomme-t-
il... le... il me semble qu’il me crie son nom, et je ne l’entends pas... le... oui... il le crie..
. J’écoute... je ne peux pas... répète... le... Horla... J’ai entendu... le Horla... c’est lui... le Horla... il est venu ...
Celakalah kita celakalah manusia
dia datang … dia … dia bagaimana menyebutnya … dia … sepertinya dia berteriak kepadaku tentang
namanya, dan aku tidak mendengarnya … dia … ya … dia berteriak … aku mendengarkan … aku tidak bisa … ulangi … Horla … aku
mendengarkan … Horla … dia adalah Horla … dia datang
Tokoh Je berhalusinasi berinteraksi dengan sosok misterius tersebut. Pada keadaan ini dia merasa mendengar bahwa sosok misterius tersebut menyebutkan
namanya. Pada kalimat « comment se nomme-t- il... le... il me semble qu’il me
crie son nom, et je ne l’entends pas... le... oui... il le crie... J’écoute... je ne peux pas... répète..
. le... Horla... J’ai entendu... le Horla... c’est lui... le Horla... il est venu ... » bagaimana menyebutnya..dia ..sepertinya dia berteriak kepadaku
tentang namanya, dan aku tidak mendengarnya..dia..ya..dia berteriak..aku mendegarkan...aku
tidak bisa...ulangi...Horla...aku
mendengarkan..Horla...dia adalah Horla...dia datang menjelaskan keadaan
tokoh Je ketika dia berhalusinasi mendengarkan sosok misterius mengucapkan namanya. Pada keadaan ini tokoh Je seakan mendengarkan sosok misterius yang
selalu dalam halusinya ini. Sosok misterius ini berinteraksi dengan tokoh Je. Dalam keadaan takut tokoh Je mendengarkan suara yang dirasanya berasal dari
sosok misterius tersebut. Horla, nama itu yang ditangkap oleh tokoh Je. Tokoh Je yakin bahwa nama Horla itu adalah nama dari sosok misterius yang selama ini
menghantuinya.
62 Keinginan yang begitu kuat untuk melepaskan diri dari pengaruh Le Horla
membuatnya ingin memberontak dan membunuh sosok misterius tersebut. Perhatikan kutipan pada halaman selanjutnya.
35 LH45-47
Pourtant, l’animal, quelquefois, se révolte et tue celui qui l’a dompté... moi aussi je veux... je pourrai... mais il faut le connaître, le toucher, le
voir m savants disent que l’oeil de la bête, différent du nôtre, ne
distingue point comme le nôtre... Et mon oeil à moi ne peut distinguer le nouveau venu qui m’opprime.
Namun, hewan kadang-kadang, memberontak dan membunuh siapa yang menguasainya. Aku juga, aku ingin…aku bisa tetapi harus
mengenalnya, menyentuhnya, melihatnya Para ilmuwan berkata bahwa mata hewan berbeda dengan milik kita. Tidak membedakan seperti halnya
kita. Dan mataku tidak dapat membedalan pendatang baru yang menindasku.
Hasrat yang diinginkan tokoh Je ini merupakan sebuah dampak dari keiinginan untuk bisa bebas dari pengaruh Le Horla. Kalimat « Pourtant,
l’animal, quelquefois, se révolte et tue celui qui l’a dompté... moi aussi je veux...
je pourrai... mais il faut le connaître, le toucher, le voir » Namun, hewan kadang-kadang, memberontak dan membunuh siapa yang menguasainya.
Aku juga, aku ingin…aku bisa tetapi harus mengenalnya, menyentuhnya, melihatnya menjelaskan bahwa tokoh Je ingin memberontak terhadap pengaruh
Le Horla, seperti halnya hewan yang kadang-kadang ingin memberontak dan membunuh siapa yang telah menguasainya. Tokoh Je perlu mengenal lebih jauh
sosok misterius ini, melihatnya dan menyentuhnya. Dengan berinteraksi secara langsung dia merasa lebih mudah untuk melakukan rencanya tersebut. Secara
psikologis tokoh Je terperangkap dalam pikirannya sendiri. Kekacauan-kekacauan
63 dalam pikirannya ini membuatnya tidak bisa membedakan antara kenyataan dan
halusinasi. Tokoh Je semakin yakin bahwa yang menyebabkan dirinya dilanda
kegilaan adalah sosok misterius yang bernama Le Horla tersebut. Perhatikan kutipan berikut :
36 LH49
Qu’ai-je donc ? C’est lui, lui, le Horla, qui me hante, qui me fait penser ces folies Il est en moi, il devient mon âme ; je le tuerai
Apa yang telah aku pikirkan ? Itu dia, dia Le Horla, yang telah menghantuiku, yang telah membuatku berpikir tentang kegilaan-
kegilaan ini, dia berada dalam diriku, dia menjadi jiwaku: aku akan membunuhnya
Tokoh Je semakin yakin bahwa segala kegilaan yang selama ini dirasakannya adalah pengaruh dari Le Horla. Pikiran-pikiran yang selama ini
selalu mengganggu kehidupannya merupakan efek dari Le Horla. Keyakinan tokoh Je terhadap Le Horla sebagai penyebab segala kekacauan ini diperkuat pada
kalimat « C’est lui, lui, le Horla, qui me hante, qui me fait penser ces folies Il est
en moi, il devient mon âme ; je le tuerai ». Tokoh Je beranggapan bahwa Le Horla berada dalam diri tokoh Je. Dirinya dan Le Horla berada dalam satu tubuh.
Satu-satunya usaha yang berada dalam pikirannya adalah dengan membunuh Le Horla itu sendiri. Hanya dengan membunuhnya tokoh Je berpikir dia bisa keluar
dari pengaruh Le Horla. Dalam pikiran tokoh Je telah tertanam tujuan untuk membunuh Le Horla.
Tokoh Je menjadi semakin tenggelam dalam dunia halusinasinya. Perhatikan kutipan berikut :
37 LH49
64
19 août. – Je le tuerai. Je l’ai vu je me suis assis hier soir, à ma table ;
et je fis semblant d’écrire avec une grande attention. Je savais bien qu’il viendrait rôder autour de moi, tout près, si près que je pourrais peut-être
le toucher, le saisir ? Et alors ... alors , j’aurais la force des désespérés ;
j’aurais mes mains, mes genoux, ma poitrine, mon front, mes dents pour l’étrangler, l’écraser, le mordre,le déchirer.
19 Agustus.- aku akan membunuhnya. Aku melihatnya aku duduk kemarin malam , di mejaku dan aku berpura-pura menulis dengan
serius. Aku yakin bahwa dia akan berkeliaran di sekitarku, bagitu dekat sehingga aku bisa menyentuhnya, memegangnya ? dan lalu
aku akan memiliki kekuatan keputusasaan ; aku memiliki tangan-tangan, lutut-lututku,
dadaku, dahiku,
gigi-gigiku untuk
mencekiknya, menghancurkannya, menggitnya, merobeknya.
Tanggal 19 Agustus, tokoh Je telah berencana untuk membunuh Le Horla. Pada kalimat « 19 août.
– Je le tuerai. Je l’ai vu je me suis assis hier soir, à ma table ; et je fis semblant d’écrire avec une grande attention. Je savais bien qu’il
viendrait rôder autour de moi, tout près, si près que je pourrais peut-être le toucher, le saisir ? » 19 Agustus.- aku akan membunuhnya. Aku melihatnya
aku duduk kemarin malam , di mejaku dan aku berpura-pura menulis dengan serius. Aku yakin bahwa dia akan berkeliaran di sekitarku, bagitu dekat sehingga
aku bisa menyentuhnya, memegangnya ? dan lalu terlihat jelas betapa tokoh Je ingin membunuh Le Horla itu. Pada kalimat «je me suis assis hier soir, à ma table
; et je fis semblant d’écrire avec une grande attention. Je savais bien qu’il
viendrait rôder autour de moi, tout près, si près que je pourrais peut-être le toucher, le saisir ? » menyatakan rencana tokoh Je. Dia berpura-pura menunggu
Le Horla dengan cara menulis di mejanya, ketika Le Horla berada dalam jangkauannya tokoh Je akan berusaha keras untuk membunuhnya.
Tokoh Je menyuruh seorang tukang besi untuk membuat tirai-tirai besi untuk menutupi jendela-jendela dirumahnya. Perhatikan kutipan pada halaman
selanjutnya.
65 38
LH51 21 août.
– J’ai fait venir un serrurier de Rouen et lui ai commandé pour ma chambre des persiennes de fer, comme en ont, à Paris, certains hôtels
particuliers, au rez-de-chaussée, par crainte des voleurs. Il me fera, en outre, une porte pareille.
Je me suis donné pour un poltron, mais je m’en moque ...
Tanggal 21- aku mendatangkan seorang tukang besi dan menyuruhnya untuk memasang tirai besi pada kamar-kamarku, seperti di Paris, beberapa
hotel-hotel khusus dipasanginya sampai di latai dasar, karena takut oleh para pencuri. Akan dipasang juga bingkai besi itu pada pintu. Aku
mengkondisikan diriku seperti seorang pengecut, tapi aku tidak peduli.
Tanggal 21 Agustus, tokoh Je mendatangkan seorang tukang besi untuk memasang tirai-tirai besi pada jendela-jendela di kamarnya. Dia berharap bahwa
dengan dipasangnya tirai-tirai besi ini, dia akan merasa terlindungi dari pengaruh jahat. Hal ini merupakan dampak psikologis yang dialami tokoh Je. Gangguan Le
Horla yang membuatnya ketakutan didalam rumah mebuat dirinya berpikir bahwa dengan berlindung di dalam rumah yang ditutupi dengan tirai-tirai besi membuat
aman dirinya. Pada kalimat « Je me suis donné pour un poltron, mais je m’en
moque ... » menegaskan bahwa walaupun dia menganggap bahwa apa yang
dilakukannya seperti seorang yang pengecut, dia tidak memperdulikannya. Tokoh Je hanya berharap bahwa dirinya akan merasa aman dengan perlindungan
bingkai-bingkai besi itu. Tokoh Je merasa bahwa dia berhasil menjebak Le Horla didalam
rumahnya. Dia bermaksud membakar Le Horla bersama dengan rumahnya. Tirai- tirai besi didalam rumahnya dikuncinya rapat-rapat sehingga dia pikir bahwa Le
Horla tidak akan dapat melarikan diri. Perhatikan kutipan pada halaman selanjutnya.
66 38
LH53
Tout à coup, j’ai senti qu’il était là, et une joie, une joie folle m’a saisi.
Je me suis levé lentement, et j’ai marché à droite, à gauche, longtemps pour qu’il ne devinât rien ; puis j’ai ôté mes bottines et mis mes savates
avec négligence ; puis j’ai fermé ma persienne de fer, et revenant à pas tranquilles vers la porte, j’ai fermé la porte aussi à double tour.
Retournant alors vers la fenêtre, je la fixai par un cadenas, dont je mis la clef dans ma poche.
Tiba-tiba, aku merasa bahwa dia berada disana, dan perasaan senang, sebuah perasaan senang yang liar hinggap kepadaku. Aku bangkit
perlahan-lahan dan aku berjalan ke kanan, ke kiri, lama sampai tidak bisa menebak apa-apa : lalu aku melepas sepatuku dan menaruh sandalku
sembarangan ; kemudian aku menutup tirai-tirai jendela besiku dan sambil menuju ke pintu dengan langkah yang pelan, aku menutup pintu dan juga
menguncinya, kembali kearah jendela, aku memasang erat-erat gembok, lalu aku memasukkan kunci kedalam sakuku.
Pada Je telah berencana untuk membunuh Le Horla, rencana ini telah tertanam dalam pikirannya sehingga ketika dia menemukan saat yang tepat dia
akan mengakhiri eksistensi Le Horla ini. Pada kalimat « Tout à coup, j’ai senti
qu’il était là, et une joie, une joie folle m’a saisi. » Tiba-tiba, aku merasa bahwa dia berada disana, dan perasaan senang, sebuah perasaan senang
yang liar hinggap kepadaku.. menegaskan bahwa saat yang ditunggu-tunggu
tokoh Je telah tiba. Kalimat «
et une joie, une joie folle m’a saisi » menunjukkan
bahwa rasa senang yang hinggap pada tokoh Je merupakan perasaan senang karena telah menemukan sesuatu yang telah lama dicarinya. Tokoh Je tidak
pernah merasakan rasa senang yang begitu membuatnya puas pada masa penyakit Skizofrenia menyerangnya. Sebuah moment yang telah ditunggu oleh tokoh Je
untuk mengakhiri penderitaannya. Seperti pada analisis sebelumnya bahwa tokoh Je berpendapat bahwa hanya dengan membunuh Le Horla, dia dapat lolos dari
penderitaan yang dirasakannya selama ini.
67 Tokoh Je mulai membakar rumahnya. Sebuah perasaan senang hinggap
pada dirinya, sebuah kemenangan yang dirasakannya. Perhatikan kutipan berikut : 39
LH53
Quelle joie Je le tenais Alors, je descendis, en courant ; je pris dans mon salon, sous ma chambre, mes deux lampes et je renversai toute
l’huile sur le tapis, sur les meubles, partout ; puis j’y mis le feu, et je me sauvai, après avoir bien refermé, à double tour, la grande porte d’entrée.
Kesenangan seperti apa ini aku telah menahannya lalu aku turun, sambil berlari ; aku menuju ruang tamu, di bawah kamarku, dua lampuku
dan aku menuangkan semua minyaknya ke atas karpet, ke mebel, dan sekitarnya ; lalu aku menyalakan api dan melarikan diri, setelah
yakin bahwa telah ditutup, mengunci, pintu masuk yang besar tersebut.
Sebuah perasaan senang hinggap pada diri tokoh Je. Dia berhasil mengunci Le Horla di kamarnya. Lalu dia menjalankan rencananya untuk
membakar Le Horla. Pada kalimat «
mes deux lampes et je renversai toute l’huile sur le tapis, sur les meubles, partout ; puis j’y mis le feu, et je me sauvai, après
avoir bien refermé, à double tour, la grande porte d’entrée » dua lampuku dan aku menuangkan semua minyaknya ke atas karpet, ke mebel, dan
sekitarnya ; lalu aku menyalakan api dan melarikan diri, setelah yakin bahwa telah ditutup, mengunci, pintu masuk yang besar tersebut.
menjelaskan proses yang dilakukan tokoh Je ketika dia membakar rumahnya. Dia menuangkan lampu minyak ke karpet, mebel dan lalu membakarnya. Pada proses
ini dia sudah merasa benar-benar yakin bahwa apa yang dilakukannya ini merupakan perbuatan yang benar. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan
kalimat «Quelle joie ». Sebuah perasaan senang yang melanda tokoh Je. Tokoh
Je merasa senang atas apa yang dilakukannya ini karena dia yakin bahwa tindakan membakar rumahnya ini adalah cara untuk membunuh Le Horla.
68
4.4.2 Dampak Skizofrenia Tokoh Utama terhadap Orang-orang Di Sekitarnya
Skizofrenia secara tidak langsung memberikan dampak bagi orang-orang disekitar penderitanya. Pada kasus Tokoh Je ini, para pembantu tokoh Je tidak
mengetahui bahwa majikan mereka telah menderita penyakit Skizofrenia. Pada cerpen Le Horla ini, Karakter Tokoh Je tidak menceritakan perihal penyakit yang
dialaminya kepada orang-orang disekitarnya. Sehingga hal ini menyebabkan adanya kebingungan dan kekacauan pada mereka.
Para pembantu Tokoh Je merasa kebingungan ketika menemukan adanya gelas minuman yang pecah dalam lemari. Hal tersebut mengakibatkan adanya
kebingungan dan kekacauan. Perhatikan kutipan berikut : 40
LH31
4 août. – Querelles parmi mes domestiques. Ils prétendent qu’on casse les
verres, la nuit, dans les armoires. Le valet de chambre accuse la cuisinière, qui accuse la lingère, qui accuse les deux autres. Quel est le
coupable ? Bien fin qui le dirait 4 Agustus- Pertengkaran diantara pembantu-pembantuku. Mereka
beranggapan bahwa diantara mereka ada yang memecahkan gelas di dalam lemari. Pembantu kamar menuduh juru masak, yang lain
menuduh wanita pengurus kain sprei, yang lain menuduh dua lainnya. Siapa pelakunya? Biarkanlah nantinya juga akan ada yang
mengaku.
Pada tanggal 4 Agustus, para pembantu Tokoh Je saling menuduh antara sesamanya. Hal ini disebabkan karena mereka menemukan gelas pecah di dalam
lemari. Kita dapat melihat pada kalimat « 4 août. – Querelles parmi mes
domestiques ». Sedangkan pada Kalimat «. Le valet de chambre accuse la cuisinière, qui accuse la lingère, qui accuse les deux autres. Quel est le
coupable ? Bien fin qui le dirait » Pembantu kamar menuduh juru masak,
69
yang lain menuduh wanita pengurus kain sprei, yang lain menuduh dua lainnya. Siapa pelakunya? Biarkanlah nantinya juga akan ada yang
mengaku menjelaskan bahwa kebingungan yang dirasakan oleh para pembantu
tokoh Je membuatnya saling menuduh antara yang satu dengan yang lain. Mereka semua tidak tahu bahwa sebenarnya Tokoh Je yang telah memecahkan gelas-gelas
tersebut. Efek dari Skizofrenia memang tidak secara langsung berdampak bagi para orang-orang disekitar tokoh Je, akan tetapi sudah begitu cukup membuat para
orang-orang disekitar tokoh Je merasa kebingungan. Dampak begitu mengerikan yang dialami oleh para pembantu tokoh Je
ketika dia membakar rumahnya. Tokoh Je begitu senang ketika dia menemukan cara untuk membunuh Le Horla. Dia membakar rumah yang ditinggalinya
tersebut dan mengunci pintu masuknya. Perhatikan kutipan berikut : 41
LH55 Un cri horrible, suraigu, déchirant, un cri de femme passa dans la nuit, et
deux mansardes s’ouvrirent J’avais oublié mes domestiques Je vis
leurs faces affolées, et leurs bras qui s’agitaient sebuah teriakan yang mengerikan, melengking, menangis mengerikan,
sebuah jeritan wanita yang memecah kesunyian malam dan dua jendela loteng terbuka Aku melupakan pembantu-pembantuku aku melihat
wajah mereka yang ketakutan dan lengannya melambai-lambai
Secara tidak langsung tokoh Je menyebabkan kematian bagi para pembantunya. Ketika tokoh Je membakar rumahnya, di dalam pikiran tokoh Je
hanya terbesit keinginan untuk membunuh Le Horla. Dia tidak bisa berpikir dengan kepala jernih karena secara psikologis, tokoh Je telah terpengaruh effek
dari Skizofrenia. Pada kalimat « J’avais oublié mes domestiques » menegaskan
bahwa tokoh Je lupa telah meninggalkan para pembantunya di dalam rumah.
70 Tokoh Je tidak memiliki keinginan untuk ikut membakar para pembantunya
bersama Le Horla.
4.5 Efek Skizofrenia dalam Mempengaruhi Tokoh Je untuk Mengakhiri Hidupnya.