21
BAB 4 ANALISIS SKIZOFRENIA PADA TOKOH UTAMA
Pada Bagian Bab ini peneliti akan membagi analisis menjadi lima bagian sesuai dengan permasalahan pada Bab I yaitu proses skizofrenia yang muncul
pada diri tokoh utama, reaksi tokoh utama terhadap penyakit skizofrenia yang dideritanya, upaya tokoh utama untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya,
akibat penyakit skizofrenia yang diderita tokoh utama terhadap dirinya sendiri dan masyarakat disekitarnya,dan effek penyakit tersebut yang mempengaruhi tokoh
utama untuk melakukan bunuh diri.
4.1 Skizofrenia muncul pada diri tokoh utama
Skizofrenia muncul dengan gejala-gejala yang bermacam-macam. Seperti adanya perasaan takut, sedih dan perasaan cemas yang tiba-tiba datang. Tokoh
utama atau Je merasakan adanya suatu perasaan yang aneh yang membayanginya. Perhatikan kutipan berikut ini :
1 LH3
12 mai.
– J’ai un peu de fièvre depuis quelques jours ; je me sens souffrant, ou plutôt je me sens triste. D’où viennent ces influences
mystérieuses qui changent en découragement notre bonheur et notre confiance en détresse ?
On dirait que l’air, l’air invisible est plein d’inconnaissables Puissances, dont nous subissons les voisinages
mystérieux. 12 Mei - Aku demam selama beberapa hari, aku merasa tidak enak
badan, atau lebih tepatnya aku merasa sedih. Dari mana pengaruh misterius yang mengubah kebahagiaan kita dan keberanian kita
menjadi keputusasaan?. Orang mengatakan bahwa udara, udara tak terlihat dipenuhi dengan kekuatan yang tidak diketahui,yang membuat kita
merasakan kekuatan-kekuatan misterius disekitar kita.
22 Skizofrenia menyerang penderitanya secara bertahap. Tokoh Je
mengalami demam selama beberapa hari. Demam tersebut bukanlah hanya sekedar demam biasa. Demam yang menyebabkan kesedihan bagi dirinya. Pada
kutipan «
je me sens souffrant, ou plutôt je me sens triste. D’où viennent ces influences mystérieuses qui changent en découragement notre bonheur et notre
confiance en détresse ? » menjelaskan adanya perubahan dalam dirinya.
Kebahagiaan dan keberanian dalam dirinya seakan berubah menjadi keputusasaan. Tokoh Je merasa ada pengaruh kekuatan misterius yang berada disekitar
dirinyalah yang menyebabkan hal tersebut. Penderita Skizofrenia tidak bisa menyaring setiap masukan-masukan yang
ada. Gangguan tersebut mengacauakan cara berpikir penderita. Seperti pada tokoh Je, dia merasa adanya kekuatan misterius yang selalu membayangi tokoh utama
menyebabkannya tidak tenang. Rasa gelisah membuatnya bertanya-tanya tentang keadaan yang dirasakannya tersebut. Perhatikan kutipan dibawah ini :
2 LH3
Comme si quelque malheur m’attendait chez moi. – Pourquoi ? – Est-ce
un frisson de froid qui, frôlant ma peau, a ébranlé mes nerfs et assombri mon âme ? Est-ce la forme des nuages, ou la couleur du jour, la couleur
des choses, si variable, qui, passant par mes yeux,...
Seolah-olah beberapa kemalangan telah menungguku di rumah. - Mengapa?
– Apakah getaran dingin yang menyentuh kulitku, telah mehancurkan syarafku dan menenggelamkan jiwaku? Apakah bentuk
awan, ataukah warna hari, warna benda-benda yang berubah-ubah melewati mataku, ...
Dalam kutipan pada halaman sebelumnya, tokoh utama merasakan adanya sebuah perasaan yang mengganggu dalam benaknya. Perasaan was-was yang
menyelimuti dirinya. Gangguan awal skizofrenia mulai tampak dalam dirinya.
23 Khayalan-khayalan yang mulai membuatnya bingung. Seperti dalam perkataanya
Comme si quelque malheur m’attendait chez moi. – Pourquoi ? Tokoh utama
merasa adanya berbagai masalah yang akan menantinya dirumah. Perasaan aneh seperti adanya getaran dingin yang menyentuh kulitnya, menghancurkan syaraf
dan menenggelamkan jiwanya. Perasaan tersebut akan terus menghantuinya dan menganggu pikiran dan nantinya akan mengacaukan jiwanya. Gejala-gejala yang
muncul pada diri Tokoh Je tersebut merupakan suatu bentuk kekacauan pikiran dan perhatian. Menurut salah satu kriteria diagnostik oleh Halgin dan
Whithbourne 1995. Gangguan Skizofrenia dapat berupa gangguan pada proses berpikir, penderita tidak dapat menyaring stimulus yang masuk kedalam pikiran
penderita secara benar. Penderita akan melakukan proses berpikir secara irasional. Seperti pada kutipan bercetak tebal diatas. Gejala-gejala Skizofrenia
mempengaruhi cara berpikir Tokoh Je, sehingga dia merasakan adanya sebuah kemalangan yang telah menunggunya dirumah.
Demam yang diderita tokoh utama merupakan tanda-tanda Skizofrenia yang mulai menyerang tokoh utama. Demam tersebut bukan seperti demam pada
umumnya. Efek yang dihasilkan lebih dari demam biasa. Perhatikan kutipan di bawah ini:
3 LH4
16 mai. – Je suis malade, décidément Je me portais si bien le mois
dernier
J’ai la fièvre, une fièvre atroce, ou plutôt un énervement fiévreux, qui rend mon âme aussi souffrante que m
on corps J’ai sans cesse cette sensation affreuse d’un danger menaçant, cette appréhension
d’un malheur qui vient ou de la mort qui approche, ce pressentiment qui est sans doute l’atteinte d’un mal encore inconnu, germant dans le sang
et dans la chair.
24 16 Mei
– Aku sakit, tidak salah lagi Aku merasa lebih sehat bulan lalu Aku mengalami demam, sebuah demam yang mengerikan , atau lebih
tepatnya demam yang menjengkelkan, yang membuat jiwaku menderita seperti tubuhku Aku terus menerus merasakan perasaan
mengerikan bahwa bahaya akan datang, kekhawatiran akan kemalangan yang datang atau kematian yang mendekat, perasaan
yang tidak diragukan terserang sebuah penyakit yang belum diketahui, mendekam dalam darah dan daging.
Dari kutipan diatas menjelaskan bahwa demam yang diderita oleh tokoh utama bukanlah demam biasa. Demam yang mengerikan menggerogoti jiwanya
dan tubuhnya. Kutipan yang dicetak tebal menunjukkan adanya perasaan yang diderita tokoh utama. Perasaan yang menakutkan. Tokoh utama merasa bahwa
bahaya akan menghampirinya, kekhawatiran akan datangnya kematian dan perasaan bahwa penyakit ini telah mendekam dalam dirinya. Dalam hal ini
kekacauan pikiran mulai melanda tokoh utama. Kekacauan pikiran tersebut membuat berbagai macam ketakutan bagi diri tokoh utama.
Tokoh Je telah melakukan pengobatan. Dokter mengatakan bahwa keadaan tokoh Je tidak ada yang mengkhawatirkan. Gejala-gejala penyakit yang
nampak pada diri tokoh Je tidak dapat dilihat dari bentuk fisik tokoh Je. Gejala- gejala Skizofrenia yang menyerang tokoh Je adalah sebuah penyakit yang
menyerang sisi kejiwaan dari diri tokoh Je. Lihat kutipan di bawah ini : 4
LH5
25 mai. – Aucun changement Mon état, vraiment, est bizarre. À mesure
qu’approche le soir, une inquiétude incompréhensible m’envahit, comme si la nuit cachait pour moi une menace terrible.
25 Mei - Tidak ada perubahan Kondisiku benar-benar sangat aneh. Saat mendekati malam hari, kegelisahan yang tidak bisa dimengerti
datang menghampiriku, seperti malam menyembunyikan sebuah ancaman yang mengerikan bagi diriku
25
Pada kutipan 25 mai. – Aucun changement Menjelaskan bahwa obat
tidak memberikan efek apapun bagi kesembuhan tokoh Je. Keadaan kondisinya masih sama seperti ketika dia belum melakukan pengobatan. Penyakit skizofrenia
adalah suatu penyakit yang menyerag sisi kejiwaan seseorang sehingga tanda- tanda luar dari penderita itu tidaklah tampak dengan jelas, penyakit skizofrenia ini
telah menyerang kondisi kejiwaan tokoh Je dalam hal ini terlihat pada kutipan,
Mon état, vraiment, est biz arre. À mesure qu’approche le soir, une inquiétude
incompréhensible m’envahit, comme si la nuit cachait pour moi une menace terrible. Menegaskan adanya gejala-gejala skizofrenia yang muncul pada diri
tokoh Je. Kondisi kejiwaannya mulai terganggu, gangguan tersebut berupa perasaan gelisah, rasa takut akan adanya sebuah ancaaman. Ketika malam tiba
perasaan gelisah tokoh Je muncul. Dia tidak mengerti bagaimana perasaan tersebut muncul menghampirinya.
Ketakutan yang dialami tokoh Je ketika malam tiba tidak hanya sekedar perasaan gelisah saja melainkan ada banyak gejala-gejala Skizofrenia yang
mempengaruhinya. Perhatikan kutipan dibawah ini : 5
LH6 Vers dix heures, je monte dans ma chambre. À peine entré, je donne deux
tours de clef, et je pousse les verrous ;
j’ai peur... de quoi ?... Je ne
redoutais rien jusqu’ici... j’ouvre mes armoires, je regarde sous mon lit ; j’écoute... j’écoute... quoi ?... Est-ce étrange qu’un simple malaise…
Sekitar jam 10:00, aku pergi ke kamarku. Begitu masuk, kuputar anak kunci dua kali, dan kudorong kuncinya ;
aku takut…takut akan apa ?...Aku tidak meragukan apapun sejauh ini..aku buka lemariku, aku
melihat kolong ranjangku ; aku mendengarkan … aku mendengar … apa ?
apakah ini rasa ini adalah sebuah rasa takut…. Pada kutipan di atas menjelaskan adanya sebuah perasaan ketakutan dari
tokoh Je. Perhatikan kutipan « j’ai peur... de quoi ? » Tokoh Je bertanya pada
26 dirinya sendiri akan ketakutan yang dia rasakan, akan tetapi perasaan takut yang
dia rasakan tidak dia ketahui dari mana asalnya. Tokoh Je mencari dari mana asal rasa takutnya dengan cara membuka lemari dan melihat kolong bawah tempat
tidurnya. Tokoh Je merasa bahwa apakah yang dia rasakan ini adalah sebuah rasa takut. Perasaan takut yang tidak dia ketahui dari mana datangnya tersebut inilah
yang menjadi sebuah permasalah bagi diri tokoh Je. Rasa takut dan kekhawatiran yang berlebihan membuat tokoh Je
mengalami kesulitan untuk tidur. Perhatikan kutipan dibawah ini : 6
LH6
…Puis, je me couche, et j’attends le sommeil comme on attendrait le bourreau. Je l’attends avec l’épouvante de sa venue, et mon coeur bat, et
mes jambes frémissent ; et tout mon corps tressaille dans la chaleur des draps,...
...Kemudian, aku berbaring dan menunggu rasa kantuk yang rasanya seperti kita sedang menunggu algojo. Aku menunggunya dengan
perasaan mencekam, dan jantungku berdetak dan kurasakan kakiku bergetar dan seluruh tubuhku gemetar di bawah kehangatan
selimut...
Pada kutipan diatas, tokohJe mengalami kesulitan untuk tidur. Bagi tokoh Je, keinginan untuk tidur itu merupakan sebuah hasrat yang sulit untuk dilakukan.
Tokoh Je beranggapan bahwa menunggu rasa kantuk itu seperti halnya
menunggu sebuah kematian seperti pada kutipan j’attends le sommeil comme on
attendrait le bourreau. Penderitaan dari rasa takut yang membayanginya
menyebabkan dirinya kesulitan untuk tidur. Pada umumnya penderita Skizofrenia akan mengalami adanya insomnia atau yang disebut gangguan tidur. Mereka akan
mengalami kesulitan untuk tidur dan kadang-kadang akan terbangun sendiri pada tengah malam. Pada kata yang bercetak tebal diatas menjelaskan ketakutan-
ketakutan yang dialami tokoh Je ketika akan tidur. Perasaan takut yang dia
27 rasakan direfleksikan dengan perwujudan seperti menunggu algojo ketika akan
tidur. Perasaan takut dan mencekam membayangi tokoh Je pada saat itu. Tokoh Je mengalami mimpi buruk. Dia merasakan bahwa ada seseorang
yang mengawasinya. Perhatikan kutipan dibawah ini : 7
LH6-7
....Je le sens et je le sais... et je sens aussi q ue quelqu’un s’approche de
moi, me regarde, me palpe, monte sur mon lit, s’agenouille sur ma poitrine, me prend le cou entre ses mains et serre... serre... de toute sa
force pour m’étrangler. .... Aku merasakannya dan mengetahuinya ... dan aku juga merasa
bahwa seseorang mendekatiku, menatapku, menyentuhku, naik ke tempat tidurku, berlutut di dadaku, menggenggam leherku dengan
kedua tangannya dan menggenggam ... meremas... dengan segala kekuatannya untuk mencekikku.
Pada kutipan yang bercetak tebal diatas menyatakan bahwa tokoh Je merasa ada seseorang yang sedang mendekatinya dan dia merasa seseorang
tersebut mencoba untuk mencekik tokoh Je. Keadaan yang dia rasakan masih dalam sebatas mimpi buruk saja, akan tetapi kondisi tersebut berlangsung
berulang-ulang pada tiap malam. Perhatikan kutipan dibawah ini : 8
LH7 Après cette crise, qui se renouvelle toutes les nuits, je dors enfin, avec
calme, jusqu’à l’aurore.
Setelah krisis tersebut, yang berulang-ulang setiap malam. Aku akhirnya tidur dengan tenang hingga fajar.
Pada kutipan ke-8 tersebut. Tokoh Je mengalami gangguan mimpi buruk yang berulang-ulang pada setiap malam. Keadaan inilah yang mulai
mempengaruhi psikologis tokoh Je. Gangguan susah tidur dan terbangun pada tengah malam merupakan sebuah gejala-gejala Skizofrenia tahap awal.
28 Mimpi-mimpi buruk yang dialami Tokoh Je mulai lagi menghantuinya.
Hal tersebut menyebabkan gangguan dalam diri Tokoh Je. Perhatikan kutipan dibawah ini :
9 LH15
4 juillet. – Décidément, je suis repris. Mes cauchemars anciens
reviennent.
Cette nuit, j’ai senti quelqu’un accroupi sur moi, et qui, sa bouche sur la mienne, buvait ma vie entre mes lèvres. Oui, il la puisait
dans ma gorge, comme aurait fait une sangsue. Puis il s’est levé, repu, et
moi je me suis réveillé, tellement meurtri, brisé, anéanti, que je ne pouvais plus remuer. Si cela continue encore quelques jours, je repartirai
certainement. 4 Juli- Sungguh, aku telah kembali. Mimpi-mimpi buruk di masa lalu
kembali bermunculan lagi. Malam itu, aku merasakan seseorang berjongkok didepanku dan mulutnya didepanku, meminum
kehidupanku diantara kedua bibirku. Ya, dia menghisapnya di tenggorokanku, seperti yang telah dilakukan oleh lintah. Kemudian
dia berdiri, kekenyangan dan aku terbangun, begitu terpukul, hancur, hilang semangat dan aku tidak dapat lagi bergerak. Jika kejadian ini
berlangsung terus dalam beberapa hari kedepan, aku akan pergi lagi pasti.
Tokoh Je mengalami mimpi buruk lagi. Mimpi-mimpi tersebut adalah mimpi-mimpi yang dulu telah mengganggunya. Tokoh Je mengalami halusinasi,
efek yang dihasilkan dari mimpi-mimpi buruk yang selama ini menghantuinya. Halusinasi dari Tokoh Je diuangkapkan dari kutipan yang bercetak tebal diatas.
Adanya perasaan bahwa seseorang berada di depan Tokoh Je. Orang tersebut seakan-akan mengambil kehidupan Tokoh Je, dari kutipan tersebut juga
menjelaskan bahwa halusinasi yang dialami oleh Tokoh Je telah berdampak negatif bagi diri Tokoh Je. Dia merasa begitu hancur, terpukul dan merasa
semangat dalam dirinya hilang. Skizofrenia memberi dampak yang buruk bagi sisi psikologis Tokoh Je. Gangguan-gangguan delusi mempengaruhi isi pikiran Tokoh
Je sehingga dia beranggapan seperti itu.
4.2 Reaksi tokoh utama terhadap penyakit skizofrenia yang dideritanya