28 Mimpi-mimpi buruk yang dialami Tokoh Je mulai lagi menghantuinya.
Hal tersebut menyebabkan gangguan dalam diri Tokoh Je. Perhatikan kutipan dibawah ini :
9 LH15
4 juillet. – Décidément, je suis repris. Mes cauchemars anciens
reviennent.
Cette nuit, j’ai senti quelqu’un accroupi sur moi, et qui, sa bouche sur la mienne, buvait ma vie entre mes lèvres. Oui, il la puisait
dans ma gorge, comme aurait fait une sangsue. Puis il s’est levé, repu, et
moi je me suis réveillé, tellement meurtri, brisé, anéanti, que je ne pouvais plus remuer. Si cela continue encore quelques jours, je repartirai
certainement. 4 Juli- Sungguh, aku telah kembali. Mimpi-mimpi buruk di masa lalu
kembali bermunculan lagi. Malam itu, aku merasakan seseorang berjongkok didepanku dan mulutnya didepanku, meminum
kehidupanku diantara kedua bibirku. Ya, dia menghisapnya di tenggorokanku, seperti yang telah dilakukan oleh lintah. Kemudian
dia berdiri, kekenyangan dan aku terbangun, begitu terpukul, hancur, hilang semangat dan aku tidak dapat lagi bergerak. Jika kejadian ini
berlangsung terus dalam beberapa hari kedepan, aku akan pergi lagi pasti.
Tokoh Je mengalami mimpi buruk lagi. Mimpi-mimpi tersebut adalah mimpi-mimpi yang dulu telah mengganggunya. Tokoh Je mengalami halusinasi,
efek yang dihasilkan dari mimpi-mimpi buruk yang selama ini menghantuinya. Halusinasi dari Tokoh Je diuangkapkan dari kutipan yang bercetak tebal diatas.
Adanya perasaan bahwa seseorang berada di depan Tokoh Je. Orang tersebut seakan-akan mengambil kehidupan Tokoh Je, dari kutipan tersebut juga
menjelaskan bahwa halusinasi yang dialami oleh Tokoh Je telah berdampak negatif bagi diri Tokoh Je. Dia merasa begitu hancur, terpukul dan merasa
semangat dalam dirinya hilang. Skizofrenia memberi dampak yang buruk bagi sisi psikologis Tokoh Je. Gangguan-gangguan delusi mempengaruhi isi pikiran Tokoh
Je sehingga dia beranggapan seperti itu.
4.2 Reaksi tokoh utama terhadap penyakit skizofrenia yang dideritanya
29 Pada pembahasan bagian ini, peneliti akan menganilis tentang reaksi tokoh
Je terhadap penyakit Skizofrenia yang dideritanya. Berbagai macam reaksi mulai muncul ketika tokoh Je mengalami gejala-gejala penyakit Skizofrenia. Reaksi-
reaksi yang dirasakannya bisa bermacam-macam sesuai dengan keadaan psikologis Tokoh Je pada saat gejala-gejala penyakit Skizofrenia tersebut muncul.
Reaksi yang tokoh Je rasakan pertama kali ketika dia mengalami demam pada tanggal 12 mei. Tokoh Je merasa bahwa ada kekuatan misterius yang tidak
bisa dia lihat. Perhatikan kutipan di bawah ini : 10
LH3
Comme il est profond, ce mystère de l’Invisible Nous ne le pouvons sonder avec nos sens misérables, avec nos yeux qui ne savent apercevoir
ni le trop petit, ni le trop grand, ni le trop près, ni le trop loin, ni les
habitants d’une étoile, ni les habitants d’une goutte d’eau.. Sebagai bentuk yang sukar dipahami, sebuah misteri yang tidak terlihat
Kita tidak dapat menduganya dengan indera kita yang menyedihkan ini, dengan mata kita yang tidak bisa mengetahui apakah kecil, besar,
sangat dekat, sangat jauh, penghuni sebuah bintang, penghuni sebuah
titik air…
Tokoh Je merasa bahwa penyakit yang dia hadapi ini adalah sebuah penyakit yang misterius dan sukar dipahami. Hal tersebut dapat kita lihat pada
penggalan kalimat «
Comme il est profond, ce mystère de l’Invisible » Sebagai bentuk yang sukar dipahami, sebuah misteri yang tidak terlihat . Pada
kalimat tersebut tokoh Je mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya dianggapnya sebagai sebuah bentuk sesuatu yang sulit dipahami dan misterius.
Tokoh Je sadar bahwa dia tidak bisa merasakan kekuatan misterius tersebut hanya
dengan indera yang dia miliki saja. Seperti pada kutipan « Nous ne le pouvons sonder avec nos sens misérables, avec nos yeux qui ne savent apercevoir ni le
30
trop petit, ni le trop grand, ni le trop près, ni le trop loin, ni les habitants d’une étoile, ni les habitants d’une goutte d’eau ».Kita tidak dapat menduganya
dengan indera kita yang menyedihkan ini, dengan mata kita yang tidak bisa mengetahui apakah kecil, besar, sangat dekat, sangat jauh, penghuni sebuah
bintang, penghuni sebuah titik air. Tokoh Je beranggapan bahwa dia tidak
akan dapat mengetahui kekuatan misterius tersebut dengan indera yang dia miliki. Kekuatan misterius yang tidak terlihat tersebut tidak dapat dia perkirakan apakah
mempunyai bentuk kecil atau besar, apakah sangat dekat ataupun sangat jauh, dan apakah mahluk terebut penghuni sebuah bintang ataupun penghuni sebuah titik
air. Kekuatan misterius yang dimaksudkan oleh tokoh Je sebenarnya hanyalah merupakan sebuah bentuk halusinasi dalam pikiran tokoh Je. Adanya rasa
penasaran tentang kehadiran penyakit misterius yang dirasakan tokoh Je membuatnya berharap dapat melihat mahkluk misterius yang berada dalam
pikirannya tersebut. Tokoh Je berharap memiliki indera yang dapat merasakan kehadiran
makluk misterius tersebut. Perhatikan kutipan pada halaman selanjutnya .
11 LH4
Ah Si nous avions d’autres organes qui accompliraient en notre faveur d
’autres miracles, que de choses nous pourrions découvrir encore autour de nous
Ah Jika kita mempunyai organ-organ lain yang akan dapat bekerja dengan keajaiban-keajaiban, hal-hal yang memugkinkan kita dapat
menemukan sesuatu di sekitar kita
31 Pada kutipan di atas menunjukkan keinginan Tokoh Je untuk memiliki
organ-organ tubuh lain yang dapat mengungkap hal-hal misterius disekitarnya. Harapan yang diungkapkan oleh tokoh Je tersebut dilandasi keinginannya untuk
mengetahui keberadaan mahkluk misterius yang berada disekitarnya. Perhatikan
pada penggalan kalimat « .., que de choses nous pourrions découvrir encore autour de nous ». Penggalan kalimat tersebut mengungkapkan tujuan agar dapat
menemukan sosok-sosok misterius disekitarnya. Reaksi tersebut merupakan perwujudan keinginannya untuk mengetahui penyakit misterius yang dideritanya.
Tokoh Je ingin mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal yang lain. Seperti pada kutipan dibawah ini :
12 LH5
À mesure qu’approche le soir, une inquiétude incompréhensible
m’envahit, comme si la nuit cachait pour moi une menace terrible. Je dîne vite, puis j’essaie de lire ; mais je ne comprends pas les mots ; je
distingue à peine les lettres. Saat mendekati malam hari, kegelisahan yang tidak bisa dimengerti datang
menghampiriku, seperti malam menyembunyikan sebuah ancaman yang mengerikan bagi diriku. Aku makan malam dengan cepat, lalu aku
mencoba untuk membaca ; akan tetapi aku tidak mengerti kata-kata tersebut ; aku tidak bisa membedakan huruf-huruf tersebut.
Tokoh Je berusaha mengalihkan kegelisahan yang dideritanya dengan hal- hal yang lain. Pada korpus data 12 ini, tokoh Je mencoba mengalihkan rasa
kegelisahannya dengan cara membaca. Hal tersebut dapat kita lihat pada kalimat «
Je dîne vite, puis j’essaie de lire ; mais je ne comprends pas les mots ; je distingue à peine les lettres » Aku makan malam dengan cepat, lalu aku
mencoba untuk membaca ; akan tetapi aku tidak mengerti kata-kata tersebut ; aku tidak bisa membedakan huruf-huruf tersebut. Dalam kutipan
kalimat tersebut, hal yang dilakukan oleh tokoh Je adalah makan malam dengan
32 cepat dan dilanjutkannya dengan membaca. Akan tetapi Skizofrenia telah
mengacaukan pikirannya sehingga dia tidak dapat mengerti setiap kata-kata yang tertulis tersebut. Pada kalimat «
j’essaie de lire ; mais je ne comprends pas les mots ; je distingue à peine les lettres » terlihat dengan jelas sebuah reaksi yang
ingin ditekankan oleh tokoh Je. Tokoh Je berupaya mengalihkan perhatian pikirannya pada bahan bacaan yang akan dibacanya. Tokoh Je berharap pikiran
tentang kegelisahan yang dia rasakan tersebut dapat dialihkan. Akan tetapi hasil yang dia harapkan berbeda dengan kenyataan yang ada. Tokoh Je malah tidak bisa
mengerti setiap kata-kata yang dia baca. Skizofrenia telah mengacaukan pikirannya sehingga dia tidak bisa menangkap stimulus-stimulus yang masuk
pada pikirannya. Tokoh Je berusaha melawan penyakit Skizofrenia yang dialaminya.
Sebuah reaksi untuk membebaskan dirinya dari belenggu ketakutan yang diciptakan oleh penyakit tersebut. Perhatikan kutipan berikut :
13 LH7
Moi, je me débats, lié par cette impuissance atroce, qui nous paralyse dans les songes ; je veux crier,
– je ne peux pas ; – je veux remuer, – je ne peux pas ;
– j’essaie, avec des efforts affreux, en haletant, de me tourner, de rejeter cet être qui m’écrase et qui m’étouffe, – je ne peux
pas Aku, aku melawan, terikat oleh ketidakberdayaan mengerikan yang
melumpuhkan kita didalam mimpi-mimpi, aku ingin menjerit tetapi - aku tidak bisa - aku ingin bergerak tetapi - aku tidak bisa - aku
mencoba, dengan upaya-upaya yang keras, terengah-engah,
berbalik, membuang mahkluk ini
yang membebaniku dan yang membuatku sesak tetapi - Aku tidak bisa
Tokoh Je berusaha melawan pengaruh dari penyakit yang dideritanya. Hal
tersebut dapat kita lihat pada kalimat « Moi, je me débats, lié par cette impuissance atroce, qui nous paralyse dans les songes » Aku, aku melawan,
33
terikat oleh ketidakberdayaan mengerikan yang melumpuhkan kita didalam mimpi-mimpi. Pada kalimat diatas menegaskan bahwa tokoh Je berusaha
melawan pengaruh negatif dari penyakit yang dideritanya. Kalimat « Moi, je me débats » secara jelas menyatakan bahwa Tokoh secara sadar melawan pengaruh
negatif dari penyakit yang dideritanya. Beberapa usaha yang dilakukan tokoh Je antara lain adalah dia berusaha ingin menjerit, berteriak dengan segala daya dan
upayanya. Perhatikan kalimat « je veux crier, – je ne peux pas ; – je veux
remuer, – je ne peux pas ; – j’essaie, avec des efforts affreux, en haletant, de me
tourner, de rejeter cet être qui m’écrase et qui m’étouffe, – je ne peux pas » aku ingin menjerit tetapi - aku tidak bisa - aku ingin bergerak tetapi - aku
tidak bisa - aku mencoba, dengan upaya-upaya yang keras, terengah-engah, berbalik, membuang mahkluk ini
yang membebaniku dan yang membuatku sesak tetapi - Aku tidak bisa. Pada kalimat tersebut terlihat upaya-upaya yang
dilakukan tokoh Je. Didalam ketidak berdayaan yang dia rasakan, tokoh Je telah berusaha untuk berteriak dan bergerak. Usaha yang dia lakukan bukanlah sebuah
usaha yang biasa-biasa saja melainkan sebuah usaha yang keras, tokoh Je memberikan perlawanan terhadap tekanan penyakit yang dia rasakan dengan
upaya-upaya yang keras. Kita dapat melihat pernyataan tersebut pada kalimat «
j’essaie, avec des efforts affreux ». Walaupun usaha-usaha yang tokoh Je
lakukan berujung pada kegagalan. Tokoh Je telah memberikan reaksi yang cukup jelas untuk melawan penyakit yang dia rasakan tersebut.
Tokoh Je merasa takut dalam kesendirian. Hal tersebut wajar baginya, karena dalam kesendirian penyakit yang dideritanya seakan-akan dapat datang
34 seketika dan menyebarkan ancaman buruk kepadanya. Perhatikan kutipan di
bawah ini : 14
LH8-9
Un frisson me saisit soudain, non pas un frisson de froid, mais un étrange frisson d’angoisse.Je hâtai le pas, inquiet d’être seul dans ce
bois, apeuré sans raison, stupidement, par la profonde solitude. Sebuah perasaan gemetar tiba-tiba menyekapku, gemetar bukan
karena kedinginan melainkan gemetar karena adanya sebuah kecemasan yang aneh. Aku mempercepat langkahku, khawatir
sendirian di dalam hutan, takut tanpa alasan yang jelas, tampak bodoh, dikarenakan kesepian yang mendalam.
Pada kutipan di atas menjelaskan reaksi tokoh Je ketika dia berada dalam kesendirian dan kesepian. Tokoh Je merasa bahwa perasaan gemetar yang tiba-
tiba datang menyekapnya membuatnya takut akan sendirian. Perhatikan kalimat
« Un frisson me saisit soudain, non pas un frisson de froid, mais un étrange frisson d’angoisse.Je hâtai le pas, inquiet d’être seul dans ce bois » Sebuah
perasaan gemetar tiba-tiba menyekapku, gemetar bukan karena kedinginan melainkan gemetar karena adanya sebuah kecemasan yang aneh. Aku
mempercepat langkahku. Pada kalimat «Un frisson me saisit soudain, non pas un frisson de froid, mais un étrange frisson d’angoisse » secara jelas
menggambarkan keadaan yang dialami tokoh Je. Perasaan gemetar yang tiba-tiba datang menyekap Tokoh Je merupakan bentuk dari serangan penyakit Skizofrenia
yang dideritanya. Tokoh Je ingin menyegarkan pikirannya dengan cara berpergian. Hal ini
sebuah bentuk reaksi yang diharapkan bisa membantunya menghilangkan efek- efek negatif yang dia rasakan selama ini. Perhatikan kutipan di bawah ini :
15 LH10
35 3 juin.
– La nuit a été horrible. Je vais m’absenter pendant quelques semaines. Un petit voyage, sans doute, me remettra.
3 Juni- Malam begitu mengerikan. Aku akan berpergian selama beberapa minggu. Sebuah perjalanan pendek, tentunya akan
memulihkanku.
Tokoh Je beranggapan bahwa jika dia memutuskan untuk berpergian selama beberapa minggu mungkin bisa memulihkan keadaannya tersebut. Pada
kalimat «
Je vais m’absenter pendant quelques semaines. Un petit voyage, sans doute, me remettra » Aku akan berpergian selama beberapa minggu. Sebuah
perjalanan pendek, tentunya akan memulihkanku mencoba memberikan
gambaran secara jelas reaksi dari tokoh Je terhadap penyakit yang dideritanya. Tokoh Je merasa dengan dia berpergian maka pikiran dan jiwanya bisa lebih
merasa tenang. Penegasan dari reaksi tersebut terlihat jelas pada kalimat « Un petit voyage, sans doute, me remettra ». Pada kalimat tersebut tokoh Je
mengatakan bahwa sebuah perjalanan pendek tentunya bisa memulihkannya. Pada
konteks « sans doute, me remettra » bermaksud menjelaskan sebuah reaksi
harapan dari tokoh Je tentang penyakit yang dideritanya, yang tentu saja sebuah harapan untuk dapat kembali pada saat di mana dia dalam kondisi sehat.
Tokoh Je mulai bertanya-tanya tentang eksistensi dari sosok makluk misterius yang membayang-bayangi pikirannya. Dia berpikir apakah keadaan
makluk tersebut benar-benar ada. Perhatikan kutipan berikut ini : 16
LH14
Je dis au moine : « Y croyez-vous ? » Il murmura : « Je ne sais pas. » Je repris : « S’il existait sur la terre d’autres êtres que nous, comment ne
les connaîtrions-nous point depuis longtemps ; comment ne les auriez- vous pas vus, vous ? comment ne les aurais-je pas vus, moi ? »
Aku berkata kepada biarawan : Apakah anda percaya hal tersebut ? Dia bergumam : Aku tidak tahu.
Aku melanjutkan: “Jika ada mahkluk lain di bumi ini selain kita, yang tidak kita ketahui keberadaannya
36
sejak dahulu kala : yang tidak bisa anda lihat? Dan yang tidak bisa ku lihat juga?
Tokoh Je mempertanyakan eksistensi sosok misterius yang
membayanginya selama ini kepada seorang biarawan. Hal tersebut dapat kita lihat
pada kutipan kalimat « Je dis au moine : « Y croyez-vous ? » Aku berkata kepada biarawan : Apakah anda percaya hal tersebut ?. Tokoh Je
mempertanyakan sebuah eksistensi mahkluk yang menghantuinya selama ini kepada seorang biarawan. Pada keadaan ini biarawan dianggap sebagai sosok
yang mengetahui banyak hal. Posisi biarawan dianggap sebagai sebuah posisi yang mengenal dunia spiritual. Tokoh Je sadar betul bahwa sosok misterius yang
menghantuinya adalah sebuah mahkluk misterius yang tidak bisa dia lihat secara langsung dan hidup disekitar dirinya. Pada kalimat «
Je repris : « S’il existait sur la terre d’autres êtres que nous, comment ne les connaîtrions-nous point
depuis longtemps ; comment ne les auriez-vous pas vus, vous ? comment ne les aurais-je pas vus, moi ? »
Aku melanjutkan: “Jika ada mahkluk lain di bumi ini selain kita, yang tidak kita ketahui keberadaannya sejak dahulu
kala : yang tidak bisa anda lihat? Dan yang tidak bisa ku lihat juga?
menjelaskan bahwa tokoh Je merasa mahkluk misterius tersebut seakan benar- benar ada disekitar kita, pertanyaan-pertanyaan yang diutarakan oleh tokoh Je
seakan-akan merupakan pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya oleh diri tokoh Je sendiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebuah bentuk reaksi
adanya keyakinan tokoh Je terhadap eksistensi mahkluk misterius yang menghantuinya selama ini.
37 Tokoh Je mempertanyakan tentang dirinya sendiri, apakah efek-efek
negatif yang menyerangnya tersebut telah membuatnya menjadi gila. Delusi dan halusinasi yang dia rasakan membuatnya merasa bahwa dirinya telah kehilangan
akal sehatnya. Perhatikan kutipan berikut : 17
LH16
5 juillet. – Ai-je perdu la raison ? Ce qui s’est passé la nuit dernière est
tellement étrange, que ma tête s’égare quand j’y songe 5 Juli.
– Apakah aku telah gila ? Apa yang telah terjadi malam kemarin tampak begitu aneh, kepalaku seakan mengembara ketika
aku memikirkannya Pada tanggal 5 juni, tokoh Je merasa bahwa gejala-gejala Skizofrenia
mulai menggiring tokoh je untuk berpikiran bahwa dirinya telah menjadi gila.
Pada kalimat «Ai-je perdu la raison ? »Apakah aku telah gila ? mengegaskan
adanya sebuah reaksi tokoh Je terhadap dirinya sendiri. Tokoh Je telah mengalami halusinasi-halusinasi yang membawanya pada sebuah ketakutan terhadap
serangan sosok misterius. Sosok misterius yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan tinggal disekitarnya. Tekanan-tekanan inilah yang membuat tokoh
Je merasa semakin bingung. Kita dapat melihat kalimat «
Ce qui s’est passé la nuit dernière est tellement étrange, que ma tête s’égare quand j’y songe »
Apa yang telah terjadi malam kemarin tampak begitu aneh, kepalaku seakan mengembara ketika aku memikirkannya menjelaskan keadaan tokoh Je pada
saat memikirkan penyakit Skizofrenia yang telah menyerangnya. Gejala-gejala penyakit tersebut telah memberi dampak negatif bagi sisi psikologis tokoh Je.
Seperti pada kalimat «
que ma tête s’égare quand j’y songe ». Dampak negatif
tersebut membuat tokoh Je tidak bisa berpikir secara jernih dan tidak bisa mengambil segala masukan informasi dari luar secara benar.
38 Suatu bentuk reaksi dari kekhawatiran akan adanya ancaman dari sosok
misterius yang selalu membayanginya adalah ketakutan akan adanya kematian karena dibunuh. Perhatikan kutipan di bawah ini :
18 LH16
Figurez- vous un homme qui dort, qu’on assassine, et qui se réveille, avec
un couteau dans le poumon,et qui râle couvert de sang, et qui ne peut plus respirer, et qui va mourir, et qui ne comprend pas
– voilà. Bayangkanlah ketika seseorang sedang tidur dibunuh, dan terbangun,
dengan sebilah pisau tertancap di dadanya dan sekarat berlumuran darah, dan tidak dapat lagi bernafas, dan akan mati, dan tidak
memahaminya- begitulah.
Reaksi dari rasa takut tokoh Je menciptakan sebuah bayangan ketakutan
dibunuh oleh sosok misterius tersebut. Pada kalimat «Figurez-vous un homme qui dort, qu’on assassine, et qui se réveille, avec un couteau dans le poumon, et
qui râle couvert de sang, » Bayangkanlah ketika seseorang sedang tidur dibunuh, dan terbangun, dengan sebilah pisau tertancap di dadanya dan
sekarat berlumuran darah, adalah sebuah bentuk bayangan imajinasi dari
tokoh Je Dia membayangkan seseorang yang mati ketika sedang tidur. Reaksi tersebut merupakan bentuk ketakutan dari tokoh Je terhadap ancaman sosok
misterius yang selalu membayanginya. Ketakutan jika akan dibunuh pada saat
sedang tidur. Pada kalimat « avec un couteau dans le poumon, et qui râle couvert de sang » menjelaskan sebuah cara kematian yang dianggap mengerikan
oleh tokoh Je. Sebuah pisau tertancap didada korban, dengan nafas tersenggal- senggal sekarat menuggu kematian dan berlumuran darah. Hal-hal tersebut
merupakan sebuah refleksi dari bentuk katakutan tokoh Je akan adanya kematian dibunuh oleh sosok misterius tersebut.
39 Tokoh Je merasa benar-benar kebingungan terhadap kejadian ketika air di
dalam botol Kristal minumannya tiba-tiba habis tak tersisa. Tokoh Je yakin bahwa tidak ada orang lain selain dirinya yang berada di dalam kamarnya, sehingga
pikiran tokoh Je menjadi kacau tentang siapa yang telah menghabiskan minuman tersebut. Perhatikan kutipan di bawah ini :
19 LH16-17
D’abord, je n’y compris rien ; puis, tout à coup, je ressentis une émotion si terrible, que je dus m’asseoir, ou plutôt, que je tombai sur une chaise
puis, je me redressai d’un saut pour regarder autour de moi puis je me rassis, éperdu d’étonnement et de peur, devant le cristal transparent
Pertama-tama, aku tidak paham sama sekali, lalu tiba-tiba, aku merasakan sebuah emosi yang begitu mengerikan, aku duduk, atau
lebih tepatnya aku terjatuh di kursi lalu, aku kembali berdiri dengan terlonjak melihat sekelilingku kemudian aku duduk, kebingungan dan
takut, dihadapan botol kristal yang kosong
Tokoh Je merasa begitu kebingungan. Botol Kristal yang berisi air di dalam kamarnya habis tak tersisa tanpa tahu siapa yang meminumnya. Dalam
keadaan ini tokoh Je benar-benar merasa syok, dia kebingungan dan ketakutan. Perhatikan pada kalimat «
D’abord, je n’y compris rien ; puis, tout à coup, je ressentis une émotion si terrible, que je dus m’asseoir, ou plutôt, que je tombai
sur une chaise » Pertama-tama, aku tidak paham sama sekali, lalu tiba-tiba, aku merasakan sebuah emosi yang begitu mengerikan, aku duduk, atau lebih tepatnya
aku terjatuh di kursi , pada kalimat tersebut menjelaskan keadaan ketika tokoh Je menyaksikan kejadian yang aneh tersebut. Tokoh Je begitu tercengang kaget,
seakan-akan perasaan yang begitu mengerikan tiba-tiba menghampirinya. Perhatikan pada kalimat «je ressentis une émotion si terrible ». Tokoh Je secara
tiba-tiba merasakan perasaan mengerikan tersebut. Keadaan psikologis tokoh Je yang terguncang ketika melihat kejadian yang aneh tersebut membuatnya
40 merasakan perasaan mengerikan. Perubahan keadaan psikologis tokoh Je tersebut
di akibatkan adanya sebuah kebingungan karena air di dalam botol kristalnya habis tak bersisa tanpa tahu siapa yang meminumnya. Reaksi yang ditunjukkan
tokoh Je lainya ketika melihat kejadian tersebut adalah terjatuh di kursi. Dia terkejut sehingga sampai membuat dirinya terjatuh di kursi. Perhatikan kalimat
« que je dus m’asseoir, ou plutôt, que je tombai sur une chaise ». Tokoh Je
terkejut sehingga tanpa sadar dia terjatuh ke kursi tempat duduknya. Reaksi tersebut merupakan sebuah reaksi alamiah dari efek keterkejutan yang dia
rasakan. Tokoh Je berpikiran bahwa dirinya mungkin telah menjadi gila. Kejadian
habisnya air di dalam botol kristalnya tanpa di ketahui siapa yang meminumnya begitu membuat sisi psikologisnya terpukul. Perhatikan kutipan pada halaman
selanjutnya.
20 LH18
6 juillet. – Je deviens fou. On a encore bu toute ma carafe cette nuit ; –
ou plutôt, je l’ai bue Mais, est-ce moi ? Est-ce moi ? Qui serait-ce ? Qui
? Oh mon Dieu Je deviens fou Qui me sauvera ? 6 Juli- Aku gila. Seseorang telah meminum semua air di botol
minumanku malam itu:- atau lebih tepatnya aku telah meminumnya Tapi apakah aku? Apakah aku? Yang melakukannya? Siapa? Oh
Tuhanku Aku gila Siapa yang akan menyelamatkanku?
Tokoh Je merasa begitu terpukul psikologisnya atas peristiwa aneh tentang habisnya air di dalam botol kristalnya tanpa tahu siapa yang telah meminumnya.
Kekacauan pada pikiran tokoh Je membawanya pada sebuah asumsi bahwa
dirinya telah menjadi gila. Kita dapat melihatnya pada kalimat « 6 juillet. – Je
deviens fou. On a encore bu toute ma carafe cette nuit ; – ou plutôt, je l’ai bue
41
» 6 Juli- Aku gila. Seseorang telah meminum semua air di botol minumanku malam itu:- atau lebih tepatnya aku telah meminumnya.
Tanggal 6 juli, tokoh Je merasa bahwa dirinya telah menjadi gila. Dia beranggapan bahwa seseorang telah meminum seluruh air di dalam botol
minumannya, atau lebih tepatnya dia beranggapan dirinyalah yang telah meminum semua air tersebut. Dalam hal ini pikiran tokoh Je telah begitu
dikacaukan oleh penyakit Skizofrenia.
4.3 Upaya Tokoh Utama untuk Menyembuhkan Penyakit yang Dideritanya