4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik dan kondisi mangrove
Hutan mangrove di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten tumbuh secara semi buatan yang menempati areal seluas 40 ha.
Jenis mangrove yang ditemukan pada daerah penelitian yaitu Avicennia marina dan Rhizophora sp. Daerah pantai didominasi oleh Avicennia marina sedangkan
di daerah darat atau dekat tambak banyak dijumpai Rhizophora sp. Secara keseluruhan, jenis yang paling dominan di daerah penelitian adalah Avicennia
marina. Sebelum dibuat daerah tambak, pohon mangrove di lokasi tersebar rata dan luas hutan mangrove sekarang menjadi menipis dan tidak tersebar rata.
Pohon mangrove berumur sekitar 5-15 tahun komunikasi pribadi dengan petambak dengan keliling batang sekitar 78 cm. Hutan mangrove di lokasi ini
dimanfaatkan oleh nelayan untuk mencegah abrasi supaya tambak-tambak tidak hancur atau terlindungi. Selain itu, kayu mangrove dimanfaatkan untuk kayu
bakar dan membangun rumah. Lokasi penelitian terdiri dari 3 stasiun dengan karakteristik yang berbeda.
Karakteristik stasiun I adalah daerah sedimentasi yang dekat dengan aliran air sungai buatan yang berfungsi untuk memberikan asupan air laut bagi tambak-
tambak yang ada disekitarnya. Karakteristik pada stasiun II adalah daerah sedimentasi dan dipenuhi banyak sampah yang terbawa oleh arus pasang surut.
Stasiun III memiliki ciri yaitu sebagai daerah abrasi yang dekat dengan muara sungai dan dipenuhi banyak sampah.
Kerapatan pohon mangrove di Desa Lontar Kecamatan Kemiri Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten disajikan pada Gambar 9 dan data mentah dapat
dilihat pada Lampiran 3.
16 19
21
5 10
15 20
25
Stasiun I Stasiun II
Stasiun III
K e
r a
pa ta
n po ho
n pe
r m
2
Gambar 9. Tingkat kerapatan pohon mangrove pada masing-masing stasiun pengamatan
Kerapatan pohon mangrove di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten memperlihatkan hasil yang berbeda. Stasiun yang
mempunyai kerapatan tertinggi adalah stasiun III dengan nilai kerapatan 21 pohon per 100 m
2
sedangkan kerapatan terendah dijumpai di stasiun I dengan kerapatan 16 pohon per 100 m
2
. Hal ini diakibatkan karena penyebaran dari biji tidak merata dan letak penanaman mangrove tidak teratur.
4.2 Karakteristik fisika- kimia perairan dan sedimen