penunjang pohon. Contoh akar ini banyak terdapat pada jenis Rhizophora sp.
- Akar lutut Knee-Root: akar yang muncul dari tanah kemudian
melengkung kecoklatan bawah sehingga bentuknya menyerupai lutut. Contoh akar ini terdapat pada jenis Bruguiera sp.
• Adaptasi terhadap kadar garam tinggi - Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan
garam. - Berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk mengatur
keseimbangan garam. - Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.
• Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang-surut Mengembangkan struktur akar sangat ekstensif dan membentuk jaringan
horizontal yang lebar. Di samping untuk memperkokoh, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen.
2.5. Faktor pembatas pertumbuhan mangrove
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan vegetasi mangrove yaitu:
2.5.1. Temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor lingkungan yang berperan penting dalam proses fisiologis, seperti fotosintesis dan respirasi Aksornkoae, 1993.
Temperatur rata-rata di daerah tropis cukup baik bagi pertumbuhan mangrove. Hutching dan Saenger 1987 in Kusmana 2000 kisaran temperatur optimum
untuk pertumbuhan beberapa jenis tumbuhan mangrove, yaitu Avicennia marina tumbuh baik pada temperatur 18°-20 °C.
2.5.2. Salinitas
Lingkungan bergaram asin diperlukan untuk kestabilan ekosistem mangrove, Aksornkoae 1993 meyatakan bahwa salinitas merupakan faktor lingkungan yang
sangat menentukan perkembangan hutan mangrove, terutama bagi laju pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Pada umumnya
tumbuhan mangrove hidup dan tumbuh dengan kisaran salinitas 10-30 °
oo
. Namun ada beberapa spesies mangrove yang dapat tumbuh pada daerah yang
salinitasnya tinggi. Spesies Avicennia sp termasuk jenis mangrove yang memiliki toleransi tinggi terhadap garam.
Menurut Hutabarat dan Evans 1998 fluktuasi salinitas merupakan gambaran dominan lingkungan estuari, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pasang surut,
musim, topografi estuari dan jumlah air tawar. Sedangkan menurut Nontji 2005 menyatakan bahwa sebaran salinitas di perairan estuari mempunyai struktur
salinitas yang kompleks, karena merupakan pertemuan antara air tawar yang relatif ringan dan air laut yang lebih berat, juga pengadukan air yang sangat
menentukan.
2.5.3. Tanah
Tanah tempat tumbuh mangrove dibentuk oleh akumulasi sedimen yang berasal dari sungai, pantai atau erosi tanah yang terbawa dari dataran tinggi
sepanjang sungai. Menurut Aksornkoae 1993 spesies mangrove Rhizophora mucronata dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang relatif dalam dan
berlumpur dan spesies mangrove Avicennia marina dan Bruguiera sp. di sepanjang tepi sungai berlumpur.
Klasifikasi tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi substrat halus 2 mm. Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir
pasir, debu, dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur Gambar 2.
Sumber : Hardjowigeno 2003
Gambar 2. Diagram segitiga tekstur tanah dan sebaran besar butir
2.5.4. Derajat Keasaman pH
Derajat keasaman atau pH adalah jumlah ion hidrogen yang terdapat pada larutan Effendi, 2003. Air laut sebagai media yang memiliki kemampuan
sebagai larutan penyangga yang dapat mencegah perubahan nilai pH yang sangat ekstrim. Menurut Aksornkoae 1993 menyatakan komunitas Rhizophora sp dan
Avicennia sp hidup pada tanah dengan nilai pH berturut-turut adalah 6,6 dan 6,2 ketika dalam keadaan penuh air, tetapi pada kondisi aerobik dan kering nilai pH
berkurang menjadi 4,6 dan 5,7.
2.5.5. Zat hara
Aksornkoae 1993 menyatakan hara merupakan faktor penting dalam keseimbangan ekosistem mangrove. Hara terbagi menjadi dua yaitu hara
anorganik dan detritus organik. Hara anorganik terdiri dari N, P, K, Mg, Ca, dan Na.
Nitrat dan fosfor merupakan nutrien anorganik yang sangat stabil. Sumber nutriennya berasal dari hujan, aliran permukaan, sedimen, air laut, dan bahan
organik yang terdegradasi. Detritus organik terdiri dari dua sumber yaitu dari perairan itu sendiri dan dari ekosistem lain. Menurut Vollenweider 1968 in
Effendi 2003, membagi tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan nitrat dan fosfat Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Kriteria tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan nitrat Vollenweider, 1968 in Effendi, 2003
Kandungan Nitrat Kriteria Kesuburan
0,226 mgliter Kurang subur
0,227-1,129 mgliter Sedang
1,133-11,250 mgliter Tinggi
Tabel 2. Kriteria tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan fosfat Vollenweider, 1968 in Effendi, 2003
Kandungan fosfat Kriteria
0,000-0,020 mgliter Rendah
0,021-0,050 mgliter Cukup
0,051-0,100 mgliter Baik
0,100 mgliter Sangat subur
2.6. Serasah mangrove