Peranan Kementerian Dalam Negeri di dalam pemberdayaan Masyarakat Gerakan

tentang Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga desa atau kelurahan, dan juga mengenai Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. Sedangkan dalam pasal 7 ayat c langsung menerangkan salah satu jenis lembaga kemasyarakatan yang di akui dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyrakatan iniadalah Tim Penggerak PKK Desa atau kelurahan. Dari Pasal 12 dan 13 dapat dilihat apa tugas Tim Penggerak PKK yaitu membantu Pemerintah Desa atau Lurah sebagai mitra, untuk membantu dalam hal pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga, secara rinci tugas-tugas dari Tim Penggerak PKK Desa dan Kelurahan di uraikan dalam Pasal 12 ayat 2, sedangkan pada pasal 13 menerangkan fungsi dari pelaksanaan tugas Tim Penggerak PKK di desa dan Kelurahan. Sehingga dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa Tim Penggerak PKK yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dari lingkup kecil yaitu keluarga. Diatur dan didukung juga secara baik dan rapi dari tingkat pusat hingga daerah, melalui segala jenis peraturan perundang-undangan yang terkait juga dari apartur negara yang terkait, dimana Presiden yang memimpin Pemerintah Pusat, menggerakkan Kementerian Dalam Negeri guna memberi arahan yang jelas hingga Pemerintahan Desa atau Kelurahan untuk menjalankan amanat Pembangunan Nasional Negara Kedaulatan Republik Indonesia, sebagaimana tertuang dalam amanat Undang-Undang Dasar 1945 dalam Alinea Pembukaan Paragraf kedua.

F. Peranan Kementerian Dalam Negeri di dalam pemberdayaan Masyarakat Gerakan

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 Payung Hukum yang dimilki oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan keluarga sudah berubah sebanyak dua kali diawali dari Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 1984 yang sebagai cikal bakal daripada lahirnya TP PKK secara nasional, kemudian diteruskan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000, terakhir muncul Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 sebagai dasar hukum daripada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga secara nasional. Penulis menilai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 sangat bermanfaat menggantikan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000, karena penulis menilai payung hukum yang baru ini akan semakin memperkuat Tim Penggerak pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dalam menjalankan visi misinya untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat. Seperti misalnya tentang kewenangan yang dapat di lihat di pasal 4 dan 16 daripada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013, yang lebih jelas dan tegas memberikan peran serta daripada Pemerintah untuk mendukung Gerakan Pemberdayaan Masyarakat ini, di banding yang diatur di dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000, kewenangan tersebut berbunyi sebagai berikut : Pasal 4 1 Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK secara nasional. 2 Gubernur melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat di Provinsi menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Provinsi dan KabupatenKota di wilayahnya. 3 BupatiWalikota melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat di KabupatenKota menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di KabupatenKota. Pasal 16 1 Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK secara nasional. 2 Gubernur melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat di Provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Provinsi dan KabupatenKota di wilayahnya. 3 BupatiWalikota melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat di KabupatenKota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di KabupatenKota. 30 Pasal 4 dan 16 dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 ini dengan jelas memberikan kewenangan kepada Pemerintah untuk ikut campur dalam berperan serta dalam menyelenggarakan dan mengawasi jalannya gerakan pemberdayaan masyarakat ini sehingga tujuan awal yang ingin di capai bisa sama-sama terwujud. Dimana hal ini tidak diatur secara tegas dan rinci pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000 yang telah digantikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 ini. Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 penulis melihat celah yang baik bagi Tim Penggerak Pemberdayaan dan kesejahteraan Keluarga untuk membesarkan dan mengembangkan 10 program pokok mereka, hal ini dapat dilihat di pasal 5 ayat 3, yang berbunyi : Pasal 5 30 Republik Indonesia, 2013. Peraturan Menteri Dalam Negeri , Nomor 1. Sekretariat Negara. Jakarta 3 Uraian kegiatan 10 sepuluh program pokok PKK sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilaksanakan sesuai kondisi dan prioritas kebutuhan masyarakat. 31 Dari ayat ini penulis melihat peluang bagi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga baik dalam kegiatan, pengorganisasian, maupun dalam pelaksanaan program- program dapat di sesuaikan dengan keadaan dan kondisi masyarkat sekitar, sehingga bisa lebih tepat guna dan sasaran. Sedangkan dari segi pendanaan bagi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, pada pasal 13 dan 18 dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013, lebih jelas di atur mengenai sumbernya, seperti tertuang sebagai berikut : Pasal 13 Untuk mengoptimalkan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK, TP PKK dapat bekerjasama dalam bentuk kemitraan sosial dan non profit dengan lembaga kemasyarakatan lainnya, lembaga international dan dunia usaha. Pasal 18 Pendanaan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah KabupatenKota, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan lain-lain sumber pendanaan yang sah dan tidak mengikat. 32 Dari pasal ini penulis melihat ada dua macam sumber pendanaan bagi TP PKK dimana yang utama adalah dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten atau kota, dan APBDesa, sementara yang kedua adalah sumber dari pihak ke tiga dimana di terangkan pada pasal 13 bersifat sosial dan non profit, dan di tegaskan kembali padal pasal 18 bahwasanya sumber pendanaan tersebut sah dan tidak mengikat. 31 Republik Indonesia, 2013. Peraturan Menteri Dalam Negeri , Nomor 1. Sekretariat Negara. Jakarta 32 Republik Indonesia, 2013. Peraturan Menteri Dalam Negeri , Nomor 1. Sekretariat Negara. Jakarta.

BAB III IMPLEMENTASI PERMENDAGRI NOMOR 1 TAHUN 2013 DALAM PEMBINAAN