Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang penting dalam kehidupan bangsa. Semakin baik mutu pendidikan di suatu negara, semakin berkualitas pula sumber daya manusianya. Achmad Munib dalam bukunya 2009: 34 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Pendidikan juga merupakan proses bantuan dan pertolongan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik atas pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya secara optimal. Ki Hajar Dewantoro dalam Munib 2009: 31 menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti kekuatan batin, karakter, pikiran intelek, dan tubuh anak. Pada era globalisasi ini, pendidikan sangat berperan dalam mengantarkan sumber daya manusia yang tangguh, berkualitas, dan mempunyai daya saing yang kreatif serta produktif dalam menghadapi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan tidak hanya ditujukan untuk menghasilkan pribadi yang cerdas dan terampil saja, tetapi juga pribadi yang berbudi pekerti luhur berkarakter. Adapun ketika diproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, para bapak pendiri bangsa menyadari bahwa paling tidak terdapat 1 tiga tantangan besar yang harus dihadapi antara lain adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, membangun bangsa, dan membangun karakter. Pada implementasinya kemudian upaya mendirikan negara relatif lebih cepat apabila dibandingkan dengan upaya untuk membangun bangsa dan membangun karakter. Bung Karno dalam Munib 2011: 1 menegaskan bahwa bangsa Indonesia ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter karena karakter inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta bermartabat. Apabila pembangunan karakter ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli. A.T. Soegito dalam makalahnya 2011 memaparkan bahwa pengembangan karakter bangsa saat ini menjadi sangat penting bahkan strategis disamping untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari keterpurukan pembangunan berbagai bidang juga untuk menyiapkan manusia Indonesia yang berkaraker dan bermartabat sebagai subjek pembangunan di masa yang akan datang. Persoalan karakter bangsa pada saat ini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan yang tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dan dialog maupun diskusi-diskusi yang semakin ramai di media elektronik. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat Kemendiknas 2010 Harian kompas terbitan hari senin 20 Juni 2011 menulis Kerusakan Moral Mencemaskan sebagai headline yang terpampang di halaman depan. Dalam berita tersebut disampaikan sebagai ikhtisar hal-hal yang terkait penyelenggara negara berupa fakta: 1 Sepanjang 2004-2011, Kementrian Dalam Negeri mencatat sebanyak 58 kepala daerah yang terdiri atas gubernur, bupati, dan walikota tersangkut korupsi. 2 Sedikitnya 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011. 3 30 anggota DPR periode 1999-2004 dari empat parpol terlibat kasus dugaan suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. 4 Kasus korupsi terjadi di sejumlah institusi seperti KPU, Komisi Yudisial, KPPU, Ditjen Pajak, Bank Indonesia, dan BKPM. Dunia pendidikan seperti kehilangan perannya. Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan baik itu oleh pengelola, pengurus, maupun siswa misalnya ketidakjujuran dalam pendidikan seperti kasus bertindak curang baik berupa tindakan mencontek, mencontoh pekerjaan teman atau mencontoh dari buku pelajaran ketika diadakan ujian seolah-olah merupakan kejadian sehari-hari. Selain itu santer pula kabar mengenai adanya ijazah palsu dan perjokian. Begitu pula dengan semakin meningkatnya tawuran antar pelajar, berbagai bentuk kenakalan remaja seperti pemerasan atau kekerasan, dan penggunaan narkoba. Bahkan dalam pelaksaaan Ujian Akhir Nasional di beberapa daerah ditengarai terdapat beberapa guru yang memberikan kunci jawaban kepada siswa Samani 2011 : 5. Hal ini dilakukan agar siswa-siswa dari sekolah yang bersangkutan dapat mengerjakan soal dengan tepat dan lulus karena ketika suatu sekolah dapat meluluskan semua siswa-siswinya maka nama baik sekolah tersebut akan semakin meningkat. Hanya demi nama baik beberapa oknum guru melepaskan integritasnya sebagai seorang guru yang notabene merupakan seorang pendidik generasi penerus bangsa. Jalan keluar yang banyak dikemukakan untuk mengurangi masalah budaya dan karakter bangsa itu adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat Kemendiknas 2010: 1. Namun pendidikan sepertinya masih belum mampu untuk memperbaiki perilaku warga menjadi lebih baik. Disinilah pentingnya nilai-nilai karakter turut dicantumkan dalam proses pendidikan di Indonesia. Pendidikan inilah nantinya nilai-nilai karakter dalam diri peserta didik akan dikembangkan karena pada dasarnya setiap manusia itu memiliki karakter yang baik dalam dirinya namun nilai-nilai karakter tersebut dikembangkan atau hanya dibiarkan saja. Dalam konteks universal pendidikan karakter muncul dan berkembang awalnya dilandasi oleh pemikiran bahwa sekolah tidak hanya bertanggung jawab agar peserta didik menjadi sekedar cerdas, tetapi juga untuk memberdayakan peserta didik agar memiliki nilai-nilai moral yang memandunya dalam kehidupan sehari-hari Samani 2011:10. Pendidikan karakter secara eksplisit adalah amanat Undang-Undang nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tokoh Proklamator bangsa Indonesia yakni Bung Karno dan Bung Hatta merupakan orang-orang cerdas, intelek, dan pintar. Banyak sekali godaan-godaan dan bujukan-bujukan yang dilakukan oleh pihak pemerintah Belanda agar Bung Karno dan Bung Hatta memihak pada Belanda. Mereka diiming-imingi dengan harta, kekuasaan dan kenyamanan dalam kehidupan, akan tetapi mereka lebih memilih membela kemerdekaan bangsa Indonesia yang penuh dengan perjuangan berat dan kesusahan hingga mereka diasingkan. Dapat disimpulkan bahwa selain mereka memiliki ilmu yang tinggi, mereka juga mempunyai integritas, moral dan hati sehingga tidak menggadaikan bangsanya sendiri hanya demi kenyamanan kehidupan mereka. Pendidikan sejarah menjadi sesuatu yang sangat penting. Dimana proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan. Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting. Kesadaran tersebut dapat terbangun dengan baik melalui pendidikan sejarah yang memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa diri bangsanya di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain itu, pendidikan harus membangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai berkenaan dengan lingkungan tempat diri dan bangsanya hidup, nilai yang hidup di masyarakat, sistem sosial yang berlaku dan sedang berkembang. Pendidikan sejarah mempunyai peranan dalam upaya pembentukan karakter bangsa dan menanamkan nilai budaya. Tujuan mempelajari sejarah menurut Hartono Kasmadi 1996: 13 adalah untuk menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air, bangsa dan negara, serta sadar untuk menjawab untuk apa ia dilahirkan. Materi dalam pendidikan sejarah mampu untuk mengembangkan potensi peserta didik untuk lebih mengenal nilai-nilai bangsa yang diperjuangkan pada masa lampau, dipertahankan, dan disesuaikan untuk kehidupan masa kini serta dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan dimasa mendatang. Apalagi dalam sejarah dipaparkan mengenai berbagai peristiwa dan kejadian yag nyata telah terjadi dimasa lampau, bukan hanya karangan fiktif belaka. Maka berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti merumuskan penelitian yang berjudul Pengembangan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Purwokerto”.

B. Rumusan Masalah