1. Agama sebagai sumber ilmu dan sumber etika ilmu. Manusia mempercayakan fungsi edukatif pada agama yang
mencakup tugas mengajar dan membimbing. Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup unsur-unsur pengalaman,
pendidikan dan keyakinan yang didapat sejak kecil. Keberhasilan pendidikan terletak pada pendayagunaan nilai-nilai rohani yang
merupakan pokok-pokok kepercayaan agama.
2. Agama sebagai alat justifikasi dan hipotesis Ajaran-ajaran agama dapat dipakai sebagai hipotesis untuk
dibuktikan kebenarannya. Salah satu hipotesis ajaran agama Islam adalah dengan mengingat Allah dzikir, maka hati akan tenang. Maka ajaran
agama dipandang sebagai hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya secara empirik, artinya tidaklah salah untuk membuktikan kebenaran
ajaran agama dengan metode ilmiah. Pembuktian ajaran agama secara empirik dapat menyebabkan pemeluk agama lebih meyakini ajaran
agamanya.
3. Agama sebagai motivator. Agama mendorong pemeluknya untuk berpikir, merenung, meneliti
segala yang terdapat di bumi, di antara langit dan bumi juga dalam diri manusia sendiri. Agama juga mengajarkan manusia untuk mencari
kebenaran suatu berita dan tidak mudah mempercayai suatu berita yang belum terdapat kejelasannya.
4. Fungsi pengawasan sosial Agama ikut bertanggungjawab terhadap norma-norma sosial
sehingga agama mampu menyeleksi kaidah-kaidah sosial yang ada, mengukuhkan kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk agar
ditinggalkan dan dianggap sebagai larangan. Agama memberi sanksi bagi yang melanggar larangan agama dan memberikan imbalan pada individu
yang mentaati perintah agama. Hal tersebut membuat individu termotivasi dalam bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat, sehingga individu akan melakukan perbuatan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas
Secara umum religiusitas dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan
pembawaan, sedangkan faktor eksternal faktor-faktor yang berasal dari lingkungan di luar diri individu seperti keluarga, sekolah, masyarakat Yusuf,
2011: 136-138.
1. Faktor Pembawaan Internal Setiap manusia yang lahir ke dunia ini, menurut fitrah
kejadiaanya mempunyai potensi beragama atau keimanan kepada Tuhan atau percaya adanya kekuatan di luar dirinya yang mengatur
hidup dan kehidupan alam semesta.
2. Faktor lingkungan Eksternal Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi religiusitas seeorang
meliputi : a. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan
kepribadian anak sangatlah dominan. Menurut Hurlock dalam Yusuf, 2011: 138 keluarga merupakan “Training Centre” bagi
penanaman nilai-nilai. Pengembangan fitrah atau jiwa beragama anak, sebaiknya bersamaan dengan perkembangan kepribadiannya,
yaitu sejak lahir bahkan lebih dari itu sejak dalam kandungan.
b. Lingkungan sekolah Sekolah mempunyai peranan penting dalam upaya
pengembangan religiusitas siswanya. Upaya pengembangan tersebut berkaitan dengan wawasan pemahaman siswa terhadap
agama, pembiasaan mengamalkan ibadah, dan mendidik siswa agar berakhlak yang baik dan dapat mengamalkan nilai-nilai agama
dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat tiga hal penting dalam pendidikan formal yang mempengaruhi religiusitas yaitu
kurikulum, hubungan guru dan siswa, serta hubungan antar siswa.
c. Lingkungan masyarakat Masyarakat merupakan lingkungan interaksi social dan
sosiokultural yang potensial mempengaruhi religiusitas seseorang. Remaja akan cenderung menampilkan perilakunya sesuai dengan
lingkungan pergaulannya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Thouless dalam Ancok 2001:48, membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan menjadi empat
macam, yaitu : 1. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial
Faktor ini
mencakup semua
pengaruh sosial
dalam perkembangan keagaman itu, termasuk pendidikan dari orang tua,
tradisi-tradisi sosial, tekanan
dari lingkungan
sosial untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu.
2. Faktor pengalaman Berkaitan dengan berbagai jenis pengalaman yang membentuk
sikap keagamaan. Terutama pengalaman mengenai keindahan, konflik moral dan pengalaman emosional keagamaan.
3. Faktor kehidupan Kebutuhan-kebutuhan ini secara garis besar dapat menjadi
empat, yaitu : a kebutuhan akan keamanan atau keselamatan, b kebutuhan akan cinta kasih, c kebutuhan untuk memperoleh harga
diri, dan d kebutuhan yang timbul karena adanya ancaman kematian.
4. Faktor intelektual Berkaitan dengan berbagai proses penalaran verbal atau rasionalisasi.
2.4.4 Dimensi-dimensi Religiusitas