2.5 Pengaruh Perilaku Over Protective Orang Tua dan Religiusitas terhadap
Perilaku Heteroseksual
Bentuk asuhan orang tua dan religiusitas memiliki peranan penting terhadap
perkembangan diri seseorang. Yusuf 2011:47 menyatakan bahwa perlakuan
orang tua memiliki peranan penting dalam membimbing dan mengarahkan remaja untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangannya agar mampu mencapai
kedewasaan. Dalam hal ini adalah perkembangan heteroseksual siswa. Orang tua membimbing remaja agar dapat menerima fisiknya sendiri, mencapai
kemandirian, melaksanakan peran sosialnya, dan memperoleh perangkat nilai- nilai sebagai pedoman perilaku. Pola asuh memiliki peranan penting untuk
menjadikan remaja tumbuh menjadi pribadi yang matang atau sebaliknya tumbuh menjadi pribadi yang bergantung kepada orang lain.
Menurut Yusuf 2011: 31 terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan yaitu hereditas keturunan atau pembawaan dan lingkungan
perkembangan. Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai “totalitas karakteristik
individu yang diwariskan oleh orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi pembuahan
ovum oleh sperma sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen. Faktor kedua adalah lingkungan perkembangan, lingkungan itu meliputi fisik,
psikis, sosial, dan religious. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-
nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan
faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat, jadi hubungan keluarga yang harmonis serta sikap
perlakuan orang tua terhadap anak yang positif atau penuh kasih sayang, akan membentuk remaja yang mampu mengembangkan identitasnya secara realistik
dan stabil sehat Yusuf , 2011:37. Demikian pula menurut Daradjat dalam Jalaludin 2010: 62 mengatakan bahwa dengan melaksanakan ajaran agama secara
baik, maka kebutuhan akan rasa kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas, rasa sukses, dan rasa ingin tahu akan terpenuhi, jadi tugas
perkembangannya dalam mengenal dan menjalin hubungan dengan lawan jenis akan baik dan sehat, karena sesuai dengan norma yang ada. Menurut Jalaludin
2010:75 kehidupan religious akan cenderung mendorong sesorang untuk lebih dekat ke arah hidup yang religious pula. Sebaliknya, bagi remaja yang kurang
mendapat penddikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi seksual. Didorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih
terperosok ke arah tindakan seksual yang negatif. Di usia perkembangan remaja, memang dorongan seksual tampak begitu
dominan, maksudnya dorongan seksual tak jarang turut mempengaruhu munculnya sikap dan perilaku menyimpang, hingga para remaja tidak merasa
bersalah atau berdosa melakukan perbuatan yang melanggar norma-norma agama. Pada agama Islam, seks pranikah adalah perbuatan zina
artinya perbuatan bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat hubungan pernikahan perkawinan. Secara
umum, zina
bukan hanya
di saat
manusia telah
melakukan hubungan seksual, tapi segala aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan zina.
Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar dan perbuatan terlarang. Dalil Naqli tentang zina dalam Al
Quran dalam QS Al Isra 17: 32 : الو اوبرْقت انِّلا هَنإ ناك ًةشحاف ءاسو اًليبس
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk”.
Berdasakan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan asuhan yang baik dari orang tua, dan memiliki religiusitas yang baik
tidak fanatik, maka siswa cenderung memiliki perilaku heteroseksual yang sehat, dan sebaliknya siswa yang diasuh dengan kurang benar dalam hal ini over
protective maka siswa cenderung berperilaku heteroseksual yang tidak sehat.
2.6 Kerangka berfikir