Penentuan Konsep Kerja Sama Goetsch dan Davis, 1997 Optimalisasi Supplier Quality Assurance

14

4. Penentuan Tingkat Kerja Sama Oakland, 1993

Menentukan tingkat kerja sama dengan menganalisa langkah sebelumnya dan kondisi aktual perusahaan. Tingkat kerja sama antara perusahaan dengan penyalur akan mempengaruhi setiap keputusan yang dibuat, semakin kuat atau tinggi tingkat kerja sama yang terjalin maka semakin mudah suatu penyalur memahami keinginan dari perusahaan dan sebaliknya. Sejalan dengan itu tingkat kerja sama yang tinggi akan lebih memudahkan dalam memecahkan masalah atau tantangan yang timbul dari hubungan kerja sama tersebut. Jenis tingkat kerja sama, terbagi menjadi : a. Technical approval, persyaratan teknik dari barang dan jassa telah terpenuhi. b. Conditional approval, persyaratan teknik dari barang dan jasa telah terpenuhi, telah lulus audit perusahaan, dan terdapat alasan komersial untuk melakukan pembelian. c. Full approval, semua syarat telah terpenuhi, termasuk kepedulian terhadap penerapan sistem manajemen, SPC, dan lain – lain.

5. Penentuan Konsep Kerja Sama Goetsch dan Davis, 1997

Melakukan analisa dari langkah sebelumnya dan mengkorelasikannya dengan keadaan aktual perusahaan untuk menentukan konsep kerja sama yang terjalin antara PT Nestlé Indonesia dengan Penyalur Kemasan. Cara sederhana untuk mengerti konsep kemitraan adalah berpikir untuk bekerja demi keuntungan bersama. Keuntungan maksimal dari bekerja sama terealisasi ketika semua pihak berada dalam satu rantai kerja yang sama Goetsch dan Davis, 1997. Terdapat dua jenis rantai kerja sama yaitu Traditional Relationships Supplier – Customer Chain dan Contemporary Relationships Supplier – Customer Chain. Kedua jenis rantai tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. 15 Gambar 3. Traditional relations supplier – customer chain Gambar 4. Contemporary relations supplier – customer chain Perbedaan mendasar dari kedua jenis rantai tersebut terletak pada ada atau tidaknya dinding pemisah. Pada rantai tradisional terdapat dinding pemisah yang tidak terlihat sehingga hubungan antara penyalur dan perusahaan hanya sebatas pemasok sedangkan hubungan antara perusahaan dengan konsumen hanya sebatas jual beli. Hal ini berdampak buruk karena kepuasan dari penyalur, perusahaan, maupun pengguna akhir akan sulit terlihat. Pada rantai kontemporer tidak terdapat dinding pemisah, namun terdapat daerah yang saling menimpa overlapping area. Daerah ini menunjukkan adanya bagian kerja sama positif, perusahaan mengetahui apa yang konsumen inginkan dan akan meminta kepada penyalur untuk mendapatkan bahan mentah atau kemasan sesuai spesifikasi yang diinginkan.

6. Optimalisasi Supplier Quality Assurance

Langkah ini merupakan tindak-lanjut dari langkah sebelumnya. Dilakukan analisa mengenai sistem pengaturan penyalur di PT Nestlé Indonesia kemudian ditelaah kemungkinan untuk memperbaharui sistem yang ada tersebut sehingga masalah yang timbul dapat dipecahkan. Penyalur Perusahaan Pengguna akhir Dinding tak terlihat Dinding tak terlihat overlapping area Penyalur Perusahaan Pengguna Akhir 16 Tingkat kerja sama dan konsep kerja sama yang terjalin akan sangat mempengaruhi langkah ini. Semakin erat tingkat kerja sama dari kedua belah pihak maka akan semakin mudah pengimplementasian sistem tersebut. Langkah ini terdiri dari 3 aktivitas, yaitu : a. Penelusuran Supplier Quality Assurance System yang diterapkan b. Penelusuran tahap pembentukan spesifikasi c. Optimalisasi Supplier Quality Assurance System V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RINGKASAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT DI PT NESTLÉ INDONESIA

1. Visi dan Tujuan Kualitas