institusi, dan sektor produksi masing-masing sebesar Rp 3.299,44 milyar, Rp 2.769,70 milyar, dan Rp 6.592,95 milyar. Peningkatan anggaran promosi sektor
pariwisata juga meningkatkan nilai tambah faktor produksi institusi, dan sektor produksi dengan masing-masing peningkatan sebesar Rp 2.373,66 milyar, Rp
2.455,82 milyar, dan Rp 4.651,28 milyar. Pada penelitian ini, yang akan diteliti adalah lima sub sektor pertanian
yaitu sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman lainnya, sub sektor peternakan dan hasil-hasil lainnya, sub sektor kehutanan dan perburuan, dan sub
sektor perikanan karena dari segi Produk Domestik Bruto merupakan sektor yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi ketiga terbesar setelah
sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Oleh karena itu peneliti akan membahas simulasi peningkatan ekspor sebesar 20 persen yang terjadi pada
kelima sub sektor tersebut. Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian-penelitian lain yaitu akan dilakukan penelitian dengan meningkatkan
ekspor sektor pertanian secara keseluruhan lima sub sektor, selain itu belum ada peneliti lain yang meneliti kenaikan ekspor sektor pertanian dengan menggunakan
metode Sistem Neraca Sosial Ekonomi.
2.4 Kerangka Pemikiran
Ekspor bersih yang merupakan selisih dari ekspor dan impor terbagi menjadi dua kategori yaitu ekspor bersih migas dan non migas. Ekspor non migas
terbagi menjadi tiga sektor unggulan yaitu ekspor bersih non migas sektor pertanian, sektor industri, dan sektor pertambangan. Penelitian ini lebih
menekankan pada ekspor bersih sektor pertanian non migas karena sektor ini
menyerap sebagian besar tenaga kerja serta banyak mempengaruhi pertumbuhan sektor lainnya.
Ekspor sektor pertanian non migas terbagi menjadi lima sub sektor yaitu sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman lainnya, sub sektor peternakan
dan hasil-hasilnya, sub sektor kehutanan dan perburuan, dan sub sektor perikanan. Ekspor sektor pertanian yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2001
hingga 2005 ini berdampak terhadap tingkat pendapatan faktor produksi, institusi, sektor-sektor perekonomian. Peningkatan ekspor sektor pertanian akan
mendorong peningkatan pendapatan di sektor pertanian dan di sektor-sektor lain yang berhubungan dengan sektor pertanian, selain itu peningkatan ekspor di
sektor pertanian akan berdampak pada pendapatan di blok faktor produksi baik tenaga kerja maupun bukan tenaga kerja serta blok institusi baik institusi rumah
tangga, perusahaan, maupun pemerintah. Blok sektor produksi dalam SNSE dibagi lagi menjadi 22 sektor produksi,
kelima sub sektor pertanian termasuk didalamnya. Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat peningkatan ekspor pertanian, peneliti menggunakan metode
Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Metode ini dapat menganalisis dampak peningkatan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi,
institusi, dan sektor-sektor perekonomian. Kenaikan ekspor pada sektor pertanian akan meningkatkan pendapatan blok neraca faktor produksi, institusi, dan sektor
produksi sehingga akan meningkatkan pendapatan nasional Indonesia Skema konseptual pemikiran tersebut adalah sebagai berikut:
Keterangan : : Hal yang dianalisis
: Hal
yang tidak
dianalisis Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran
Ekspor Bersih
Migas
Pertanian Non Migas
Non Migas
Industri Non Migas
Pertambangan Non Migas
Kenaikkan Ekspor Pertanian di Analisis Menggunakan SNSE
Pendapatan Blok Sektor Produksi
Pendapatan Blok Faktor Produksi
Pendapatan Blok Institusi
Kenaikan Pendapatan Nasional di Indonesia
Tanaman Pangan
Sektor-sektor Produksi
22 sektor
Perkebunan Perikanan
Peternakan Kehutanan
Tenaga Kerja
16 gol Bukan
Tenaga Kerja
Rumah Tangga
8 gol. Perusahaan
Pemerintah
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Selain itu penelitian ini ditunjang oleh data
sekunder lainnya dari dinas-dinas terkait seperti Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Peternakan, Departemen
Kehutanan dan perpustakaan yang relevan dengan permasalahan pada penelitian ini. Data yang digunakan adalah data ekspor impor sektor pertanian, tabel SNSE
tahun 2003, dan lain sebagainya.
3.2 Metode Analisis
Tabel SNSE diagregasi dari matriks 102 x 102 menjadi matriks 53 x 53 dengan menggunakan program Microsoft Excel 2003. Setelah tabel SNSE
diagregasi maka dilakukan simulasi kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen dengan menggunakan program E-Views 4.1 untuk menganalisisnya.
Pada SNSE, matrik T menunjukkan aliran penerimaan dan pengeluaran pada neraca endogen yang dinyatakan dalam satuan moneter. Apabila setiap sel
dalam matrik T dibagi dengan jumlah kolomnya, maka akan didapatkan sebuah matrik baru yang menunjukkan besarnya kecenderungan pengeluaran rata-rata
average expenditure propensity yang dinyatakan dalam proporsi perbandingan. Unsur-unsur dari matrik baru tersebut matrik A adalah A
ij
yang merupakan hasil pembagian nilai T pada baris ke i dan kolom ke j T
ij
oleh jumlah kolom ke j, yang dapat dirumuskan menjadi :