Aliran investasi asing ke pasar modal Indonesia dalam lima tahun terakhir menunjukkan pergerakan yang fluktuatif disebabkan karena belum adanya
pergerakan yang signifikan dalam perekonomian di dalam negeri Badan Pusat Statistik, 2005. Penanaman modal asing PMA di Indonesia untuk sektor
pertanian masil relatif kecil. Dari total PMA yang disetujui pemerintah, sektor pertanian hanya menyumbang PMA sebesar 3,31 persen setiap tahunnya atau
senilai Rp 393,04 milyar per tahun Tabel 4.6 dan menduduki peringkat ke dua terkecil setelah sektor pertambangan .
Tabel 4.5. Penanaman Modal Asing PMA yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2001-2005 Rp Milyar
Sektor 2001 2002 2003 2004 2005
Pertanian, Kehutanan, Perikanan
391,7 2,60
458,9 4,71
178,9 1,35
329,7 3,21
606,0 4,67
Pertambangan 118,7 0,79
49,2 0,50
17,8 0,13
66,3 0,64
775,9 5,98
Industri 5.144,4
34,20 3.208,2
32,92 6.457,4
48,89 6.334,3
61,63 6.028,0
46,44 Angkutan
373,3 2,48
3.713,2 38,11
4.160,2 31,50
586,5 5,71
3.107,3 23,94
Listrik, Perdagangan, Jasa
1.899,1 12,62
1.764,9 18,11
1.1067 8,38
1.079,7 10,51
301,0 2,32
Lainnya 7.116,7
47,31 549,7
5,64 1.286,2
9,74 1.880,8
18,30 2.161,1
16,65 Jumlah
15.043,9 100,00
9.744,1 100,00
13.207,2 100,00
10.277,3 100,00
12.979,3 100,00
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase terhadap jumlah PMA Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.
4.4 Produksi Sektor Pertanian Indonesia
Produksi tanaman pangan di Indonesia terdiri dari padi, palawija jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah, biofarmaka jahe,
kunyit, laos, kencur, dan sebagainya, buah-buahan, sayuran cabe, tomat, kol,
kentang, kangkung, bawang merah, dan lainnya, serta tanaman hias dengan produksi terbesar terdapat pada bunga mawar, sedap malam, dan melati.
Berdasarkan Tabel 4.7, hasil produksi tanaman pangan adalah sebesar 160,43 juta ton setiap tahunnya dan meningkat sebesar 4 persen per tahun dengan kenaikan
terbesar terjadi pada tanaman buah-buahan yaitu sebanyak 15,25 persen per tahun. Tanaman buah-buahan diantaranya adalah pisang, jeruk, mangga, rambutan,
nangka, salak, dan lain sebagainya. Produksi terbanyak terdapat pada tanaman padi, tetapi rata-rata pertumbuhan tanaman pangan hanya 1,98 persen per tahun,
pertumbuhan tanaman padi merupakan pertumbuhan terkecil diantara pertumbuhan semua tanaman pangan.
Tabel 4.6. Produksi Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2001-2005 Juta ton Jenis
Tanaman 2001 2002 2003 2004 2005 Rata-rata
Kenaikan Persen
Padi 100,92
102,98 104,27
108,18 108,30
1,98 Palawija
30,01 30,01
33,20 34,43
35,67 4,48
Biofarmaka 0,21
0,20 0,23
0,23 0,34
14,52 Buah-buahan 9,18
11,55 15,08
16,42 17,00 15,25
Sayuran 6,92
7,15 9,42
10,15 10,12
10,63 Tanaman
Hias 133,89
138,73 134,70
189,45 197,71 11,43
Total 147,24
151,89 162,20
169,41 171,43
4,00
Sumber : Departemen pertanian, 2005. Catatan : = dalam juta tangkai
Total tidak termasuk tanaman hias
Hasil produksi tanaman perkebunan rata-rata per tahun adalah sebesar 13.931,78 juta ton dan mengalami pertumbuhan rata-rata 8,88 persen per tahun
Tabel 4.7. Rata-rata pertumbuhan per tahun terbesar terjadi pada tanaman kakao dengan pertumbuhan sebesar 13,36 persen. Hasil produksi tanaman perkebunan
yang terbesar adalah tanaman kelapa sawit yang memproduksi sebanyak
11.861,62 juta ton per tahun dan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 9,79 persen per tahun. Tanaman perkebunan yang pertumbuhannya mengalami
penurunan dalam lima tahun terakhir adalah tanaman tembakau yaitu sebesar 5,91 persen per tahun.
Tabel 4.7. Produksi Tanaman Perkebunan Indonesia Tahun 2001-2005 Juta ton
Hasil Perkebun
an 2001 2002 2003 2004 2005
Rata-rata Kenaikan
Persen Karet 1.607,46
1.630,36 1.792,35
2.065,82 2.270,89
10,77 Kelapa
Sawit 8.396,47 9.622,34
10.440,83 10.830,38
11.861,62 9,79
Kopi 675,81
682,02 663,57
647,39 640,37
11,18 Teh
166,87 165,19
169,82 167,14
167,28 0,87
Lada 82,08
90,18 90,74
77,01 78,33
0,21 Cengkeh
72,69 79,01
116,41 73,84
78,35 8,77
Kakao 536,80
571,15 697,17
691,70 748,83
13,36 Tembakau
199,10 192,08
200,88 165,11
153,47 -5,91
Total 11.737,28
13.032,33 14.171,77
14.718,39 15.999,14
8,88
Sumber : Departemen Pertanian, 2005.
Hasil produksi peternakan terbagi menjadi tiga bagian golongan yaitu produksi daging, telur, dan susu. Dari tahun 2001-2005 rata-rata kenaikan setiap
tahunnya adalah sebesar 3.304,91 ribu ton dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,69 persen per tahun Tabel 4.8. Hasil produksi terbesar terjadi pada produksi
daging yang terdiri dari daging ayam dan itik, daging sapi, daging babi, daging kambing, daging kerbau, dan daging domba yaitu sebesar 1.817,10 ribu ton per
tahun, meningkat sebesar 2,57 persen per tahun. Rata-rata kenaikan telur yang terdiri dari telur ayam ras, ayam buras, dan telur itik setiap tahunnya adalah
sebesar 3,65 persen atau 1.005,56 ribu ton per tahun. Sementara produksi susu dalam lima tahun rata-rata adalah sebesar 535,96 ribu ton, meningkat
sebanyak1,76 persen setiap tahunnya.
Tabel 4.8. Produksi Hasil Peternakan di Indonesia Tahun 2001-2005 Ribu ton
Hasil Peternakan
2001 2002 2003 2004 2005 Rata-rata Kenaikan
Persen Daging
1.560,60 1.769,84
1.871,40 2.020,36
1.817,10 2,57
Telur 850,32
945,75 973,59
1.051,37 1.051,53
4,55 Susu
479,95 493,38
553,44 549,95
535,96 1,76
Total 2.890,87
3.208,97 3.398,43
3.621,68 3.404,59
4,69 Sumber : Departemen Pertanian, 2005.
Produksi hasil hutan utama yang dihasilkan oleh hutan adalah kayu bulat. Kayu bulat adalah semua kayu yang ditebang yang bisa dijadikan bahan baku
produksi pengolahan kayu hulu. Pada hasil hutan non kayu, produksi komoditi rotan dan damar adalah produksi yang terbesar. Rotan berperan 78,97 persen
terhadap seluruh produksi hasil hutan non kayu atau sebesar 454,16 ribu ton per tahun sedangkan damar berperan 27,79 persen atau 548,09 per tahun Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Produksi Hasil Hutan Indonesia Tahun 2001-2005 Ribu ton 2001
2002 2003
2004 2005
Hasil Hutan Non Kayu Rotan
23,84 17,78
127,30 1,88
221,38 Damar
2,92 1,13
4,40 2,72
9,13 Lainnya
3,43 2,66
7,75 5,20
144,77 Total
30,19 21,57
139,45 9,80
375,28 Hasil Hutan Kayu
Kayu Bulat 10,05
8,66 11,42
13,55 24,22
Kayu Olahan 5,09
7,06 9,03
7,33 8,67
Total 15,14
15,72 20,45
20,88 32,89
Sumber : Departemen Kehutanan, 2005. Catatan : = satuan dalam ratus ribu M
3
Pertumbuhan produksi perikanan nasional tahun 2000-2005 rata-rata mencapai 7,10 persen per tahun yang terdiri dari perikanan tangkap dan budidaya.
Pertumbuhan perikanan tangkap rata-rata 3,56 persen pertahun, sedangkan pertumbuhan perikanan budidaya rata-rata 10,60 persen per tahun. Pertumbuhan
produksi perikanan budidaya yang lebih besar daripada pertumbuhan perikanan
tangkap, menunjukkan bahwa perhatian pengusaha perikanan nasional besar, kecil dan sedang mulai beralih ke perikanan budidaya. Namun bila dilihat dari
jumlah produksinya perikanan tangkap masih mendominasi produksi perikanan nasional, dimana produksi perikanan tangkap sebesar 4.211,40 ribu ton sementara
produksi perikanan budidaya hanya sebesar 825,08 ribu ton Tabel 4.10. Tabel 4.10. Produksi Perikanan Nasional Indonesia Tahun 2001-2005 Ribu ton
Tipe Perikanan
2001 2002 2003 2004 2005 Rata-rata Kenaikan
Persen Penangkapan
Ikan 3.446,39
3.507,86 3.785,36
3.832,73 3.979,91
3,53 Krustase
297,46 273,51
289,00 291,67
302,87 2,70
Moluska 161,57
171,89 147,78
172,74 179,37
13,14 Lainnya
26,61 64,51
96,35 14,43
14,99 17,18
Total Penangkapan
3.932,03 4.017,78
4.318,49 4.311,56
4.477,13 3,56 Budidaya
Budidaya Laut 221,01
243,86 249,24
420,92 433,55
19,48 Payau
454,71 473,13
501,98 559,61
576,40 6,24
Total Budidaya Ikan
675,72 707,99
751,22 980,53
1.009,95 10,60 Total Produksi
Ikan 4.607,75
4.725,76 5.069,71
5.292,09 5.487,08 7,10
Sumber : Statistik Kelautan dan Perikanan, 2005.
4.5 Rumah Tangga Pertanian Indonesia Bila dilihat dari jumlah absolutnya maka jumlah rumah tangga pertanian
meningkat dari 21,47 juta pada tahun 1993 menjadi 24,87 juta pada tahun 2003. Akan tetapi bila dilihat dari persentase rumah tangga pertanian terhadap rumah
tangga keseluruhan mengalami penurunan. Pada tahun 1993 persentase rumah tangga pertanian terhadap rumah tangga keseluruhan sebesar 51 persen menurun
sebanyak 4 persen menjadi 47 persen di tahun 2003. Begitu juga dengan jumlah petani gurem yang memiliki luas lahan kurang dari 0,5 ha yang persentase rumah
tangga pertanian terhadap rumah tangga keseluruhannya menurun tetapi jumlah absolutnya meningkat. Bila pada tahun 1993, jumlah petani gurem ini berjumlah
10,91 juta rumah tangga maka pada tahun 2003 naik menjadi 13,25 juta rumah tangga atau turun sebesar 1 persen.
V. HASIL PEMBAHASAN