Kenaikan Pendapatan pada Pengganda Open Loop

Dekomposisi pengganda open loop juga dapat digunakan untuk mengetahui besarnya nilai nominal open loop kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan institusi. Pada Tabel 5.3, kenaikan pendapatan open loop pada sub sektor tanaman pangan yang terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian yaitu sebesar Rp 161,66 milyar. Dampak kenaikan pendapatan open loop antara buruh tani dengan pengusaha menunjukkan ketimpangan yang besar, dimana kenaikan pendapatan open loop pada buruh tani sebesar Rp 23,79 milyar dan pengusaha sebesar Rp 161,66 milyar. Kenaikan pendapatan open loop pada sub sektor tanaman lainnya yang terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian sebesar Rp 434,12 milyar. Untuk golongan rumah tangga bukan pertanian nilai nominal kenaikan pendapatan open loop terbesar terjadi pada pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan atas di pedesaan yaitu sebesar Rp 99,04 milyar. Pada sub sektor ini pendapatan open loop juga menunjukkan ketimpangan pendapatan antar pengusaha pertanian dengan buruh tani, dimana peningkatan pendapat buruh tani hanya sebesar seperlima dari peningkatan pendapatan pengusaha pertanian. Kenaikan pendapatan dengan adanya pengganda open loop pada sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian sebesar Rp 79,77 milyar. Kenaikan pendapatan open loop paling besar pada institusi rumah tangga bukan pertanian terjadi pada golongan pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan atas diperkotaan, yaitu sebesar Rp 38,40 milyar. Pada sub sektor ini juga terlihat ketimpangan pendapatan antar pengusaha pertanian dengan buruh tani, dimana peningkatan pendapat buruh tani hanya seperempat dari peningkatan pendapatan pengusaha pertanian. Kenaikan pendapatan open loop di sub sektor kehutanan dan perburuan yang terbesar terjadi pada institusi perusahaan yaitu sebesar Rp 16,36 milyar. Kenaikan pendapatan open loop terbesar pada institusi rumah tangga terjadi pada golongan pengusaha pertanian, yaitu sebesar Rp 13,25 milyar. Kenaikan pendapatan terbesar pada institusi rumah tangga bukan pertanian terjadi pada pengusaha golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, perkerja TU dan penjualan golongan atas di perkotaan sebesar Rp 8,44 milyar. Kenaikan pendapatan open loop pada sub sektor perikanan yang terbesar terjadi pada institusi perusahaan yaitu sebesar Rp 629,44 milyar. Untuk golongan institusi rumah tangga pertanian dampak kenaikan pendapatan open loop terbesar terjadi pada rumah tangga pengusaha pertanian sebesar Rp 548,60 milyar. Untuk rumah tangga bukan pertanian peningkatan pendapatan terbesar akibat pengganda open loop terjadi pada pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan atas di perkotaan, yaitu sebesar Rp 394,59 milyar. Pada golongan rumah tangga pertanian dampak kenaikan pendapatan open loop antara buruh tani dengan pengusaha juga menunjukkan ketimpangan.

5.2.3 Pengganda Close Loop Sektor Pertanian

Injeksi pada sektor pertanian akan meningkatkan pendapatan pada blok sektor produksi, pendapatan blok neraca faktor produksi, dan blok institusi, dan akhirnya kembali meningkatkan pendapatan blok sektor produksi setelah melalui semua sistem perekonomian. Peningkatan pendapatan melalui beberapa blok neraca yang akhirnya kembali ke blok sektor produksi itu sendiri dapat dianalisis melalui dekomposisi pengganda close loop. Pengganda close loop selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada Tabel 5.4 terlihat bahwa kenaikan ekspor di setiap sub sektor pertanian sebesar 20 persen memiliki dampak tidak langsung terbesar terhadap sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Pada simulasi pertama, kenaikan pendapatan yang terjadi adalah sebesar Rp 211,27 milyar, pada simulasi kedua adalah sebesar Rp 664,04 milyar, pada simulasi ketiga adalah sebesar Rp 166,98 milyar, pada simulasi keempat adalah sebesar Rp 33,40 milyar, dan pada simulasi kelima adalah sebesar Rp 1.408,35 milyar. Selain itu, golongan sektor produksi yang berdampak tidak langsung cukup besar akibat adanya kenaikan ekspor sektor produki adalah industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, semen. Pada simulasi pertama, kenaikan pendapatan yang terjadi adalah sebesar Rp 146,30 milyar. Pada simulasi kedua kenaikan pendapatan yang terjadi adalah sebesar Rp 459,56 milyar. Pada simulasi ketiga kenaikan pendapatan yang terjadi adalah sebesar Rp 114,42 milyar. Pada simulasi keempat kenaikan pendapatan yang terjadi adalah sebesar Rp 22,91 milyar. Sedangkan pada simulasi kelima kenaikan pendapatan yang terjadi adalah sebesar Rp 963,45 milyar. 5.3 Dampak Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor-sektor Perekonomian Hasil simulasi akan dianalisis berdasarkan dampaknya terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor perekonomian. Pada penelitian ini simulasi kenaikan yang dilakukan adalah kenaikan ekspor sektor pertanian sub sektor tanaman pangan, tanaman lainnya, peternakan dan hasil- hasilnya, kehutanan dan perburuan, dan perikanan sebesar 20 persen. Pada sub bab berikut akan dibahas dampak kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor perekonomian. Besarnya dampak tersebut merupakan penjumlahan dari dampak pengganda transfer, open loop, dan close loop yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya.

5.3.1 Dampak terhadap Pendapatan Faktor Produksi

Dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 5.5. Adapun besarnya persentase kenaikan pendapatan pada faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 5.6. Berdasarkan Tabel 5.5 terlihat bahwa pada simulasi pertama kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 253,87 milyar atau mengalami peningkatan sebanyak 0,03 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan tertinggi pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 224,78 milyar, meningkat sebanyak 0,147 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa adalah faktor produksi yang mengalami kenaikan persentase terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen. Pada simulasi kedua kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 923,63 milyar atau mengalami kenaikan sebanyak 0,108 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan terbesar pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 529,12 milyar, meningkat sebanyak 0,345 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Persentase kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji di desa sebesar 0,412 persen. Sementara pada simulasi ketiga kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 255,79 milyar atau mengalami peningkatan sebanyak 0,03 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan tertinggi pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 94,41 milyar, meningkat sebanyak 0,062 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Persentase kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji di desa sebesar 0,099 persen. Pada simulasi keempat kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 255,79 milyar atau mengalami peningkatan sebanyak 0,007 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor kehutanan ada perburuan sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan terbesar pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 15,81 milyar, meningkat sebanyak 0,01 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Persentase kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji di kota sebesar 0,019 persen. Pada simulasi kelima kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 2.577,29 milyar atau mengalami peningkatan sebanyak 0,301 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan terbesar pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp