Dampak terhadap Pendapatan Faktor Produksi

Tabel 5.7. Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi di Indonesia Rp Milyar Peningkatan Faktor Produksi Klasifikasi Tenaga Kerja Kondisi Awal Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Simulasi 4 Simulasi 5 Desa 65.688,0 67,37 303,18 64,92 9,74 383,46 Penerima Upah dan Gaji Kota 15.896,9 14,24 60,87 15,22 2,97 158,89 Desa 153.206,3 224,78 529,12 94,41 15,81 682,41 Pertanian Bukan Penerima Upah dan Gaji Kota 15.341,6 21,47 38,20 9,60 2,11 114,23 Desa 83.705,1 17,34 67,99 18,29 4,17 131,17 Penerima Upah dan Gaji Kota 169.860,3 39,61 135,69 37,87 6,92 298,18 Desa 48.654,1 12,89 42,73 11,65 2,47 91,18 Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Bukan Penerima Upah dan Gaji Kota 41.204,5 11,47 38,23 10,36 2,12 84,73 Desa 38.270,0 13,36 50,69 13,71 2,96 106,25 Penerima Upah dan Gaji Kota 198.957,3 67,39 215,85 60,71 12,41 523,14 Desa 57.526,3 25,00 70,30 22,93 4,01 207,22 Tata Usaha, Penjualan, dan Jasa-Jasa Bukan Penerima Upah dan Gaji Kota 101.458,3 43,40 123,51 39,95 7,06 358,89 Desa 29.909,3 9,10 31,46 8,69 1,67 70,29 Penerima Upah dan Gaji Kota 89.430,7 25,93 85,37 23,72 4,88 196,37 Desa 4.158,6 1,71 5,91 1,17 0,45 10,62 Tenaga Kerja Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi Bukan Penerima Upah dan Gaji Kota 9.233,6 2,78 9,43 2,30 0,59 21,37 Bukan Tenaga Kerja 857.257,5 253,87 923,63 255,79 63,92 2.577,29 Total 1.980.758,40 919,10 2.732,16 691,56 144,26 6.015,69 Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen 75 Tabel 5.8. Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi di Indonesia Persen Peningkatan Faktor Produksi Klasifikasi Tenaga Kerja Kondisi Awal Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Simulasi 4 Simulasi 5 Desa 65.688,0 0,103 0,412 0,099 0,015 0,584 Penerima Upah dan Gaji Kota 15.896,9 0,089 0,383 0,096 0,019 0,999 Desa 153.206,3 0,147 0,345 0,062 0,010 0,445 Pertanian Bukan Penerima Upah dan Gaji Kota 15.341,6 0,140 0,249 0,063 0,014 0,745 Desa 83.705,1 0,021 0,081 0,022 0,005 0,157 Penerima Upah dan Gaji Kota 169.860,3 0,023 0,079 0,022 0,004 0,175 Desa 48.654,1 0,026 0,088 0,024 0,005 0,187 Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Bukan Penerima Upah dan Gaji Kota 41.204,5 0,028 0,093 0,026 0,005 0,206 Desa 38.270,0 0,035 0,132 0,036 0,008 0,278 Penerima Upah dan Gaji Kota 198.957,3 0,034 0,108 0,031 0,006 0,263 Desa 57.526,3 0,043 0,122 0,040 0,007 0,360 Tata Usaha, Penjualan, dan Jasa-Jasa Bukan Penerima Upah dan Gaji Kota 101.458,3 0,043 0,122 0,039 0,007 0,354 Desa 29.909,3 0,030 0,106 0,029 0,006 0,235 Penerima Upah dan Gaji Kota 89.430,7 0,029 0,095 0,026 0,005 0,219 Desa 4.158,6 0,041 0,142 0,028 0,010 0,255 Tenaga Kerja Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi Bukan Penerima Upah dan Gaji Kota 9.233,6 0,030 0,102 0,025 0,006 0,231 Bukan Tenaga Kerja 857.257,5 0,030 0,108 0,030 0,007 0,301 Total 1.980.758,40 0,892 2,767 0,698 0,139 6,361 Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen 76 Tabel 5.9. Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Institusi di Indonesia Rp Milyar Peningkatan Institusi Klasifikasi Kondisi Awal Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Simulasi 4 Simulasi 5 Buruh 94.524,77 49,45 0,052 165,39 0,175 39,57 0,042 7,69 0,008 331,85 0,351 Pertanian Pengusaha 354.160,57 269,42 0,076 772,60 0,218 163,93 0,046 30,06 0,008 1.255,75 0,354 Pengusaha bebas golongan rendah 179.967,87 68,71 0,038 230,10 0,128 60,46 0,033 12,39 0,007 499,81 0,278 Bukan angkatan kerja 71.035,77 36,09 0,051 117,93 0,166 27,56 0,039 5,37 0,008 214,63 0,302 Pedesaan Pengusaha bebas golongan atas 141.480,40 71,19 0,050 227,79 0,161 54,72 0,039 10,94 0,008 444,18 0,314 Pengusaha bebas golongan rendah 302.015,66 92,88 0,030 306,69 0,102 85,36 0,028 17,64 0,006 752,16 0,249 Bukan angkatan kerja 107.791,78 37,56 0,035 119,72 0,111 33,50 0,031 6,99 0,007 303,57 0,282 Rumah Tangga Bukan Pertanian Perkotaan Pengusaha bebas golongan atas 387.118,60 132,47 0,034 428,26 0,111 121,99 0,031 25,38 0,007 1.105,18 0,282 Perusahaan 467.566,60 135,95 0,029 494,62 0,106 136,98 0,029 34,23 0,007 1.380,18 0,295 Pemerintahan 378.963,15 71,56 0,019 255,75 0,067 70,08 0,018 17,14 0,005 693,91 0,183 Total 2.484.625,17 829,81 0,414 3.118,85 1,345 794,15 0,297 167,83 0,071 6.981,22 2,890 Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen Angka dalam kurung menunjukkan persentase kenaikkan pendapatan dari kondisi awal 81 Tabel 5.10. Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Sektor Produksi di Indonesia Rp Milyar Peningkatan Sektor-sektor Produksi Kondisi Awal Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Simulasi 4 Simulasi 5 Pertanian Tanaman Pangan 242.699,60 464,01 341,72 109,81 16,05 705,04 Pertanian Tanaman Lainnya 101.299,72 37,70 1.428,53 34,64 7,91 360,71 Peternakan dan Hasil-hasilnya 128.221,29 60,76 203,98 417,14 8,56 365,23 Kehutanan dan Perburuan 28.255,66 3,89 12,99 3,08 65,84 27,13 Perikanan 84.690,10 32,47 101,67 28,28 4,92 3.034,52 Pertambangan Batubara, Biji Logam, Minyak Bumi 217.818,08 32,31 113,73 26,16 5,23 226,26 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 35.565,51 1,70 5,89 1,39 0,30 12,07 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 525.154,11 214,27 681,44 252,68 33,87 1.550,59 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 268.533,25 63,89 201,72 48,95 9,88 412,13 Industri Kayu Barang Dari Kayu 87.188,55 6,83 21,75 5,51 1,07 46,97 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri 659.178,77 126,91 412,44 10,42 22,12 916,22 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 742.914,62 163,24 616,75 128,98 26,62 1.153,06 Listrik, Gas Dan Air Minum 70.431,02 26,06 82,29 21,24 4,18 179,61 Konstruksi 331.094,85 8,16 31,93 7,20 2,04 66,71 Perdagangan Besar, Eceran, Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan 382.993,05 171,29 464,87 161,11 26,69 1.463,54 Restoran 135.514,37 52,57 167,85 43,08 8,86 370,58 Perhotelan 39.869,40 13,68 43,45 11,42 2,34 98,86 Angkutan dan Komunikasi 281.783,99 102,65 318,64 88,43 16,74 808,29 Bank dan Asuransi 135.344,35 47,44 149,11 39,48 7,75 350,96 Real Estate dan Jasa Perusahaan 156.611,25 62,07 190,98 50,89 10,09 438,75 Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya 312.752,75 94,35 309,65 80,15 17,30 719,99 Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lain 152.433,82 51,36 200,52 41,74 13,05 359,69 Total 5.120.348,12 1.837,54 6.157,08 1.703,80 311,52 13.667,06 Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen, Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen, Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen, Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen, Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen 85 Tabel 5.11. Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Sektor Produksi di Indonesia Persen Peningkatan Sektor-sektor Produksi Kondisi Awal Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Simulasi 4 Simulasi 5 Pertanian Tanaman Pangan 242.699,60 0,191 0,141 0,045 0,007 0,290 Pertanian Tanaman Lainnya 101.299,72 0,037 1,410 0,034 0,008 0,356 Peternakan dan Hasil-hasilnya 128.221,29 0,047 0,159 0,325 0,007 0,285 Kehutanan dan Perburuan 28.255,66 0,013 0,046 0,011 0,233 0,096 Perikanan 84.690,10 0,038 0,120 0,033 0,006 3,583 Pertambangan Batubara, Biji Logam, Minyak Bumi 217.818,08 0,015 0,052 0,012 0,002 0,104 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 35.565,51 0,005 0,017 0,004 0,001 0,034 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 525.154,11 0,041 0,130 0,048 0,006 0,295 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 268.533,25 0,024 0,075 0,018 0,004 0,153 Industri Kayu Barang Dari Kayu 87.188,55 0,008 0,025 0,006 0,001 0,054 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri 659.178,77 0,019 0,063 0,016 0,003 0,139 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 742.914,62 0,022 0,083 0,017 0,004 0,155 Listrik, Gas Dan Air Minum 70.431,02 0,037 0,117 0,030 0,006 0,255 Konstruksi 331.094,85 0,002 0,010 0,002 0,001 0,020 Perdagangan Besar, Eceran, Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan 382.993,05 0,045 0,121 0,042 0,007 0,382 Restoran 135.514,37 0,039 0,124 0,032 0,007 0,273 Perhotelan 39.869,40 0,034 0,109 0,029 0,006 0,248 Angkutan dan Komunikasi 281.783,99 0,036 0,113 0,031 0,006 0,287 Bank dan Asuransi 135.344,35 0,035 0,110 0,029 0,006 0,259 Real Estate dan Jasa Perusahaan 156.611,25 0,040 0,122 0,032 0,006 0,280 Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya 312.752,75 0,030 0,099 0,026 0,006 0,230 Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lain 152.433,82 0,034 0,132 0,027 0,009 0,236 Total 5.120.348,12 0,828 3,377 0,851 0,340 8,106 Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen, Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen, Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen, Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen, Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen 86

5.3.2 Dampak terhadap Pendapatan Institusi

Pengaruh kenaikan ekspor di sektor pertanian sebesar 20 persen terhadap pendapatan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah dapat dilihat dari neraca institusi. Rumah tangga dalam blok institusi pada tabel SNSE Indonesia tahun 2003 dibagi menjadi delapan golongan rumah tangga baik rumah tangga pertanian maupun rumah tangga bukan pertanian. Berdasarkan analisis diperoleh hasil bahwa kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen akan berdampak positif terhadap pendapatan institusi. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya pendapatan pada seluruh institusi. Dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap institusi serta besarnya persentase kenaikan pendapatan pada institusi dapat dilihat pada Tabel 5.7. Pada simulasi pertama kenaikan pendapatan terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu sebesar Rp 269,42 milyar, meningkat sebesar 0,076 persen dari pendapatan awalnya. Persentase kenaikan pendapatan institusi rumah tangga pengusaha pertanian merupakan persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian. Kenaikan pendapatan terbesar kedua pada sub sektor tanaman pangan terjadi pada institusi perusahaan, yaitu sebesar Rp 135,95 milyar, meningkat sebanyak 0,029 persen dari pendapatan awalnya. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan Rp 175,99 milyar yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan Rp 262,91 milyar. Dampak simulasi pertama terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga buruh pertanian hanyalah sebanyak Rp 49,45 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa antara rumah tangga buruh tani dengan rumah tangga pengusaha pertanian terdapat ketidakmerataan distribusi pendapatan. Pada simulasi kedua peningkatan pendapatan yang terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu sebesar Rp 772,60 milyar, meningkat sebanyak 0,218 persen dari kondisi pendapatan awalnya. Persentase kenaikan pendapatan institusi rumah tangga pengusaha pertanian merupakan persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian. Kenaikan pendapatan terbesar kedua pada sub sektor tanaman lainnya terjadi pada institusi perusahaan, yaitu sebesar Rp 494,62 milyar, meningkat sebanyak 0,106 persen dari pendapatan awalnya. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan Rp 575,82 milyar yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan Rp 854,68 milyar. Sedangkan dampak simulasi kedua terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga buruh pertanian dari total peningkatan pendapatan pada neraca institusi hanya sebesar Rp 165,39 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa antara rumah tangga buruh tani dengan rumah tangga pengusaha pertanian terdapat ketidakmerataan distribusi pendapatan. Peningkatan pendapatan pada simulasi ketiga yang terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian yaitu sebesar Rp 163,93 milyar atau meningkat sebanyak 0,046 persen. Persentase kenaikan pendapatan institusi rumah tangga pengusaha pertanian merupakan persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian. Kenaikan pendapatan terbesar kedua pada sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya diterima oleh institusi perusahaan, yaitu sebesar Rp 136,98 milyar, meningkat sebanyak 0,029 persen dari pendapatan awalnya. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan Rp 142,74 milyar yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan Rp 240,84 milyar. Sementara itu, peningkatan pendapatan buruh tani hanya sebesar Rp 39,57 milyar. Distribusi pendapatan pada simulasi ketiga juga belum merata, terlihat dari sebagian besar peningkatan pendapatan yang lebih besar pada rumah tangga pengusaha. Pada simulasi keempat peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada institusi perusahaan yaitu sebesar Rp 34,23 milyar atau meningkat sebanyak 0,007 persen dari kondisi awal. Peningkatan terbesar kedua terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu sebesar Rp 30,06 milyar, meningkat sebanyak 0,008 persen dari pendapatan awalnya. Persentase kenaikan pendapatan institusi rumah tangga pengusaha pertanian merupakan persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian. Sementara itu, pendapatan buruh tani hanya mengalami peningkatan sebesar Rp 7,69 milyar. Dari keterangan di atas terlihat jelas bahwa terjadi distribusi pendapatan yang tidak merata antara buruh tani dan pengusaha pertanian, dimana peningkatan pendapatan buruh tani hanya seperempatnya dari peningkatan pendapatan perusahaan pertanian. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan Rp 28,72 milyar yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan Rp 50,02 milyar. Pada simulasi kelima peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada institusi rumah tangga perusahaan yaitu sebesar Rp 1.380,18 milyar atau meningkat sebanyak 0,295 persen. Peningkatan pendapatan tertinggi kedua terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian yaitu sebesar Rp 1.255,75 milyar, meningkat sebesar 0,354 persen dari kondisi awalnya. Persentase kenaikan ini merupakan yang terbesar dengan adanya kenaikan ekspor pertanian. Sementara peningkatan pendapatan pada rumah tangga buruh tani hanya sebesar Rp 331,85 milyar, meningkat sebanyak 0,351 persen dari pendapatan awalnya. Pada sektor ini juga terdapat perbedaan pendapatan yang sangat besar antara pengusaha dengan buruh tani. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan Rp 1158,58 milyar yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan Rp 2.160,92 milyar. Secara umum total peningkatan pendapatan terbesar pada neraca institusi diterima oleh sub sektor perikanan yaitu sebesar 6.981,22 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor perikanan adalah sub sektor yang paling peka dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen. Peningkatan pendapatan di perkotaan yang lebih besar daripada di pedesaan menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang selama ini hanya berpusat di daerah perkotaan telah menimbulkan dampak kesenjangan dalam distribusi pendapatan antara pedesaan dan perkotaan. Dari hasil analisis pada blok neraca institusi, terdapat ketimpangan distribusi pendapatan antara buruh pertanian dengan pengusaha pertanian. Hal ini dikarenakan para pengusaha pertanian bekerja di sektor sekunder dan tersier yang kurang beresiko dibandingkan buruh tani yang bekerja di sektor primer.

5.3.3 Dampak terhadap Pendapatan Sektor Produksi

Simulasi kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen akan meningkatkan pendapatan seluruh sektor produksi. Kenaikan pendapatan pada seluruh sektor produksi ini akan meningkatkan pendapatan nasional yang akhirnya akan menaikan pertumbuhan ekonomi. Neraca sektor produksi secara terperinci terbagi menjadi 22 sektor produksi. Dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap sektor produksi serta besarnya persentase kenaikan pendapatan pada sektor produksi dapat dilihat pada Tabel 5.8 dan Tabel 5.9. Pada simulasi pertama, kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen akan mengakibatkan total pendapatan sektor produksi meningkat sebesar Rp 1.837,59 milyar atau meningkat 0,035 persen dari kondisi awal. Dari jumlah tersebut, peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh sektor pertanian tanaman pangan itu sendiri, yaitu sebesar Rp 464,01 milyar, meningkat sebesar 0,191 persen dari kondisi pendapatan awalnya sebesar Rp 242.699,60 milyar. Persentase peningkatan ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,041 persen dari kondisi awal, atau sebesar Rp 214,27 milyar. Pada simulasi kedua, kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen akan mengakibatkan total sektor produksi meningkat sebesar Rp 6.157,08 milyar atau meningkat sebesar 0,12 persen dari kondisi awalnya. Dari jumlah tersebut, bagian peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh sektor pertanian tanaman lainnya itu sendiri, yaitu sebesar Rp 1.428,53 milyar. Sektor tersebut meningkat sebesar 1,410 persen dari kondisi awal sebesar Rp 101.299,72 milyar. Persentase peningkatan ini juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan persentase kenaikan sektor-sektor lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,130 persen dari Rp 525.154,11 milyar, atau sebesar Rp 681,44 milyar. Pada simulasi ketiga, kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil- hasilnya sebesar 20 persen akan mengakibatkan total sektor produksi meningkat sebesar Rp 1.703,80 milyar. Dari jumlah tersebut, bagian peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh sektor peternakan dan hasil-hasilnya itu sendiri, yaitu sebesar Rp 417,14 milyar, meningkat sebesar 0,325 persen dari Rp 128.221,29 milyar. Persentase peningkatan ini juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,048 persen dari Rp 525.154,11 milyar, atau sebesar Rp 252,68 milyar. Pada simulasi keempat kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen akan mengakibatkan total sektor produksi meningkat sebesar Rp 311,52 milyar atau meningkat sebanyak 0,006 persen dari kondisi awal sebesar Rp 5.120.348,12 milyar. Dari jumlah tersebut, bagian peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh sektor kehutanan dan perburuan itu sendiri, sebesar Rp 65,84 milyar, meningkat sebesar 0,233 persen dari Rp 28.255,66 milyar. Persentase peningkatan ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor produksi lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,006 persen dari Rp 525.154,11 milyar, atau sebesar Rp 33,87 milyar. Pada simulasi kelima, kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen akan mengakibatkan total sektor produksi meningkat sebesar Rp 13.667,06 milyar atau meningkat sebanyak 0,27 persen dari kondisi awalnya sebesar Rp 5.120.348,12 milyar. Dari jumlah tersebut, peningkatan pendapatan terbesar diterima oleh sektor perikanan itu sendiri, yaitu sebesar Rp 3.034,52 milyar, meningkat sebesar 3,583 persen dari Rp 84.690,10 milyar. Persentase peningkatan ini juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,295 persen dari kondisi awalnya Rp 525.154,11 milyar, atau sebesar Rp 1.550,59 milyar. Secara umum dengan adanya simulasi ini, maka sub sektor yang mengalami kenaikan total pendapatan terbesar adalah sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 13.667,06 milyar. Kenaikan pendapatan tidak hanya terjadi pada sektor-sektor yang mengalami kenaikan ekspor saja, tetapi juga diikuti oleh kenaikan pendapatan di sektor-sektor lainnya, terutama sektor-sektor yang berkaitan secara langsung dengan sektor pertanian. Dalam hal ini adalah sektor industri pengolahan makanan, minuman, dan tembakau.