Peranan Sektor Pertanian di Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA

Bab berikut ini akan memperlihatkan kondisi pertanian di Indonesia tentang peranan sektor pertanian, kondisi ekspor dan impor sektor pertanian, investasi sektor pertanian, produksi sektor pertanian, dan rumah tangga pertanian di Indonesia.

4.1 Peranan Sektor Pertanian di Indonesia

Pembangunan sektor pertanian memiliki beberapa keunggulan. Pertama, Indonesia merupakan negara agraris yang berkembang dengan corak perekonomian agraris, dimana sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 4.1 yang menunjukkan hampir separuh dari penduduk Indonesia bertumpu pada sektor ini. Dari data Sakernas 2005 terlihat bahwa dari total penduduk 94,95 juta orang, sebesar 41,81 juta orang 44 persen bekerja di sektor pertanian. Tabel 4.1. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Indonesia Tahun 2001-2005 Lapangan Pekerjaan 2001 2002 2003 2004 2005 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 43,8 44,3 46,4 43,3 44,0 Pertambangan dan Penggalian 1,2 0,7 0,8 1,1 0,9 Industri Pengolahan 13,3 13,2 12,4 11,8 12,3 Listrik, Gas dan Air Minum - 0,2 0,2 0,2 0,2 Bangunan 4,2 4,7 4,4 4,8 4,7 Perdagangan, Hotel dan Restoran 19,2 19,4 18,6 20,4 19,9 Pengangkutan dan Komunikasi 4,9 5,1 5,3 5,8 5,8 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 1,2 1,1 1,4 1,2 1,1 Jasa-jasa 12,1 11,3 10,6 11,2 11,1 Keterangan : 2001-2004 merupakan kondisi Agustus 2005 merupakan kondisi Februari Sumber : Sakernas, 2005 Kedua, sektor pertanian tidak menggunakan kapital yang terlalu intensif seperti misalnya sektor industri manufaktur. Ketiga, sektor pertanian tidak terlalu menggantungkan pada modal asing yang saat ini makin terbatas. Terakhir, sektor pertanian yang maju dapat membantu mengurangi kebutuhan devisa impor dan mengurangi angka kemiskinan Tambunan, 2003. Pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik sumbangan langsung seperti dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, perolehan devisa melalui ekspor dan penekanan inflasi, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Sementara itu, dalam hal pembentukan PDB, selama periode 2001-2005 peranan sektor pertanian tidak lebih dari 20 persen. Hal ini menunjukkan bahwa output dari pertanian jauh lebih kecil dibandingkan kontribusinya terhadap total kesempatan kerja. Dalam hal ekspor, jika dibandingkan dengan sektor lainnya, ekspor sektor pertanian masih sangat kecil yaitu menyumbang kurang dari 4 persen Tabel 4.2. Table 4.2. Kontribusi Sektor Migas dan Non Migas Indonesia Tahun 2001-2005 dalam Total Ekspor Ekspor 2001 2002 2003 2004 2005 Migas 22,44 21,20 22,35 21,53 22,45 Non Migas 77,56 78,80 77,65 78,47 77,55 Sektor Pertanian 4,33 4,49 4,14 3,50 3,36 Sektor Industri 66,89 67,76 66,96 68,29 64,91 Sektor Pertambangan 6,34 6,55 6,55 6,68 9,28 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005. Teori-teori pembangunan modern umumnya sepakat bahwa semakin berkembangnya suatu negara, maka akan semakin kecil kontribusi sektor pertanian dalam PDB. Menurut Hukum Engel bila pendapatan masyarakat meningkat, maka konsumsi barang primer hasil pertanian relatif akan semakin menurun rasio. Dalam istilah ekonomi, elastisitas permintaan terhadap hasil pertanian lebih kecil dari pada satu atau inelastis. Karena fungsi sektor pertanian yang paling penting dalam perekonomian adalah untuk menyediakan bahan makanan, maka peningkatan permintaan terhadap bahan-bahan makanan tidaklah sebesar permintaan terhadap barang-barang hasil sektor industri dan jasa. Dengan sendirinya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB akan semakin kecil dengan semakin besarnya tingkat pendapatan.

4.2 Ekspor Impor Sektor Pertanian Indonesia