Ekspor Impor Sektor Pertanian Indonesia

Teori-teori pembangunan modern umumnya sepakat bahwa semakin berkembangnya suatu negara, maka akan semakin kecil kontribusi sektor pertanian dalam PDB. Menurut Hukum Engel bila pendapatan masyarakat meningkat, maka konsumsi barang primer hasil pertanian relatif akan semakin menurun rasio. Dalam istilah ekonomi, elastisitas permintaan terhadap hasil pertanian lebih kecil dari pada satu atau inelastis. Karena fungsi sektor pertanian yang paling penting dalam perekonomian adalah untuk menyediakan bahan makanan, maka peningkatan permintaan terhadap bahan-bahan makanan tidaklah sebesar permintaan terhadap barang-barang hasil sektor industri dan jasa. Dengan sendirinya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB akan semakin kecil dengan semakin besarnya tingkat pendapatan.

4.2 Ekspor Impor Sektor Pertanian Indonesia

Dalam statistika pendapatan nasional, Badan Pusat Statistik mengelompokkan sektor pertanian menjadi 5 sub sektor yaitu : tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, dan perikanan. Tanaman bahan makanan mencakup padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, dan hortikultura. Secara keseluruhan transaksi perdagangan sektor pertanian Indonesia selalu mengalami surplus, dimana nilai ekspor melebihi nilai impor. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dari tahun 1998 hingga tahun 2005 nilai ekspor sektor pertanian mencapai US 23,04 milyar dan impornya hanya US 12,42 milyar. Nilai ekspor hasil pertanian terus meningkat dari tahun ke tahun. Bila ekspor pertanian ini dirinci per sub sektor, maka ekspor hasil perkebunan menempati peringkat pertama lalu diikuti oleh sub sektor perikanan, kehutanan, tanaman pangan, dan peternakan. Komoditi andalan untuk sub sektor perkebunan adalah karet, kopi, kelepa sawit, teh, dan lada. Untuk ekspor hasil perikanan, komoditi andalannya adalah udang dan ikan tuna. Ekspor kehutanan yang terbesar diterima dari komoditi kayu lapis dan pulp. Sementara ketela pohon dan buah- buahan adalah komoditi andalan sub sektor tanaman pangan. Ekspor hasil peternakan merupakan yang terkecil, terutama dari kulit binatang. Kondisi transaksi perdagangan sektor pertanian Indonesia yang selalu mengalami surplus diakibatkan oleh besarnya surplus sub sektor tanaman perkebunan berupa minyak sawit CPO, kopi, dan, teh, serta sub sektor perikanan berupa udang dan ikan tuna . Tabel 4.3. Nilai Ekspor Impor Komoditas Sektor Pertanian Indonesia Tahun 1998-2005 Komoditas 1998-2002 2003-2005 Ekspor 6.027,76 8.885,90 Tanaman Perkebunan Impor 381,78 1.443,13 Ekspor 7.743,19 5.223,2 Perikanan Impor 139,18 136,4 Ekspor 6446,99 8.560,70 Kehutanan Impor 1.229,06 587,87 Ekspor 4.676,46 1.324,2 Tanaman Pangan Impor 22.308,04 7.628,6 Ekspor 552,12 342,1 Peternakan Impor 1.626,12 915,80 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005. 4.3 Investasi Sektor Pertanian Indonesia Investasi dalam suatu perekonomian sangat diperlukan baik untuk menunjang pertumbuhan ekonomi maupun perluasan tenaga kerja. Oleh karena itu pemerintah melakukan upaya yang intensif untuk menarik investor menanamkan modalnya di Indonesia antara lain dengan mempertahankan stabilitas ekonomi. Stabilitas ekonomi merupakan salah satu prasyarat untuk menggerakkan roda perekonomian agar pelaku ekonomi merasa aman dan tentram dalam melakukan aktivitasnya Badan Pusat Statistik, 2005. Dalam lima tahun terakhir nilai total PMDN yang disetujui pemerintah mengalami fluktuasi setiap tahunnya dan cenderung menurun. Investasi untuk sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan semakin diminati oleh para investor dalam negeri terlihat dari Tabel 4.5 yang menunjukkan bahwa investasi di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami peningkatan setiap tahun kecuali pada tahun 2004 yang menurun sebesar 4,21 persen. Sektor pertanian menyumbang 5,20 persen terhadap total PMDN setiap tahunnya atau sebesar Rp 2.220,58 milyar per tahun. Tabel 4.4. Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2001-2005 Rp Milyar Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 Pertanian, Kehutanan, Perikanan 1.378,1 2,35 1.453,7 5,75 1.929,1 3,98 1.847,9 5,03 4.494,1 8,89 Pertambangan 1.198,2 2,04 786,7 3,11 752,8 1,55 662,4 1,80 982,3 1,94 Industri 43.966,6 74,93 15.853,5 62,76 40.442,7 83,41 20.631,6 56,15 26.807,9 53,00 Angkutan 1.489,0 2,54 3.117,7 12,34 2.022,0 4,17 1.885,1 5,13 2.375,1 4,70 Listrik, Perdagangan, Jasa 1.635,2 2,79 1.612,6 6,38 633,4 1,31 9.695,4 26,38 10.330,4 20,42 Lainnya 9.006,9 15,35 2.438,1 9,65 2.704,8 5,58 2.025,2 5,51 5.587,6 11,05 Jumlah 58.674,0 100,00 25.262,3 100,00 48.484,8 100,00 36.747,6 100,00 50.577,4 100,00 Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase terhadap jumlah PMDN Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005. Aliran investasi asing ke pasar modal Indonesia dalam lima tahun terakhir menunjukkan pergerakan yang fluktuatif disebabkan karena belum adanya pergerakan yang signifikan dalam perekonomian di dalam negeri Badan Pusat Statistik, 2005. Penanaman modal asing PMA di Indonesia untuk sektor pertanian masil relatif kecil. Dari total PMA yang disetujui pemerintah, sektor pertanian hanya menyumbang PMA sebesar 3,31 persen setiap tahunnya atau senilai Rp 393,04 milyar per tahun Tabel 4.6 dan menduduki peringkat ke dua terkecil setelah sektor pertambangan . Tabel 4.5. Penanaman Modal Asing PMA yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2001-2005 Rp Milyar Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 Pertanian, Kehutanan, Perikanan 391,7 2,60 458,9 4,71 178,9 1,35 329,7 3,21 606,0 4,67 Pertambangan 118,7 0,79 49,2 0,50 17,8 0,13 66,3 0,64 775,9 5,98 Industri 5.144,4 34,20 3.208,2 32,92 6.457,4 48,89 6.334,3 61,63 6.028,0 46,44 Angkutan 373,3 2,48 3.713,2 38,11 4.160,2 31,50 586,5 5,71 3.107,3 23,94 Listrik, Perdagangan, Jasa 1.899,1 12,62 1.764,9 18,11 1.1067 8,38 1.079,7 10,51 301,0 2,32 Lainnya 7.116,7 47,31 549,7 5,64 1.286,2 9,74 1.880,8 18,30 2.161,1 16,65 Jumlah 15.043,9 100,00 9.744,1 100,00 13.207,2 100,00 10.277,3 100,00 12.979,3 100,00 Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase terhadap jumlah PMA Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.

4.4 Produksi Sektor Pertanian Indonesia