Diagram ini merupakan modifikasi dan pengembangan penulis dari diagram ‘Posisi Early Warning System dalam Siklus Pengelolaan Bencana‘ yang terdapat dalam
Robert Kodoatie Ph. D., dan Roestam Syarief Ph. D., Pengelolaan Bencana Terpadu, 2005
2.4 Mitigasi
Mitigasi adalah salah satu tindakan penanggulangan resiko bencana yang dapat dilakukan di fase sebelum terjadinya bencana, pra-bencana, saat menjelang bencana, dan
pasca bencana. Mitigasi bencana gunungapi dalam pengertian yang lebih luas bisa diartikan sebagai segala usaha dan tindakan untuk mengurangi dampak bencana yang
disebabkan oleh erupsi gunung api. Tindakan mitigasi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu dari aspek struktural dan
non struktural. Mitigasi dari aspek struktural adalah dengan membangun suatu struktur untuk mengurangi dampak dari suatu bencana, misalnya pembuatan sabo dam untuk
mengurangi dampak dari debris flow, pembangunan bunker untuk evakuasi ketika terjadi erupsi, serta perbaikan jalur evakuasi.
Langkah-langkah dalam menentukan tindakan mitigasi yang tepat untuk digunakan adalah, yang pertama melakukan penilaian langkah-langkah teknis engineering and
construction measures, penilaian tata ruang physical planning measures, penilaian aspek ekonomi economic measures, penilaian prosedur atau aspek manajemen dan
organisasi management and institutional measures, serta penilaian dari aspek sosial societal measures.
2.5 Manejemen Resiko
Resiko merupakan kerugian ydari dampak terjadinya suatu bencana. Mengelola risiko bencana adalah mengatur dampak bencana seminimal mungkin agar tidak
menimbulkan dampak destruktif yang lebih besar lagi. Untuk mengurangi resiko dari suatu bencana maka diperlukan peningkatan ketahanan dalam menghadapi suatu bencana. Salah
satu cara untuk meningkatkan ketahanan terhadap suatu bencana adalah dengan menyelenggarakan penanggulangan bencana. Menurut UU No.24 2007, penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana meliputi: a
kesiapsiagaan b peringatan dini dan c mitigasi bencana.
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam
menghadapi kejadian bencana. Peringatan dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf b dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat. Dalam kasus
bencana erupsi gunung api, manajemen krisis merupakan tugas dan fungsi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi termasuk BPPTK sebagai salah satu unitnya.
Pada fase Pra-kejadian peranannya dapat meliputi langkah-langkah penilaian risiko bencana, pemetaan daerah kawasan rawan bencana, pembuatan peta risiko dan membuat
simulasi skenario bencana. Tindakan lain yang perlu dilakukan adalah pemantauan gunungapi dan menyusun rencana keadaan darurat. Adapun pada saat fase kritis maka
sudah harus dilakukan tindakan operasional berupa pemberian peringatan dini, meningkatkan komunikasi dan prosedur pemberian informasi, menyusun rencana tanggap
darurat yang berupa penerapan dari tindakan rencana keadaan darurat dan sesegera
mungkin mendefinisikan perkiraan akhir dari fase kritis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN