Tujuan Penelitian Batasan Penelitian

1. Bagaimana kerentanan masyarakat di lereng Gunung Merapi dikaitkan dengan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi? 2. Apa saja langkah manejemen resiko bencana yang dapat dilakukan untuk bencana erupsi Merapi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi kerentanan pada wilayah lereng Gunung Merapi terkait potensi bencana erupsi merapi. 2. Mengetahui langkah manajemen resiko bencana erupsi yang dapat diterapkan di lereng Gunung Merapi.

1.4 Batasan Penelitian

1.4.1.1 Wilayah Penelitian Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta DIY secara geografis terletak pada 8º 30 - 7º 20 Lintang Selatan, dan 109º 40 - 111º 0 Bujur Timur. Luas wilayah DIY sebesar 3.185,80 km 2 yang terdiri atas satu kotamadya dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desakelurahan. Menurut sensus penduduk 2010, DIY memiliki populasi 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki, dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km 2 . 1.4.2 Batasan dan Definisi 1. Data berdasarkan Studi Kasus Erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Gunung Merapi merupakan salah satu dari 129 gunungapi aktif di Indonesia yang masih aktif hingga saat ini. Hingga Mei 2006, erupsi yang tercatat sudah mencapai 83 kali kejadian. Rata-rata selang waktu erupsi Merapi terjadi antara 2-5 tahun periode pendek, sedangkan selang waktu periode menengah setiap 5-7 tahun. Pada tanggal 20 September 2010, status kegiatan Gunung Merapi ditingkatkan dari Normal menjadi Waspada, selanjutnya tanggal 21 Oktober 2010 ditingkatkan kembali menjadi Siaga Level III, dan sejak 25 Oktober 2010, pukul 06:00 WIB, status kegiatan Gunung Merapi dinaikkan dari Siaga Level III menjadi Awas Level IV. Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi pertama dan selanjutnya terjadi berturutturut hingga awal November 2010. Bencana ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bencana serupa dalam lima periode waktu sebelumnya yakni tahun 1994, 1997, 1998, 2001 dan 2006. Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 menghasilkan sekitar 150 juta m 3 material vulkanik yang terdiri atas abu, pasir, kerikil dan batu. Widiastuti, 2015 2. Kerentanan bencana merupakan bagian dalam penilaian resiko bencana berupa jatuhnya korban jiwa maupun kerugian ekonomi dalam jangka pendek yang terdiri dari hancurnya permuiman, infrastruktur, sarana, dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun kerugian ekonomi jangka panjang berupa terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun kerusakan sumberdaya alam lainnya. Analisis kerentanan ditekankan pada kondisi fisik kawasan dan dampak kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal Diposaptono, 2009. Kerentanan bencana merupakan bagian dalam penilaian resiko bencana. 3. Resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat Bakornas, 2007. Resiko bencana merupakan hasil perkalian dari kerawanan faktor-faktor bahaya dan kerentanan. 4. Kerawanan adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan, atau dengan kata lain disebut potensi bahaya Diposaptono, 2009 5. Bahaya hazard adalah suatu kejadian atau peristiwa yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa, atau keruskan lingkungan Diposaptono, 2005.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA