dapat diakses oleh penduduk setempat dengan mudah sehingga penduduk setempat tidak dapat mengetahui kondisi terkini dari aktivitas gunung berapi.
Untuk menentukan tingkat kerentanan suatu wilayah dapat dilakukan dengan menggunakan model skoring atau penilaian Subandono, 2009 salah satunya seperti di
bawah ini: Tabel. Nilai skor tingkat kerentanan
Tingkat kerentanan Rendah
Sedang Tinggi
Skor 1
2 3
Penentuan kelas kerentanan dapat diperoleh dengan melakukan analisis dan memberi skor pada setiap variable dengan kategori kerentanan dari kondisi, sosial,
ekonomi, dan lingkungan. NIlai dari masing-masing variable kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah variable. Nilai ini menunjukkan apabila suatu wilayah mengalami
permasalahan kompleks, maka masing-masing aspek akan memberikan kontribusi nilai rata-rata akhir yang tinggi pula. Perhitungan nilai rata-rata kerentanan sebagai berikut:
K= V1+V2+V3+V4+…+Vnn Dimana
: K= nilai rata-rata kerentanan
n= jumlah variabel
3.3 Analisa Resiko
Setiap bencana yang terjadi tentu memiliki resiko masing – masing. Resiko yang
dapat ditimbulkan dari letusan gunung berapi antara lain korban jiwa yang meninggal akibat gas beracun, awan panas, dan penyakit pernafasan, rusaknya kawasan perumahan
tempat tinggal warga di sekitar gunung berapi, rusaknya daerah pertanian dan peternakan yang menyebabkan turunnya hasil produksi pertanian dan peternakan, rusaknya ekosistem
mahkluk hidup yang tinggal di daerah sekitar gunung berapi, serta menurunnya tingkat
ekonomi masyarakat sekitar.
Korban jiwa yang meninggal dapat disebabkan oleh gas beracun yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi seperti CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Awan panas yang
memiliki suhu di atas 300 ⁰C dapat membunuh manusia seketika. Selain itu, asap dan debu
yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi dapat menyebabkan penyakit ISPA pada
warga sekitar.
Awan panas serta lava yang timbul saat terjadi letusan gunung berapi dapat menghancurkan semua mahkluk hidup maupun benda
– benda yang ada di sekitarnya. Hal ini tidak terkecuali pada kawasan tempat tinggal warga, lahan pertanian dan peternakan,
serta lapangan kerja yang ada. Oleh karena itu tingkat ekonomi masyarakat yang berada di kawasan sekitar gunung berapi dapat turun drastis karena hilangnya lapangan pekerjaan
dan menurunnya tingkat produksi pertanian dan peternakan.
Menurut Diposaptono 2009 apabila tingkat bahaya kerawananpotensi dan kerentanan diketahui, langkah selanjutnya adalah menentukan resiko wilayah terebut.
Analisa resiko merupakan instrument penting karena dapat digunakan untuk menentukan uruta prioritas penangannannya. Secara sederhana, nilai resiko merupakan nilai perkalian
antara potensi bahaya dan kerentanan. Secara umum resiko dapat dirumuskan sebagai berikut:
Resiko Risk = potensi bahaya hazard x kerentanan vulnerability
R = H x V
Korelasi kedua factor tersebut tertuang dalam matriks resiko bencana yang menunjukkan keterkaitan antara kerentanan dan kerawanan.
Tabel. Matriks Resiko, hubungan kerentanan dan kerawanan
Sumber: Diposaptono, 2009
Artinya bila suatu daerah memiliki potensi bahaya tinggi namun nilai kerentanannya rendah, maka daerah tersebut belum tentu memiliki nilai resiko tinggi. Begitu pula bila
suatu daerah memiliki nilai kerentanan yang tinggi, sedangkan nilai potensi bahayanya rendah, maka daerah tersebut juga kurang beresiko.
3.4 Penentuan Prioritas dan Upaya Penanganan