Prevalensi dan Epidemiologi Obesitas

otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan. Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor yaitu tingkat aktivitas dan olahraga secara umum serta angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting Guyton, 2007. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme normal Guyton, 2007. 2.1.3.3 Perilaku makan Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti Guyton, 2007. 2.1.3.4 Neurogenik Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas. Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas pada manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral HL yang menggerakkan nafsu makan awal atau pusat makan dan hipotalamus ventromedial HVM yang bertugas merintangi nafsu makan pemberhentian atau pusat kenyang. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas, serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik seperti orexigenic substance neuropeptide Y NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada hewan obesitas yang dibatasi makannya Guyton, 2007 . 2.1.3.5 Hormonal Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui dapat berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol merupakan glukokortikoid yang bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigliserida, hepatic glukoneogenesis, dan proteolisis Wilborn et al, 2005. 2.1.3.6 Dampak penyakit lain Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampaksindroma dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh endokrin dan komponen neural. Berdasarkan anggapan tersebut, maka sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan Flier, 2012.

2.1.4 Klasifikasi

2.1.4.1 Obesitas Sentral Obesitas sentral didefinisikan sebagai penumpukan lemak dalam tubuh bagian perut. Penumpukan lemak ini diakibatkan oleh jumlah lemak berlebih pada jaringan lemak subkutan dan lemak visceral perut. Penumpukan lemak pada jaringan lemak visceral merupakan bentuk dari tidak berfungsinya jaringan lemak subkutan dalam menghadapi ketidakseimbangan energi pada tubuh. Ketidakseimbangan energi pada tubuh disebabkan antara lain terjadinya peningkatan asupan gizi dan kurangnya aktivitas fisik Tchernof, 2013. Penting mempertimbangkan usia dan jenis kelamin untuk mengetahui interpretasi perkembangan otot atau distribusi lemak tubuh serta klasifikasi obesitas. Misalnya adipositas pusat yaitu penumpukan lemak terutama pada bagian abdomen lebih menunjukkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan pengukuran lingkar pinggang La Morte, 2013. Tabel 1. Interpretasi Lingkar Pinggang LP dan Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul RLPP WHO, 2008 Obesitas sentral merupakan obesitas yang didominasi penimbunan lemak tubuh di trunkal. Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada trunkal, yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal abdominal, dan retroperitoneal. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit Jenis pemeriksaan Klasifikasi Laki-laki Perempuan Lingkar pinggang Normal 94-102 cm 80-88 cm Tinggi 102cm 88 cm Rasio lingkar pinggang panggul Normal 0,90 0,85 Tinggi 90 85 kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah Sugianti, 2009. Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas sentral, sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan metabolik selain obesitas, meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas lipid dan hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri atau bersama- sama merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit jantung koroner danatau stroke Soegondo, 2007. Seibert 2013 melaporkan korelasi pengukuran lemak viseral dengan risiko penyakit kardiovaskular. Dalam studi pada orang dewasa, peneliti ini melaporkan bahwa penanda risiko kardiovaskular digunakan untuk mengklasifikasikan sindrom metabolik. Jumlah lemak viseral yang meningkat akan memobilisasi asam lemak bebas. Aktivitas lipolitik yang terjadi pada orang obesitas sentral menghasilkan mediator pro- inflamasi spesifik yang meningkatkan tonus vasomotor endotel dengan mengeluarkan renin, angiotensinogen, dan angiotensin II yang mirip dengan sistem renin angiotensin aldosteron pada ginjal sehingga dapat meningkatkan hipertensi pada pasien obesitas Redinger, 2007. 2.1.4.2 Obesitas General Obesitas dapat diartikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Penanda kandungan lemak tubuh yang digunakan adalah indeks massa tubuh IMT. Ketika kuantitas energi dalam bentuk makanan yang masuk dalam tubuh lebih besar dari pada yang dikeluarkan, maka akan mengakibatkan berat badan meningkat dan sebagian besar dari kelebihan energi ini disimpan dalam bentuk lemak. Obesitas biasanya di nyatakan dengan adanya 25 lemak tubuh total atau lebih pada pria dan sebanyak 35 atau lebih pada wanita Guyton and Hall, 2007. Cara yang biasa digunakan untuk menghitung IMT adalah LaMorte, 2013: Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT WHO, 2006