Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat

Pada Gambar 12 terlihat bahwa semakin tingginya tingkat suku bunga, maka besarnya NPV yang diperoleh akan semakin berkurang, sedangkan semakin kecil tingkat suku bunga, maka besarnya NPV yang diperoleh semakin meningkat. Karena tingkat suku bunga berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan, dengan semakin tinggi tingkat suku bunga, maka pendapatan yang diperoleh akan semakin berkurang, sedangkan semakin rendah tingkat suku bunga pendapatan yang diperoleh akan semakin meningkat. Hasil skenario nilai NPV pada perubahan tingkat suku bunga terdapat pada Tabel 6. Tabel 6 Skenario perubahan suku bunga Simulasi perubahan suku bunga Suku bunga 5 10 15 NPV Rp 67.400.905.773 53.413.225.211 42.768.402.285 Sumber data : hasil simulasi model

5.4 Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat

Analisis kelayakan usaha dilakukan dengan menggunakan metode analisis aliran kas dari biaya dan pendapatan yang telah didiskonto. Besarnya suku bunga yang digunakan adalah 10, yaitu suku bunga Bank Rakyat Indonesia yang berlaku di daerah saat penelitian berlangsung. Pada prinsipnya biaya yang terlibat dalam pengusahaan hutan rakyat terdiri dari biaya berubah variable cost dan biaya tetap fixed cost. Biaya tetap adalah semua jenis biaya yang seolah-olah tidak berubah walaupun jumlah barang yang dihasilkan berubah, misalnya tanah. Sedangkan biaya berubah adalah biaya produksi yang besarnya tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan, misalnya membeli pupuk, bibit, upah tenaga kerja Sumatra 1963 dalam Indra 2007. Biaya pengusahaan hutan rakyat terdiri dari biaya tetap, antara lain biaya sewapajak dan biaya peralatan. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya pengadaan bibit, biaya penanaman, biaya pemeliharaan, biaya pemanenan. Kelayakan hutan rakyat ini bisa dijadikan acuan untuk perbaikan pengelolaan hutan rakyat kedepannya dari segi pemeliharaan dan pengaturan biaya yang dikeluarkan. Kriteria Kelayakan usaha yang digunakan dalam analisis adalah Net Present Value NPV , Benefit Cost Ratio BCR, Internal Rate of Return IRR. A. Biaya tetap 1. Pembayaran pajak merupakan salah satu biaya tetap usaha hutan rakyat. Besarnya nilai pajak tergantung dari luasan hutan rakyat yang dimiliki petani. Biaya pajak selalu dikeluarkan setiap tahunnya oleh petani yang dipengaruhi oleh luasan lahan yang dimiliki. Rata-rata besarnya biaya pajak yaitu Rp 75.000Ha. 2. Peralatan yang biasa digunakan petani di Desa Cikalong adalah parang, cangkul, koret, kampak, semprotan, congkrang, arit dan golok. Alat-alat ini digunakan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang berfungsi untuk membersihkan dan mempermudah kegiatan. Total biaya pembelian peralatan pertanian yang dikeluarkan adalah Rp 3.500.000Ha B. Biaya Variabel 1. Biaya Pengadaan bibit adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani di awal penanaman. Bibit sengon dibeli dari pedagang keliling di sekitar Desa Cikalong . Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bibit tersebut sebesar Rp 1.000 per bibit sengon. Jumlah bibit sengon berdasarkan jarak tanam yang digunakan di lapangan. Jarak tanam yang digunakan yaitu 3 m x 2 m, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bibit sebesar Rp 1.667.000Ha. 2. Biaya tenaga kerja adalah biaya dari kegiatan yang membutuhkan tenaga kerja seperti persiapan lahan, kegiatan penanaman, kegiatan pemupukan, kegiatan dan pemeliharaan. Upah untuk kegiatan ini besarnya Rp 25.000 per hari orang kerja HOK. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja sebesar Rp 1.200.000Ha. 3. Biaya insektisida dan biaya pengadaan pupuk yang terdiri dari pengadaan pupuk kandang, NPK dan Urea berdasarkan rata-rata dari total per tahunnya. Pada pengadaan pupuk biaya yang dikeluarkan adalah Rp 2.500.000 Ha. 4. Biaya pemanenan yang ada di lahan hutan rakyat desa Cikalong ini tidak terperinci. Kegiatan pemanenan ini selalu dilakukan dengan sistem borongan sehingga biaya pemanenan merupakan hasil negosiasi antara petani dan pihak pemborong. Tabel 7 Nilai kriteria kelayakan usaha Kriteria Kelayakan Investasi Nilai NPV Rp 53.413.225.211 BCR 1,2 IRR 32,6 Berdasarkan Tabel 5 dengan menggunakan suku bunga 10, usaha pengelolaan hutan rakyat merupakan usaha yang layak untuk dijalankan. NPV bernilai positif, nilai BCR yang di peroleh lebih dari 1, dan IRR diatas suku bunga yang berlaku. Nilai NPV dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat dengan luasan 2.800 Ha, sebesar Rp 53.413.225.211. Nilai ini menunjukan bahwa biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan pengelolaan akan memberikan keuntungan selama umur analisis finansial yaitu 5 tahun menurut nilai sekarang. Nilai BCR dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat adalah 1,2. Nilai BCR tersebut menunjukan perbandingan antara manfaat dan biaya yang terdiskonto. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa manfaat yang diperoleh selama umur proyek sebesar nilai BCR lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Nilai IRR yang diperoleh adalah 32,6, hal ini menunjukan pengelolaan hutan rakyat layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut terlihat dari nilai IRR-nya yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Sistem pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan di Desa Cikalong menggunakan tebang pilih atau tebang butuh. Pola tanam yang digunakan dalam pengelolaan hutan rakyat menggunakan pola agroforestry, dimana tanaman pokoknya adalah tanaman sengon. Pemasaran kayunya masih melalui tengkulak atau bandar. 2. Model simulasi skenario pengelolaan hutan rakyat di Desa Cikalong agar dapat memberikan hasil yang wajar dalam evaluasi model pembuatannya membutuhkan 5 sub model yaitu sub model dinamika tegakan, sub model tenaga kerja, sub model industri usaha kayu hutan rakyat, sub model pengaturan hasil, dan sub model kelayakan usaha. 3. Berdasarkan luas lahan yang tersedia pembentukan unit pengelolaan hutan rakyat diperoleh luas efektif sebesar 2.800 Ha. Sedangkan nilai kriteria kelayakan usahanya didapatkan nilai NPV sebesar Rp 53.413.225.211, BCR sebesar 1,2 dan IRR 32,6 . Maka dapat disimpulkan bahwa usaha tersebut dinyatakan layak.

6.2 Saran

1. Perlu dibentuk kelompok petani hutan rakyat yang dapat menjadi wadah atau sumber informasi. 2. Untuk lebih meningkatkan hasil petani yang menggunakan sistem agroforestry sebaiknya tanaman yang ditanam adalah tanaman yang tahan terhadap naungan, sehingga lahan agroforestry tetap memberikan hasil sampingan setiap tahunnya. 3. Perlu adanya kelembagaan dalam melakukan penyuluhan atau pemberian informasi tentang kehutanan lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan serta pengelolaan yang baik sehingga yang diperoleh akan lebih besar.