3. Internal Rate of Return IRR Internal Rate of Return
yaitu tingkat suku bunga yang membuat proyek akan mengembalikan semua investasi selama umur proyek. Jika dinilai Internal
Rate of Return lebih kecil dari discount rate maka NPV0, artinya sebaiknya
proyek itu tidak dilaksanakan. Inti analisis finansial adalah membandingkan antara pendapatan dengan
pengeluaran, dimana suatu kegiatan atau usaha adalah feasible apabila pendapatan lebih besar dari pengeluaran.
IRR =
1 2
2 1
1 1
i i
x NPV
NPV NPV
i −
+ +
Keterangan : i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negative
NPV1 = NPV yang bernilai positif NPV2 = NPV yang bernilai negative
IRR ≥ discount rate yang berlaku; maka kegiatan investasi layak dijalankan
IRR discount rate yang berlaku; maka kegiatan investasi tidak layak dijalankan.
3.6 Kerangka Penelitian
Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang secara keseluruhan bertujuan mengarahkan atau memelihara ekosistem hutan sehingga sistem tersebut
memungkinkan pemenuhan kebutuhan hidup manusia akan produk hasil hutan maupun jasa, secara berkelanjutan dan lestari dalam jangka yang panjang. Dalam
penelitian ini dilakukan pengelolaan unit hutan rakyat dengan tanaman pokok sengon Paraserianthes falcataria. Metode pengaturan hasil diperoleh dari luas
total areal hutan rakyat pada masing-masing tahun tanam, yang akan menentukan besarnya penanaman dan penebangan yang efektif sesuai daur, sehingga
didapatkan pembentukan unit pengelolaan hutan rakyat yang lestari dan berkelanjutan. Semakin besar gangguan, menyebabkan semakin berkurangnya
jumlah pohon yang tersedia. Setelah itu, akan dibuat kombinasi pola dan skenario pemanfaatan hutan pada hutan rakyat jenis sengon adalah sebagai berikut:
1. Skenario 1, yaitu pengelolaan hutan rakyat untuk memperoleh besarnya
pendapatan efektif yang diperoleh jika daur dan harga diubah untuk tanaman sengon. Daur diubah menjadi 4 tahun, 5 tahun, dan 8 tahun. Sedangkan harga
sengon diubah menjadi Rp 70.000 per pohon, Rp 100.000 per pohon, dan Rp 160.000 per pohon.
2. Skenario 2, yaitu pengelolaan hutan rakyat terhadap perubahan tingkat suku
bunga terhadap besarnya nilai Net Present Value NPV tanaman sengon. Tingkat suku bunga pada skenario ini akan diubah menjadi 5 dan 15 .
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Kabupaten Tasikmalaya 4.1.1 Letak dan Luas
Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 7
o
02’ dan 7
o
50’ Lintang Selatan serta 108
o
25’ dan 109
o
43’ Bujur Timur. Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang berbatasan secara
langsung dengan: 1.
Sebelah utara : Kabupaten Ciamis dan Kota Tasikmalaya.
2. Sebelah timur
: Kabupaten Ciamis. 3.
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia.
4. Sebelah Barat
: Kabupaten Garut. Luas wilayah Kabupaten Tasikmalaya adalah 271.252 Ha. Tanah sawah
seluas 49.057 Ha, hutan rakyat 37.971 Ha, hutan negara seluas 31.272 Ha, perkebunan Negaraswasta seluas 84.47 Ha dan lain-lain seluas 67.62 Ha. Peta
kawasan Kabupaten Tasikmalaya terdapat pada Lampiran 1.
4.1.2 Jenis Tanah dan Ketinggian Tempat
Jenis tanah yang ada di Kabupaten Tasikmalaya dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis tanah yaitu, tanah Litosol, tanah Regosol dan tanah Latosol.
Ketiga jenis tanah tersebut tersebar di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Tasikmalaya. Di bagian utara, sebaran terdiri dari jenis tanah latosol. Sementara
itu, kedalaman efektif tanah solum wilayah bagian barat dan timur berada pada kisaran 30-60 cm, sedangkan di bagian utara, tengah, dan selatan berada pada
kisaran 60-90 cm . Sedangkan untuk aspek topografi, Kabupaten Tasikmalaya dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Daerah dengan ketinggian 0-500 m dpl : 33,33 dari seluruh areal.
2. Daerah dengan ketinggian 500-1000 m dpl : 50,00 dari seluruh areal.
3. Daerah dengan ketinggian 1000 m dpl : 16.67 dari seluruh areal.