penelitian. Tujuan utama yang ingin dicapai adalah mensimulasikan tingkat pendapatan petani pada berbagai luas unit pengelolaan yang layak untuk
diusahakan. Untuk keperluan tersebut disusun suatu skenario untuk mengetahui perbedaan dan perubahan yang terjadi. Terdapat tiga skenario yang akan
disimulasikan dalam model pengelolaan hutan rakyat di Desa Cikalong.
5.3.6.1 Skenario daur dan harga
Pada skenario ini akan dilakukan besarnya pendapatan efektif yang diperoleh jika daur dan harga diubah untuk tanaman sengon. Semakin besar daur,
maka harga sengon per pohon akan semakin tinggi. Pendapatan efektif yang dimaksud adalah besarnya pendapatan dari sengon pada sub model pengaturan
hasil.
Gambar 11 Skenario daur dan harga. Keterangan:
1. Pendapatan efektif dengan daur 4 tahun dan harga sengon Rp 70.000 per
pohon. 2.
Pendapatan efektif dengan daur 5 tahun dan harga sengon Rp 100.000 per pohon.
3. Pendapatan efektif dengan daur 8 tahun dan harga sengon Rp 160.000 per
pohon. Pada Gambar 11 skenario daur dan harga, daur 4 tahun dan harga sengon Rp
70.000 per pohon, pendapatan yang diperoleh tidak tinggi. Hal ini dikarenakan harga sengon per pohonnya rendah dan tidak sesuai dengan daur tebang.
Sedangkan jika skenario dengan daur 5 tahun dan harga sengon sebesar Rp 100.000 per pohon, mempunyai nilai pendapatan efektif paling tinggi, hal ini
dikarenakan penebangan dan biaya pengelolaanya sesuai dengan daur tebangnya. Untuk daur 8 tahun dan harga sengon Rp 160.000 per pohon, pendapatan efektif
yang diperoleh rendah. Hal ini dikarenakan jumlah tegakan pohon sengon berkurang karena adanya kematian mortality dan biaya pengelolaanya yang
tinggi. Untuk daur Hasil skenario pendapatan efektif terdapat pada Tabel 5. Tabel 5 Skenario daur dan harga tanaman sengon
Skenario pendapatan Harga sengon dan daur Rpdaur
70000 4 tahun 1000005 tahun
1600008 tahun Pemasukan Rp
288.642.666.667 387.605.866.667
515.102.769.855 Pengeluaran Rp
241.266.666.667 301.583.333.333
482.533.333.333 Keuntungan Rp
47.376.000.000 86.022.533.334
32.569.436.522
Sumber data : hasil simulasi model
5.3.6.2 Skenario nilai NPV pada perubahan tingkat suku bunga
Pada skenario ini dilakukan perubahan tingkat suku bunga terhadap besarnya Net Present Value NPV tanaman sengon. Tingkat suku bunga pada
skenario ini akan diubah menjadi 5 dan 15 .
Gambar 12 Skenario nilai NPV pada perubahan tingkat suku bunga. Keterangan:
1. Nilai NPV pada tingkat suku bunga 5 .
2. Nilai NPV pada tingkat suku bunga 10 .
3. Nilai NPV pada tingkat suku bunga 15 .
Pada Gambar 12 terlihat bahwa semakin tingginya tingkat suku bunga, maka besarnya NPV yang diperoleh akan semakin berkurang, sedangkan semakin
kecil tingkat suku bunga, maka besarnya NPV yang diperoleh semakin meningkat. Karena tingkat suku bunga berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan,
dengan semakin tinggi tingkat suku bunga, maka pendapatan yang diperoleh akan semakin berkurang, sedangkan semakin rendah tingkat suku bunga pendapatan
yang diperoleh akan semakin meningkat. Hasil skenario nilai NPV pada perubahan tingkat suku bunga terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6 Skenario perubahan suku bunga Simulasi perubahan suku
bunga Suku bunga
5 10 15 NPV Rp
67.400.905.773 53.413.225.211 42.768.402.285
Sumber data : hasil simulasi model
5.4 Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat
Analisis kelayakan usaha dilakukan dengan menggunakan metode analisis aliran kas dari biaya dan pendapatan yang telah didiskonto. Besarnya suku bunga
yang digunakan adalah 10, yaitu suku bunga Bank Rakyat Indonesia yang berlaku di daerah saat penelitian berlangsung. Pada prinsipnya biaya yang terlibat
dalam pengusahaan hutan rakyat terdiri dari biaya berubah variable cost dan biaya tetap fixed cost.
Biaya tetap adalah semua jenis biaya yang seolah-olah tidak berubah walaupun jumlah barang yang dihasilkan berubah, misalnya tanah. Sedangkan
biaya berubah adalah biaya produksi yang besarnya tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan, misalnya membeli pupuk, bibit, upah tenaga kerja Sumatra 1963
dalam Indra 2007. Biaya pengusahaan hutan rakyat terdiri dari biaya tetap, antara lain biaya
sewapajak dan biaya peralatan. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya pengadaan bibit, biaya penanaman, biaya pemeliharaan, biaya pemanenan.
Kelayakan hutan rakyat ini bisa dijadikan acuan untuk perbaikan pengelolaan hutan rakyat kedepannya dari segi pemeliharaan dan pengaturan biaya yang
dikeluarkan.