Perkebunan tahun 2009 mempunyai luas 44.318,54 Ha. Jenis kayu sengon Paraserianthes falcataria menjadi jenis kayu yang paling banyak ditanam oleh
petani hutan rakyat. Jumlah pohon yang ada mencapai 14.989.508 batang, dan pohon siap tebang sebanyak 314.245,240 batang. Hal tersebut dikarenakan daur
pendek pada tanaman sengon dapat mengatur perputaran dana pengolahan hutan secara cepat dan pengelolaan hutan rakyat dengan menggunakan sistem
agroforestry .
Pembangunan hutan rakyat dapat berupa kayu rakyat yang saat ini telah berkembang menjadi suatu komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang
cukup baik dan dirasakan oleh masyarakat bahwa usaha ini dapat memberikan tambahan pendapatan. Namun demikian kayu sebagai hasil hutan rakyat masih
menempati posisi kurang penting sebagai pendapatan rumah tangga petani. Hal ini ditunjukan oleh sedikitnya jumlah pohon yang dimiliki serta penentuan daur yang
tidak menentu. Karenanya sampai saat ini pohon-pohon yang dimiliki oleh petani hutan rakyat tidak diposisikan menjadi salah satu sumber pendapatan andalan.
Oleh karena itu perlu adanya informasi, baik masalah teknis maupun prospek nilai ekonomisnya.
Pengelolaan hutan rakyat yang ideal memungkinkan pemiliknya menerapkan manajemen yang lebih fleksibel dan efektif dalam pengaturan hasil
maupun pengawasannya. Namun pada umumnya kebiasaan petani hutan rakyat tidak menerapkan pengelolaan yang baik, maka pendapatan petani dari pohon-
pohon yang dimilikinya hanya merupakan bagian kecil dari total pendapatan rumah tangga per tahun.
1.2 Perumusan Masalah
Hutan rakyat mempunyai peran yang positif baik secara ekonomi maupun ekologi. Secara ekonomi hutan rakyat dapat meningkatkan pendapatan pemilik
hutan rakyat, penyediaan lapangan pekerjaan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sedangkan dari aspek ekologi, hutan rakyat dapat
mengendalikan erosi dan limpasan permukaan, memperbaiki kesuburan tanah dan menjaga keseimbangan tata air.
Pengelolaan hutan rakyat masih tergantung pada keputusan pemiliknya dalam menentukan jenis pohon dan waktu penebangannya daur kebutuhan
dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat. Permasalahan pokok yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana pemilik hutan rakyat dapat memilih
skenario pengelolaan hutan yang terbaik, melalui permodelan simulasi yang dapat memprediksi tingkat pendapatan petani hutan rakyat pada berbagai luas unit
pengelolaan yang tersedia dan layak untuk diusahakan.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mempelajari sistem pengelolaan hutan rakyat di Desa Cikalong. 2.
Menyusun model unit pengelolaan hutan rakyat di Desa Cikalong. 3.
Mengidentifikasi kelayakan usaha hutan rakyat yang ada di Desa Cikalong.
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dari sisi akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
yang berguna untuk memperbaiki sistem pengelolaan hutan rakyat di Desa Cikalong.
2. Kegiatan dan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-
pihak yang terkait baik pemerintah daerah, pemerintah pusat atau bahkan pemilik modal dalam meningkatkan produktivitas hutan rakyat tersebut
melalui terobosan-terobosan baru yang dilakukan. 3.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya petani hutan rakyat mengenai skenario pengelolaan yang dapat
memberikan keuntungan terbaik secara finansial sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam membangun lahannya ke arah pengembangan
pengelolaan hutan rakyat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA