Konseptualisasi Model Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat

3. Luas tanam adalah besarnya penanaman yang dilakukan pada areal hutan rakyat. 4. Gangguan hutan adalah luas gangguan yang terjadi pada setiap areal hutan rakyat. 5. Dinamika tegakan adalah perubahan jumlah tegakan sengon karena berbagai macam faktor, seperti banyaknya pohon mati mortality, dan penebangan pohon. 6. Pendapatan kayu adalah besarnya penerimaan kayu akibat berubahnya suatu pengelolaan serta proses-proses yang terlibat setelah dikurangi dengan biaya tetap, biaya persiapan lahan, biaya pengadaan bibit, biaya penanaman dan biaya pemeliharaan.

5.3.2 Konseptualisasi Model

Model konseptual yang dikembangkan dideskripsikan melalui stok dan aliran. Sub model tersebut saling mempengaruhi satu sama lainya. Pemodelan ini menggunakan satuan tahun. Fase konseptual model ini bertujuan mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang model-model yang telah dibuat. Model yang dibuat dalam model pengelolaan hutan rakyat ini terdiri dari lima sub model yaitu: 1. Sub model dinamika tegakan. 2. Sub model tenaga kerja. 3. Sub model industri usaha kayu hutan rakyat. 4. Sub model pengaturan hasil. 5. Sub model analisis kelayakan usaha. Sub model dinamika tegakan merupakan sub model yang menggambarkan banyaknya tegakan seiring berjalannya waktu. Sub model dinamika hutan mempengaruhi semua sub model, yaitu sub model tenaga kerja, sub model industri usaha kayu hutan rakyat, sub model pengaturan hasil, dan sub model analisis kelayakan usaha. Sub model tenaga kerja merupakan sub model yang menggambarkan banyaknya penyerapan tenaga kerja dalam pengelolaan hutan rakyat. Sub model tenaga kerja mempengaruhi sub model industri usaha kayu hutan rakyat, sub model pengaturan hasil dan dipengaruhi oleh dinamika tegakan. Sub model industri usaha kayu hutan rakyat dipengaruhi oleh sub model dinamika tegakan. Semakin besar jumlah pohon tanaman sengon yang ada di sub model dinamika tegakan, maka sub model industri usaha kayu hutan rakyat akan semakin meningkat. Dalam sub model ini terdapat dua aliran materi, yaitu pemasukan kayu dan pengeluaran kayu. Tinggi rendahnya pendapatan kayu ditentukan oleh kondisi tegakan hutan rakyat. Semakin rusak kondisi tegakan hutan maka semakin sedikit jumlah pohon yang ada pada tegakan. Dimana jumlah pohon yang ada pada tegakan akan mempengaruhi jumlah tebangan yang akan dihasilkan, sehingga akan mempengaruhi besarnya pendapatan. Sub model pengaturan hasil dipengaruhi oleh sub model dinamika tegakan, sub model tenaga kerja dan sub model industri usaha kayu hutan rakyat. Sub model pengaturan hasil mempengaruhi sub model analisis kelayakan usaha. Sub model pengaturan hasil menentukan besarnya luasan dan jumlah pohon efektif dalam suatu pengelolaan hutan rakyat. Pendapatan efektif sangat dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan pengusahaan hutan rakyat. Sub model analisis kelayakan usaha dipengaruhi oleh sub model dinamika tegakan dan sub model pengaturan hasil. Sub model analisis kelayakan usaha menentukan layak atau tidaknya suatu usaha pengelolaan hutan rakyat. Kriteria- kriteria yang digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha adalah Net present Value NPV, Benefit Cost Ratio BCR dan Internal Rate of Return IRR. Tetapi karena keterbatasan Software Stella 9.0 dalam melakukan simulasi, maka sub model kelayakan usaha, kriteria yang digunakannya hanya Net present Value NPV, sedangkan kriteria kelayakan usaha lainnya menggunakan manual. Model equations yang ada di dalam hubungan sub model terdapat pada Lampiran 3. Gambar 2 Hubungan antar sub model. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat jenis sengon di Desa Cikalong terdiri dari beberapa kegiatan, di antaranya adalah pengadaan bibit, persiapan lahan penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Kegiatan pengelolaan dapat meningkatkan pendapatan usaha kayu dan pendapatan usaha kayu mendapatkan aliran masuk positif dari jumlah batang, daur, dan harga sengon. Semakin banyak jumlah batang, maka pendapatan yang diperoleh akan semakin besar. Akan tetapi sengon dipengaruhi oleh kematian mortality. Mortality dapat disebabkan, karena tanaman mendapat serangan hama dan penyakit. Semakin besar kematian, maka jumlah sengon akan semakin berkurang, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan. Semakin mahal harga sengon, maka pendapatan yang diperoleh dari usaha kayu akan semakin besar. Untuk analisis kelayakan usaha, semakin besarnya tingkat suku bunga, maka nilai Net present Value NPV, Benefit Cost Ratio BCR dan Internal Rate of Return IRR akan rendah. Sedangkan semakin rendah suku bunga, maka nilai kriteria-kriteria kelayakannya akan tinggi. Konseptualisasi model yang dikembangkan disajikan pada gambar Gambar 3. Gambar 3 Konseptualisasi model.

5.3.3 Spesifikasi Model