21.7 29.6 13.9 MCH mikrositik 3.5 1.8 PLb PLs Seb Ses MCHC monokromik 16.5 10.4

Gambar 21 Hasil Analisis MCH menurut Kelompok Perlakuan Selanjutnya hasil analisis kadar MCH Gambar 21 dengan uji pengaruh antar kelompok sangat nyata p0.01 memiliki nilai Adjusted R Square 0.155 artinya 15.5 kadar MCH dapat diperbaiki dengan pemberian Se dan I. Adapun selisih nilai perbaikan MCH dari masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Hasil Analisis Uji Beda ∆ kadar MCH pada Anak dengan Tanda Khas Kretin Kelompok Post Test Pre Test ∆ Keterangan Se+I 32.30 18.20 14.1a Tidak Beda Nyata I 29.81 19.94 9.87b Se 28.54 19.06 9.48b Beda Nyata Plasebo PL 25.94 20.04 5.9c Tidak Beda Nyata Hasil analisis kadar MCHC Gambar 22 dengan uji pengaruh antar kelompok sangat nyata p0.01 memiliki nilai Adjusted R Square 0.73 artinya 73 kadar MCHC dapat diperbaiki dengan pemberian Se dan I. Adapun selisih nilai perbaikan MCHC dari tiap kelompok dapat dilihat pada Tabel 27. 5 10 15 20 25 30 MCH makrositik 20.9

17.4 21.7

13.9 29.6

27.8 13.9

3.5 MCH mikrositik

3.5 3.5 7.8 7.8 0.9 0.9

1.7 3.5

MCH monositik 3.5

7.8 1.8

8.6 PLb PLs Seb Ses

Ib Is Se+I b Se+I s Status MCH Gambar 22 Hasil Analisis MCHC menurut Kelompok Perlakuan Tabel 27 Hasil Analisis ∆ kadar MCHC pada Anak dengan Tanda Khas Kretin Kelompok Post Test Pre Test ∆ Keterangan Se+I 38.0 33.55 4.45a Beda Nyata I 35.0 32.80 2.2c Tidak Beda Nyata Se 36.2 33.10 3.1d Beda Nyata Plasebo PL 35.5 33.50 2.0b Tidak Beda Nyata Hasil Pemeriksaan Kadar Selenium dan Iodium Plasma Pemeriksaan selenium sebagai pencetus keracunan pada manusia dimulai setelah ada kasus dalam pencernaan terdapat zat selenium sebanyak dua gram sehingga orang yang mengkonsumsinya mengalami kerusakan di lambung dan usus yang sangat serius. Sejak itu dosis selenium dianjurkan tidak lebih dari 400 mgoranghari. Dalam penelitian ini pemeriksaan kadar selenium dan iodium plasma menggunakan analisis pengaktif neutron APN di BATAN Yogyakarta, dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 28. Nilai Adjusted R Square 0.45 artinya 45 status defisiensi iodium dapat diperbaiki dengan suplemen Se dan I. 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 MCHC hiperkromik 15.7 6.1 18.3 10.4 29.6 1.8 10.4 1.8 MCHC hipokromik

8.7 15.7 11.3 3.5 0.9

0.9 5.2

3.5 MCHC monokromik

2.6 16.5

27.8 10.4

PL b PL s Se b Se s Ib Is Se+I b Se+I s Sta tu s M C H C Tabel 28 Hasil Analisis Kadar Selenium dan Iodium dalam Plasma Darah Anak Status Defisiensi Parameter Pemeriksaan Pre Test Post Test Nilai Rujukan Awal Akhir Nilai p Kadar selenium μgdl 0.4 – 1.28 1.09 – 3.99 1.1 – 6.1 11297.4 4 3.5 0.000 Kadar iodium μgdl 1.35– 4.1 3.22 – 6.27 3.3 – 6.9 9481.7 1513 0.000 Gambar 23 Hasil Analisis Status Iodium Plasma menurut Kelompok Perlakuan Gambar 24 Hasil Analisis Status Selenium Plasma menurut Kelompok Perlakuan 5 10 15 20 25 30 35 Defisiensi Se 27 4 34 33 18 Normal 1 24 34 2 35 18 PLb PLs Seb Ses Ib Is Se+I b Se+I s 5 10 15 20 25 30 PLb PLs Seb Ses Ib Is Se+Ib Se+Is Defisiens Iodium Norma Status Iodium Plasma Status Se Plasma Tabel 29 Distribusi Anak menurut Kadar Selenium Plasma Darah dan Kelompok Perlakuan Kadar Selenium Anak Penderita GAKI Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Defisiensi Baik Defisiensi Baik Total Kelompok Perlakuan n n n n n A: Se+I 18 15.7 - - - - 18 15.7 18 15.7 B : I 33 28.7 2 1.7 - - 35 30.4 35 30.4 C: Se 34 29.6 - - - - 34 29.6 34 29.6 D:Plasebo PL 27 23.5 1 0.9 4 3.5 24 20.9 28 24.3 Total 112 97.4 3 2.6 4 3.5 111 96.5 115 100 Tabel 30 Distribusi Anak menurut Kadar Iodium Plasma Darah dan Kelompok Perlakuan Kadar Iodium Anak Penderita GAKI Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Defisiensi Baik Defisiensi Baik Total Kelompok Perlakuan n n n n n A: Se+I 18 15.7 - - 4 3.5 14 12.2 18 15.7 B : I 25 21.7 10 8.7 5 4.3 30 26.1 35 30.4 C: Se 30 26.1 4 3.5 3 2.6 31 27 34 29.6 D:PlaseboPL 21 18.3 7 6.1 3 2.6 25 21.7 28 24.3 Total 94 81.7 21 18.3 15 13 100 87 115 100 Hasil tabulasi antara kadar selenium dan iodium menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 31 dan Tabel 32. Tabel 31 Distribusi Anak menurut Kadar Selenium Plasma Darah dan Jenis Kelamin Kadar Selenium Anak Penderita GAKI Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Defisiensi Baik Defisiensi Baik Total Jenis Kelamin n n n n n Laki-laki 66 57.4 2 1.7 2 1.7 66 57.4 68 59.1 Perempuan 46 40 1 0.9 2 1.7 45 39.1 47 40.9 Total 112 97.4 3 2.6 4 3.5 111 96.5 115 100 Tabel 32 Distribusi Anak menurut Kadar Iodium Plasma Darah dan Jenis Kelamin Kadar Iodium Anak Penderita GAKI Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Defisiensi Baik Defisiensi Baik Total Jenis Kelamin n n n n n Laki-laki 54 47 14 12.2 9 7.8 59 51.3 68 59.1 Perempuan 40 34.8 7 6.1 6 5.2 41 35.7 47 40.9 Total 94 81.7 21 18.3 15 13 100 87 115 100 Tabel 33 Hasil Analisis Selisih ∆ Kadar Iodium dan Selenium Plasma Variabel Kelompok Sesudah Perlakuan Sebelum Perlakuan Selisih ∆ Ketr Se+I 2.84 2.06 0.79a I 3.70 2.54 1.1a Tidak Beda Nyata Se 3.62 2.27 1.35b Beda Nyata Kadar Iodium μgdl PlaseboPL 1.23 0.67 0.56c Tidak Beda Se+I 2.12 0.91 1.45a I 2.37 0.65 1.46a Tidak Beda Nyata Se 3.41 0.72 2.76b Beda Nyata Kadar Selenium μgdl PlaseboPL 1.92 1.2c Tidak Beda Pengaruh Pemberian Suplemen terhadap Status Gizi Untuk menentukan status gizi anak dalam penelitian ini menggunakan standar CDC WHO, 2000. Selanjutnya hasil pemberian suplemen selenium dan iodium terhadap status gizi berdasarkan CDC WHO, 2000 menunjukkan bahwa anak stunted dari kelompok perlakuan dengan pemberian suplemen kapsul selenium 45 μg ditambah iodium 50 μg per hari selama dua bulan masih ada satu anak 0.9 yang tinggi badannya tetap termasuk ’pendek’ pertumbuhannya. Pada kelompok selenium saja atau iodium saja ternyata didapatkan dua anak 1.8 yang masih termasuk kategori ’pendek’. Sementara pada kelompok plasebo ada 5 anak 4.6. Padahal sebelum diberi intervensi ada 33 anak 28.69 anak yang termasuk pendek, 7 anak 6.1 dengan status gizi kurang, ada 49 anak 42.6 yang termasuk pendek sekaligus mengalami kurang gizi. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 25. 5 10 15 20 25 30 35 Baikb Baiks Pendekb Pendeks Kurangb Kurangs Pd+Krb Pd+Krs Se+I Iod Se PL Ju m la h an ak or an g Gambar 25 Status Gizi Anak berdasar Standar CDC WHO, 2000 Tabel 34 Hasil Uji Beda Status Gizi menurut Kelompok Perlakuan Variabel Kelompok Post Test Pre Test ∆ Ketr Se+I 27.85 25.76 2.09 I 26.62 24.27 2.93 Tidak Beda Nyata Se 32.34 29.3 3.04 Beda Nyata Berat Badan kg PlaseboPL 32.96 31 1.96 Tidak Beda Se+I 129.8 128.1 1.7 Tidak Beda I 133.9 130.4 3.5 Beda Nyata Se 127.5 126.1 1.4 Tinggi Badan cm PlaseboPL 126.3 125.1 1.2 Tidak Beda Nyata Hasil analisis regresi antropometri menurut kelompok perlakuan selengkapnya dapat dilihat di Tabel 35. Tabel 35 Hasil Analisis Regresi Antropometri Menurut Kelompok Perlakuan Variabel Kelompok Sebelum Sesudah Paired t-test R p A: Se+I 21.9 ±2.23 23.1 ±2.24 0.000 0.536 0.002 B : I 20.9 ± 3.36 22.1 ±3.36 0.000 0.398 0.002 C: Se 19.6 ± 4.22 20.5 ±4.22 0.000 0.403 0.015 Berat Badan kg D:PlaseboP L 19.1 ±3.86 20.3 ±3.86 0.000 0.441 0.003 A: Se+I 120.1 ±4.21 122.5±4.21 0.000 0.54 0.002 B : I 123.5 ±5.74 125.9±5.74 0.000 0.77 0.015 C: Se 115.5 ±7.32 117.9 ±7.32 0.000 0.78 0.003 Tinggi Badan cm D:PlaseboP L 117.7 ±5.87 120.1±5.87 0.000 0.88 0.251 A: Se+I 12.2 ± 1.25 9.6 ±1.25 0.000 -0.32 0.025 B : I 16.5 ± 1.7 14.8 ±1.7 0.000 0.40 0.002 C: Se 19.1 ±1.62 13.9 ±1.62 0.000 -0.25 0.036 BBU D:PlaseboP L 20.1 ±1.7 12.2 ±1.7 0.000 -0.40 0.062 A: Se+I 15.7 ±0.79 3.5 ±0.79 0.000 -.035 0.016 B : I 29.6 ±0.56 15.7 ±0.56 0.000 0.35 0.016 C: Se 27.0 ± 0.45 7.0 ± 0.45 0.000 -0.28 0.021 TBU D:PlaseboP L 19.4 ±0.56 8.7 ±0.56 0.000 -0.25 0.047 A: Se+I 29.6 ±1.16 9.6 ±1.12 0.000 0.6 0.685 B : I 23.9 ±1.10 8.7 ±1.08 0.000 0.24 0.043 C: Se 15.7 ±1.11 6.1 ±1.09 0.000 -0.24 0.043 Lingkar lidah D:PlaseboP L 30.4 ±1.21 26.1 ±1.21 0.000 -0.22 0.081 Berdasarkan jenis kelamin, dapat diketahui bahwa sebelum perlakuan anak laki-laki yang termasuk stunted ada 6 anak 5.3 sementara anak perempuan ada 4 3.5 Hasil analisis jenis kelamin dan status gizi baik sebelum maupun sesudah perlakuan dapat dilihat pada Gambar 25. Selanjutnya karakteristik antropometri anak yang terdiri dari umur, berat badan dan tinggi badan disajikan pada Tabel 36. 10 20 30 40 50 Lkpre Lkpost Prpre Prpost baik pendek kurang pdk+krg Gambar 26 Status Gizi Anak menurut Jenis Kelamin Tabel 36 Karakteristik Antropometri Anak menurut Kelompok Perlakuan Sebelum Perlakuan Karakteristik Se+I I Se PlaseboPL Rata 2 Total p Laki-laki Sebelum Perlakuan Umur bl 125 ±11.6 119.45±3.35 126.56±6.7 129.35±8.8 125.7±8.6 0.832 BB kg 26.08 ±2.5 25.18±2.65 26.1±3.7 25.26±2.27 26.1±6 0.236 TB cm 127.7 ±4.9 128.49±4.6 127.57±6.7 128.85±4.69 129.3±6 0.273 Perempuan Sebelum Perlakuan Umur bl 125.56 ±6.5 122.1±4.05 125.56±6.5 128±8.2 125.3±7.9 0.176 BB kg 27.1 ±4.82 28.43±3.68 27.1±4.8 27.04±5.47 26.26±3.6 0.257 TB cm 131.1 ±7.66 132±5.72 131.1±7.6 130.98±7.4 129.3±6 0.175 Laki-laki dan Perempuan Sebelum Perlakuan Umur bl 126.09 ±6.5 120.65±3.8 123.5±10.1 128.8±8.45 125.3±7.9 0.510 BB kg 26.5 ±4.2 26.6±3.5 25.7±2.2 25.95±3.86 26.3±3.7 0.454 TB cm 129.3 ±6 130.1±5.3 128.1±4.2 129.68±5.87 129.3±6.0 0.175 S tatus G izi Tabel 36 menunjukkan bahwa sebelum perlakuan tidak ada perbedaan yang nyata p0.05 antara umur, berat badan, dan tinggi badan anak usia 9-12 tahun yang memiliki tanda khas kretin di daerah endemik GAKI. Namun setelah dilakukan intervensi gizi dengan suplementasi selenium dan iodium terjadi perbedaan yang nyata p0.01 antara berat badan, dan tinggi badan anak menurut kelompok perlakuan Tabel 37. Tabel 37 Karakteristik Antropometri Anak menurut Kelompok Perlakuan Sesudah Perlakuan Karakteristik Se+I I Se PlaseboPL Rata 2 Total p Laki-laki Sesudah Perlakuan Umur bl 128 ±11.6 123.45±3.3 129.59±6.7 131.9±8.8 123.72±9 0.015 BB kg 27.47 ±2.4 26.47±2.8 28.05±3.74 25.91±2.32 27.66±3.72 0.013 TB cm 129.63 ±5 130.03±4.8 129.63±6.6 130.17±4.6 129.86±5.3 0.013 Perempuan Sesudah Perlakuan Umur bl 128.56 ±6.5 125.1±4.05 129.56±6.5 133±8.2 128.8±7.9 0.015 BB kg 26.91 ±2.1 29.81±3.9 29±4.72 27.85±5.3 28.53±4.38 0.013 TB cm 130.33 ±3.2 133.49±5.6 133.22±7.6 130.18±4.6 131.1±5.97 0.013 Laki-laki dan Perempuan Sesudah Perlakuan Umur bl 129.09 ±6.5 123.7±3.8 126.8±10.1 131.88±8.7 128.8±7.9 0.007 BB kg 28.5 ±4.3 27.97±3.6 27.36±2.4 26.66±3.9 27.66±3.8 0.048 TB cm 131.3 ±7.1 131.6±5.3 129.9±4.3 130.96±5.8 131.5±6.1 0.016 Gambar 27 Pelaksanaan Pengukuran Antropometri Anak di Daerah Endemik GAKI Tabel 38 Prevalensi Underweight menurut Jenis Kelamin dan Perlakuan Sebelum dan Sesudah Suplementasi Laki-laki L Perempuan P L + P Jenis Perlakuan n n n Sebelum Perlakuan Plasebo PL 13 23.2 6 10.71 19 33.93 Se 8 14.28 6 10.71 14 25 I 6 10.71 7 12.5 13 23.21 Se+I 8 14.28 2 3.57 10 17.86 Total 35 62.5 21 37.5 56 100 Sesudah Perlakuan Plasebo PL 11 19.64 2 3.57 13 23.21 Se - - - - - - I - - 1 1.78 1 1.78 Se+I - - 1 1.78 1 1.78 Total 11 19.64 4 7.14 15 26.78 Tabel 39 Prevalensi Stunted menurut Jenis Kelamin dan Perlakuan Sebelum dan Sesudah Suplementasi Laki-laki L Perempuan P L + P Jenis Perlakuan n n n Sebelum Perlakuan Plasebo PL 12 22.22 4 7.4 14 25.92 Se 11 20.37 7 12.96 18 33.33 I 10 18.52 9 16.67 19 35.18 Se+I 9 16.67 2 3.7 11 20.37 Total 32 59.26 22 40.74 54 100 Sesudah Perlakuan Plasebo PL 8 14.81 4 7.41 12 22.22 Se 2 3.7 - - 2 3.7 I 1 1.85 1 1.85 2 3.7 Se+I 1 1.85 - - 1 1.85 Total 12 22.22 5 9.26 17 31.48 Tingkat Kecukupan Zat Gizi Anak Berdasarkan hasil wawancara dengan sebagian ibu siswa didapatkan keterangan bahwa anak usia 9-12 tahun yang masih sekolah di desa Wonodoyo dan Jombong umumnya memiliki kebiasaan makan 2-3 kali sehari dengan menu gizi yang kurang seimbang karena sangat tergantung bahan makanan yang tersedia di pasar atau di kebun. Biasanya mereka makan makanan dari sumber energi dan protein seperti nasi, umbi-umbian, tempe, tahu, dan susu. Kebanyakan sayur yang dikonsumsi banyak mengandung goitrogenik seperti kobis, kembang kol, sawi, melinjo, daun + umbi singkong, gaplek, gadung, rebung, daun ketela, dan kecipir. Adapun contoh menu makanan anak dengan energi 2000 Kalori, 1700 Kalori dan 1400 Kalori dapat dilihat pada Lampiran 4. Selanjutnya tingkat kecukupan zat gizi makro dan mikro Tabel 40 Tabel 40 Tingkat Kecukupan Zat Gizi Anak di Daerah Endemik GAKI menurut AKG 2004 Zat gizi Makanan jajanan Sarapan Makan siang makan malam Total zat gizihari AKG AKG Energi Kal 83-488 362.2 562.3 608.2 1013.5-1418.5 1800 78.81 Karbohidrat g 17 – 65.8 38.3 79.4 72.7 207.4- 256.2 180 142.3 Protein g 4 – 10.9 5.3 9.2 9.4 27.9- 34.8 45 77.33 Lemak g 20.5– 27.9 6.1 9.5 4.2 40.3- 47.7 360 13.25 Vitamin A ug 591–674.5 38.7 163.1 201.3 993.8-1077.6 500 215.5 Vitamin C mg 15.4-23.2 4.3 13 15.5 48.2-56 45 124.4 Ca mg 47.2-289.4 75 70.3 65.6 258.1-500.3 600 83.38 Fe mg 2 –5.2 2.1 3.2 1.6 9 – 10.1 10 101 Zn mg 0.7 –2.3 0.8 1.2 2.3 5 – 6.6 8 78.93 Iodium ug 2.06 -2.37 3.1 3.2 3.2 11.56 – 11.87 120 9.89 Selenium ug 0.65 - 0.9 0.9 1.9 9.5 12.95 – 13.36 20 66.8 Hasil Pengukuran Lingkar Lidah Anak menurut Kelompok Perlakuan Pengukuran lingkar lidah belum banyak dilakukan, untuk itu peneliti banyak konsultasi dengan para pakar ilmu penyakit dalam RSUD. Moewardi Surakarta untuk mendapatkan data lingkar lidah yang paling tepat dan tidak bersifat invasif untuk anak sekolah dasar. Adapun metode pengukurannya yaitu : ™ Anak harus mampu mengucapkan ’A’ dengan keras dan dilanjutkan menjulurkan lidahnya selama 15 detik. ™ Pengukuran pada anak dilakukan sambil duduk saling menghadap antara pengukur dan yang diukur ™ Pengukuran dilakukan tiga kali kemudian data yang dipakai adalah hasil dari rata-rata pengukuran tiga kali tersebut A1 + A2 + A3 dibagi 3 ™ Semua alat ukur yang digunakan bersifat ’disposible’ sehingga hanya dapat dipakai satu kali pengukuran dan langsung dibuang dibakar. Hal ini untuk mencegah diambil anak guna mainan yang dapat menyebabkan penularan penyakit tertentu. Pengukuran lingkar lidah dapat dilihat pada Gambar 28. Gambar 28 Pengukuran Lingkar Lidah pada Anak Penderita GAKI Salah satu tanda khas kretin adalah terjadinya penebalan dan pembesaran volume lidah. Sebelum perlakuan kejadian anak di daerah endemik GAKI yang sudah mengalami penebalan lidah ada 53 dan sesudah penelitian tidak ada perbaikan bahkan jumlahnya mengalami kenaikan menjadi 72.2 Tabel 41. Umumnya anak yang memiliki lidah tebal juga mengalami stunted 53. Tabel 41 Lingkar Lidah Anak menurut Kelompok Perlakuan Lingkar Lidah Anak Penderita GAKI Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Tebal Normal Tebal Normal Total Kelompok Perlakuan n n n n n A: Se+I 9 7.8 9 7.8 14 12.2 4 3.5 18 15.65 B : I 24 20.9 11 9.6 28 23.9 7 6.1 35 30.43 C: Se 15 13.1 19 16.5 22 19.1 12 10.4 34 29.56 D:PlaseboPL 13 11.3 15 13.1 19 16.5 9 7.8 28 24.35 Total 61 53 54 47 83 72.2 32 27.8 115 100 Jumlah tanda kretin hubungannya dengan lingkar lidah anak penderita GAKI menunjukkan bahwa sebelum perlakuan lingkar lidah anak yang berukuran lebih besar dari normal terjadi peningkatan prevalensi seiring dengan peningkatan jumlah tanda khas kretin 6-10 dan untuk 11 jumlah tanda khas kretin ada penurunan prevalensi pembesaran lingkar lidah. Hal ini disebabkan keterbatasan jumlah sampel sehingga ada kemungkinan bila jumlah sampel lebih banyak maka jumlah tanda khas kretin pada anak penderita GAKI juga akan semakin bervariasi Tabel 42. Tabel 42 Lingkar Lidah Anak menurut Jumlah Tanda Kretin Lingkar Lidah Anak Penderita GAKI Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Tebal Baik Tebal Baik Total Jumlah Tanda Khas Kretin n n n n n Ada 6 8 6.9 9 7.8 12 10.4 5 4.3 17 14.74 Ada 7 11 9.6 14 12.2 14 12.2 11 9.6 25 21.74 Ada 8 8 6.9 10 8.7 13 11.3 5 4.3 18 15.65 Ada 9 9 7.8 9 7.8 13 11.3 5 4.3 18 15.65 Ada 10 21 18.3 6 5.2 24 20.9 3 2.6 27 23.48 Ada 11 4 3.5 6 5.2 7 6.1 3 2.6 10 8.7 Total 61 53 54 47 83 72.2 32 27.8 115 100 Tabel 43 menunjukkan bahwa sebelum perlakuan jumlah anak penderita GAKI yang memiliki lingkar lidah lebih tebl dari ukuran lingkar lidah normal pada anak di daerah non endemik ada 61 anak 53.04 diantaranya 23 anak 20.0 memiliki skor IQ kurang dari 25 yang artinya anak-anak tersebut mengalami retardasi mental sangat berat-berat. Menurut Djokomoeljanto 2001 anak dengak dengan retardasi mental berat biasanya berhubungan sangat nyata dengan defisiensi iodium dan selenium amat berat. Setelah diberi perlakuan ke- 23 anak yang memiliki skor IQ kurang dari 25 dapat menunjukkan perbaikan skor IQ yaitu mampu mengerjakan soal dengan skor 25-40. Meskipun sudah mengalamikenaikan skor IQ anak tersebut masih menderita retardasi mental pada tingkat sedang. Ada dua anak 1.7 dengan lingkar lidah lebih besar dari normal yang tadinya memiliki skor IQ antara 25-40 menjadi 55-70 termasuk kategori pada garis batas dengan gejala kretin sub-klinik ringan. Tabel 43 Lingkar Lidah Anak menurut Skor IQ Anak Lingkar Lidah Anak Penderita GAKI Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Tebal Baik Tebal Baik Total Kategori Skor IQ n n n n n IQ =0-25 Retardasi mental Berat 23 20 24 20.9 - - - - 47 40.8 7 IQ = 25-40 Retardasi mental Sedang 32 27.8 3 20 17.4 31 26.7 11 9.6 52 45.2 2 IQ = 40-55 Retardasi mental Ringan 6 5.2 10 8.7 50 43.5 17 14.8 16 13.9 1 IQ=55- 70 garis batas normal - - - - 2 1.7 4 3.5 - - Total 61 53 54 47 83 72.2 32 27.8 115 100 Tabel 44 Lingkar Lidah Anak menurut Jenis Kelamin Lingkar Lidah Anak Penderita GAKI Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Tebal Normal Tebal Normal Total Jenis Kelamin n n n n n Laki-laki 40 34.78 28 24.35 50 43.48 18 15.65 68 59.13 perempuan 21 18.26 26 22.61 33 28.69 14 12.17 47 40.87 Total 61 53.04 54 46.96 83 72.17 32 27.82 115 100 Jumlah tanda khas kretin yang dialami semua individu sebelum diberi perlakuan dalam penelitian ini berkisar antara 6-11 tanda. Bila dilihat hubungannya dengan status gizi saat pre-test p0.05 menunjukkan bahwa anak yang memiliki status gizi buruk dengan 6 tanda khas kretin ada 6 anak 5.3, dengan 7 tanda khas kretin ada 11 anak 9.7, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 29. 2 4 6 8 10 12 baik pendek kurang pdk+kr 6tanda 7tanda 8tanda 9tanda 10tanda 11tanda ju m la h anak o ran g Sebelum Perlakuan 5 10 15 20 25 30 baik pendek kurang pdk+kr 6tanda 7tanda 8tanda 9tanda 10tanda 11tanda ju m lah a n ak o ran g Sesudah Perlakuan Gambar 29 Jumlah Tanda Khas Kretin dan Status Gizi Anak Hasil Tes IQ Anak Menurut Kelompok Perlakuan Hasil analisis uji Ancova menunjukkan bahwa ada perbedaan sangat nyata p=0.000 antar kelompok baik sebelum maupun sesudah pemberian suplemen selenium dan iodium terhadap skor IQ. Sebelum perlakuan anak yang menderita defisiensi selenium dan iodium sangat berat dengan skor IQ kurang dari 25 pada kelompok pemberian selenium saja ada 47 anak 40.87, kelompok pemberian iodium saja ada 17.3, dan kelompok pemberian Se+Iod ada 8.7. Setelah pemberian kapsul selenium dan iodium dosis rendah selama 2 bulan anak yang menderita defisiensi selenium dan iodium sangat berat sudah tidak ditemukan lagi. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 30. Gambar 30 Hasil Analisis Skor IQ menurut Kelompok Perlakuan Hasil analisis uji pengaruh antar kelompok sangat nyata p0.01. Adjusted R Square = 0.374 37.4 skor IQ dapat diperbaiki dengan pemberian suplemen Se dan Iod. Dalam penelitian ini hasil test IQ pada anak yang memiliki tanda khas kretin menunjukkan bahwa pada saat pre-test kelompok plasebo tidak ada anak yang menderita gizi buruk dan defisiensi selenium maupun iodium sangat berat. Namun setelah perlakuan keadaan berbalik menjadi kelompok plasebo yang masih memiliki anak dengan kategori retardasi mental ringan atau menderita defisiensi selenium dan iodium sub-klinik ringan Tabel 45-46. Selain itu juga dapat diketahui skor IQ menurut status gizi dan jenis kelamin anak yang memiliki tanda khas kretin di daerah endemik GAKI. 2 4 6 8 10 12 14 IQ25 5.3

1.7 7.8