Gondok endemik Kretin endemik Hipothyroidisme Kretin Sub-klinik

Tabel 5 Simtomatologi kretin endemik, Sengi 1974 - 1999 Djokomoeljanto, 2001 A. Gangguan pendengaran - bisu tuli B. Retardasi mental C. Gangguan neuromotor - gangguan bicara - cara jalan khas - refleks meninggi - mata juling - berjalan terlambat D. Hipothyroidi - cebol E. Gondok 93 12 95 76 37 46 29 2 27 29 29 70 Spektrum Kretin Endemik dan Kelainan Hipothyroid Sudah menjadi kesepakatan internasional, bahwa istilah gondok endemik dengan sebab yang multi faktorial berbeda dengan GAKI dengan sebab defisiensi iodium. Menurut Djokomoeljanto 2002 dari tahun ke tahun spektrum klinik yang dikelompokkan dalam GAKI merupakan satu evolusi perkembangan IPTEK. Pada Gambar 2 dapat dilihat gambaran spektrum GAKI yang diketahui sejak tahun 1983 hingga tahun 1993 dimulai dari aspek demografis angka kematian aspek klinis yang mudah dilihat gondok, kretin endemik, hipothyroidisme dan aspek lain yang memerlukan perhatian dan pemeriksaan khusus gangguan perkembangan saraf dan mental. Dari aspek demografis yang terjadi di Zaire, diketahui : • berat badan neonatus berhubungan dengan terkoreksinya defisiensi iodium pada pertengahan kehamilan • pada berat badan sama maka Infant Mortality Rate IMR anak dari ibu defisiensi iodium belum dikoreksi akan lebih tinggi • IMR menurun dengan pemberian iodium pada ibu dengan defisiensi berat. Selanjutnya dari aspek klinis yang mudah diketahui seperti :

a. Gondok endemik

Penyebab utama gondok memang defisiensi iodium tetapi juga didukung dengan zat goitrogen, kelebihan iodium, dan status gizi yang kurang baik. Namun tidak terlihatnya gondok bukan berarti bebas GAKI.

b. Kretin endemik

Pada kretin endemik ada dua komponen yaitu hipothyroidi dan kerusakan susunan saraf pusat mental retardasi, tuli perseptif, retardasi neuromotor dan kerusakan batang otak. Berdasarkan kenyataan bahwa ternyata ‘hipothyroidisme’ juga terlihat pada orang normal maka di Indonesia difinisi seseorang termasuk kretin endemik bila dilahirkan di daerah gondok endemik dan menunjukkan dua atau tiga gejala dari : retardasi mental; tuli perseptif sensorineural nada tinggi; gangguan neuro-muskuler. Ia dapat disertai atau tidak disertai Hipothyroidisme. Sedangkan di Zaire tipe kretin miksudematosa merupakan predominan sehingga dihipotesiskan bahwa defisiensi selenium Se yang kebetulan prevalen akan melindungi otak fetus deiodenase II bukan selenium enzim dan bukan perifer deiodenase I adalah selenium enzim.

c. Hipothyroidisme

Hipothyroidisme terlihat jelas pada kretin tipe miksudematosa tetapi juga ditemukan pada populasi normal, sehingga hipothyroidisme dapat mengenai siapa saja asal ia kekurangan iodium berat. Data yang dikumpulkan Hartono 1999 menunjukkan bahwa meskipun kadar TSH ibu sedikit diatas 5 uUml namun sebagai ‘transien hipothyroidisme’ yang berdampak buruk terhadap anaknya.

d. Kretin Sub-klinik

Istilah ini diperkenalkan dari Cina yang melihat gejala anak sangat bodoh tetapi tidak menunjukkan gejala kretin klasik. Kemudian berdasarkan IQ anak sekolah dibagi menjadi : amat berat IQ = 0-20; berat IQ = 20-35; sedang IQ = 35-50 dan gejala kretin sub-klinik ringan IQ = 50-75 dan mereka menunjukkan perbaikan setelah diberi iodium. Namun pada kretin sub-klinik ternyata juga menunjukkan gangguan ringan pada perkembangan psikomotor dan pendengaran. Data epidemiologi dari Spanyol dan Indonesia menyebutkan bahwa meskipun defisiensi iodium ringan tetap akan mempengaruhi perkembangan neuropsikologis populasi. Jadi kretin sub-klinik di Cina sama dengan kretin endemik tipe neurologis Djokomoeljanto, 2002.

e. Gangguan Perkembangan Saraf