Akan tetapi jika terdapat banyak partikel dengan massa masing-masing m
1,
m
2
, m
3
,....,m
n
dan mempunyai jarak r
1
, r
2
, r
3
,...,r
n
terhadap poros, momen inersia total adalah penjumlahan
momen inersia setiap partikel, yaitu I = ∑ m
i
r
i 2
. Apabila sebuah benda pejal terdiri dari
distribusi materi yang kontinyu, benda terdiri dari sejumlah besar elemen massa dm yang
tersebar merata di seluruh benda, maka momen inersia benda adalah jumlah dari
momen inersia semua elemen massa tersebut yaitu r
2
dm. Untuk dm yang jumlahnya banyak, penjumlahan menjadi sebuah integral yaitu
I = ∫ r
2
dm. r dm
sumbu rotasi Gambar 3. Momen inersia benda pejal
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2006 di Workshop
Instrumentasi Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Interface pencacah putaran beserta
perangkat lunak, variable transformer, seperangkat perkakas perbengkelan mekanik,
timbangan digital dan wind tunnel.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bola tenis meja, lembaran fibreglass
tebal 1 mm, pipa alumunium, detektor pencacah putaran, dan perekat epoxy.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai
berikut :
1. Persiapan Perancangan dan Pembuatan
Sensor Cup Anemometer Langkah awal dalam pembuatan Cup
anemometer yaitu dengan membuat gambar sketsa Cup anemometer. Dalam penelitian ini
sketsa yang dibuat yaitu Cup anemometer dengan menggunakan tiga Cup. Pembuatan
sketsa Cup anemometer ini bertujuan untuk mempermudah dalam memperhitungkan
panjang jari-jari yang dianggap ”ideal”. Sketsa Cup anemometer beserta perhitungan panjang
jari-jarinya dapat dilihat pada lampiran 1. Selanjutnya persiapan dalam pembuatan
jari-jari anemometer. Sebelum membuat jari- jari anemometer dibuat segitiga samasisi pada
lembaran fibreglass yang akan digunakan sebagai pattern dalam pembuatan jari-jari
anemometer. Sehingga jari-jari yang dibuat memiliki bentuk yang uniform dan yang
membedakan hanya panjangnya saja.
Gambar 4. Segitiga samasisi yang digunakan sebagai pattern
Panjang jari-jari yang dibuat yaitu 5,5 cm; 5,7 cm; 5,9 cm; 6,2 cm dan 6,5 cm masing-masing
dua set sebagai ulangan.
Gambar 5. Jari-jari anemometer dengan panjang yang berbeda-beda
Cup yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari belahan bola tenis meja. Pemilihan
bola tenis meja dikarenakan bentuknya yang bulat sempurna dan massanya yang ringan.
Dalam pembelahan bola tenis meja yang perlu diperhatikan yaitu terlebih dahulu menentukan
bagian yang akan dipergunakan sebagai Cup yaitu dengan cara menerawang bola dan dilihat
perbedaan degradasi warnanya. Bagian yang dapat dijadikan Cup adalah bagian yang
memiliki degradasi warna yang lebih terang overlap sambungan. Selanjutnya bola tenis
meja dibelah menjadi dua bagian yang tidak sama besar. Berikut ini gambar belahan bola
tenis meja yang akan dipergunakan sebagai Cup.
Gambar 6. Belahan bola tenis meja yang digunakan sebagai Cup
Jari-jari dan Cup yang telah dibuat di timbang dengan menggunakan timbangan digital untuk
diperhitungkan besarnya momen inersia dari anemometer tersebut.
Langkah selanjutnya adalah pembuatan sensor Cup anemometer yaitu proses
penggabungan antara Cup dengan jari-jari. Dalam proses penggabungan digunakan alat
bantu papan penjepit jari-jari, sehingga dalam proses penyatuan antara Cup dan jari-jari, jari-
jari benar-benar berada di tengah-tengah Cup.
Gambar 7. Proses penyatuan antara Cup dengan jari-jari
Cup anemometer yang telah dibuat ditempelkan pada poros bermagnet yang
digunakan sebagai perantara antara Cup anemometer dengan tiang penyangga. Magnet
yang terdapat pada ring digunakan untuk memberikan pulsa terhadap hall sensor yang
ada dibawahnya.
Gambar 8. Poros bermagnet
2. Pembuatan Rangkaian Elektronik