Hasil Pembuatan Cup Anemometer Pengujian Alat dan Pengolahan data

Gambar 13. Setengah bola dengan sumbu putar melalui salah satu ujung Maka perhitungan momen inersianya adalah sebagai berikut : I = ∫ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ a g w dr r r 2 2 2 2 3 2 π = ∫ a dr r g w 2 4 3 4 π = a r g w 2 5 5 1 3 4 ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ π = 5 32 15 4 a g w π = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ 32 1 3 2 5 2 2 3 a g w a π Dimana W = w a 3 5 2 π , maka I = 2 32 3 2 a g w I = 2 3 64 ma Sedangkan momen inersia untuk benda berbentuk poros bermagnet yang melewati pusatnya yaitu dengan mengambil elemen massa dm gambar 14. Dimana setiap elemen massa adalah sebuah cincin berjari-jari r yang tebalnya dr. Gambar 14. Poros bermagnet dengan sumbu putar melalui pusatnya Momen inersia untuk setiap elemen adalah r 2 dm dan luas tiap elemen adalah dA = 2 πr dr, maka massa setiap elemen adalah : dm = A M dA = A M 2 πr dr Dengan A = πR 2 adalah luas lingkaran, jadi didapat : I = ∫ dm r 2 = ∫ R r A M r 2 2 π dr = ∫ R dr r R M 3 2 2 π π = 4 2 4 2 R R M = 2 2 1 MR Sehingga rumus momen inersia untuk benda berbentuk Cup anemometer yaitu : I = 3 2 2 2 2 1 3 64 3 1 MR ma ML + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ +

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran kecepatan angin yang akurat adalah salah satu faktor penting dalam penelitian bidang meteorologi, pertanian, transportasi, perkapalan, industri dan dalam bidang lainnya. Untuk mengukur besarnya kecepatan angin itu sendiri dapat dilakukan dengan empat metode, akan tetapi metode yang umum digunakan pada stasiun pengamatan cuaca yaitu metode pengukuran kecepatan angin secara mekanik. Alat ukur kecepatan angin yang prinsip kerjanya secara mekanik yaitu Cup counter anemometer. Alat tipe ini yang dikembangkan oleh pabrik terbuat dari bahan logam yang tidak mudah berkarat. Pada penelitian ini Cup anemometer terbuat dari bahan fibreglass jari- jari dan belahan bola tenis meja yang akan digunakan sebagai Cup.

4.1. Hasil Pembuatan Cup Anemometer

Berdasarkan sketsa Cup counter anemometer yang telah dibuat dan di perhitungkan panjang jari-jarinya, didapat panjang jari-jari yang ”ideal” sepanjang 5,9 cm. Panjang ini yang digunakan sebagai titik tengah untuk menentukan panjang yang lainnya yang akan diuji. Sketsa Cup anemometer tersebut dianggap ”ideal”, karena antara Cup yang satu dengan yang lainnya tidak saling terhalang satu sama lain, sehingga apabila ada angin yang mengenai salah satu Cup, respon Cup tersebut untuk bergerak lebih tanggap karena tidak terhalang oleh bagian Cup yang lain. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Cup anemometer dalam penelitian ini dipilih bahan yang mudah didapat dan terjangkau harganya. Bahan bola tenis meja dipilih sebagai Cup hal ini dikarenakan bola tenis meja memiliki bentuk yang bulat sempurna dan massanya yang ringan akan tetapi kuat karena terbuat dari bahan celluloid. Sedangkan bola tenis meja yang dipakai yaitu bola tenis meja yang memiliki standar Internasional dalam permainan bola tenis meja, sehingga bola tersebut memiliki keseragaman antara satu dengan yang lainnya. Untuk jari- jarinya bahan yang dipilih yaitu fibreglass 1 mm dengan alasan bahan ini kaku, kuat akan tetapi ringan. Berikut ini adalah Cup counter anemometer yang siap untuk diuji dan telah dilengkapi hall sensor yang akan dihubungkan pada rangkaian elektronik. Gambar 15.Cup anemometer yang akan diuji

4.2. Pengujian Alat dan Pengolahan data

Pada awal pengujian alat, Cup anemometer diuji secara bersamaan, yaitu dengan cara kelima anemometer dengan panjang jari-jari yang berbeda-beda dan anemometer kontrol diletakan secara berurutan di dalam wind tunnel. Pengujian ini dilakukan dengan tiga kali pengacakan hal ini bertujuan untuk melihat apakah posisi sensor berpengaruh terhadap jumlah putaran yang dihasilkan oleh masing-masing perlakuan. Hasil pengolahan datanya dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini dan untuk lebih jelasya dapat dilihat pada gambar 16. Tabel 2. Data pengamatan jumlah putaran yang diuji secara bersamaan Sensor Jari-jari cm ∑ putaran 1 6.5 3809 2 6.2 4079 3 5.9 3155 4 5.7 3618 5 5.5 3998 6 Kontrol 5700 1 5.7 4730 2 5.9 4359 3 6.2 2903 4 6.5 3003 5 Kontrol 3137 6 5.5 8282 1 5.7 3798 2 Kontrol 2743 3 5.5 3727 4 5.9 3566 5 6.2 3882 6 6.5 7032 2000 4000 6000 8000 10000 1 2 3 4 5 6 7 Pos isi s e ns or Ju m lah p u tar an Uji I Uji II Uji III Gambar 16. Pengaruh antara posisi sensor dengan jumlah putaran Sensor nomor satu diletakan di dalam wind tunnel yang paling ujung dalam dekat kipas dan sensor nomor 6 diletakan di dalam wind tunnel yang paling ujung dekat luar, sedangkan sensor nomor 2,3,4 dan 5 di letakan secara berurutan di depan sensor nomor 1. Berdasarkan gambar 16 terlihat bahwa posisi atau letak dari anemometer di dalam wind tunnel berpengaruh terhadap jumlah putaran dari masing-masing Cup dalam selang waktu yang sama. Cup anemometer yang diletakan paling ujung dekat luar dari wind tunnel memiliki jumlah putaran yang paling banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini diduga terjadi karena prinsip kerja dari wind tunnel itu sendiri adalah menyerap udara yang berasal dari luar, sehingga anemometer yang diletakan pada posisi paling ujung dekat luar dapat menangkap angin lebih besar dan anemometer yang ada di belakangnya sudah terhalang oleh anemometer yang ada di depannya. Pengujian yang kedua yaitu dengan cara meletakan kedua Cup anemometer secara sejajar. Pada pengujian ini dengan menggunakan Cup anemometer yang memiliki panjang jari-jari yang sama panjang yaitu 5,9 cm. Pada pengujian tahap ini pun dilakukan dengan dua perlakuan yaitu yang pertama kedua Cup diletakan pada bagian tengah wind tunnel dan yang kedua yaitu dengan cara kedua Cup diletakan pada bagian ujung dekat luar dari wind tunnel. Untuk melihat bahwa posisi berpengaruh terhadap jumlah putaran pada pengujian tahap ini alat yang sebelumnya diletakan di sebelah kanan jika dilihat dari luar wind tunnel ditukar menjadi pada posisi sebelah kiri. Berikut ini adalah tabel jumlah putaran dari hasil pengamatan pengujian yang kedua. Tabel 3. Data jumlah putaran pada posisi Cup di tengah wind tunnel Panjang jari-jari cm 5.9 1 kiri 5.9 2 kanan 5.9 2 kiri 5.9 1 kanan ∑putaran 1860 1640 1817 1523 Selisih putaran 220 294 Tabel 4. Data jumlah putaran pada posisi Cup di ujung dekat luar wind tunnel Panjang jari-jari cm 5.9 1 kiri 5.9 2 kanan 5.9 2 kiri 5.9 1 kanan ∑putaran 2180 1510 2158 1416 Selisih putaran 670 742 Dari tabel 3 dan tabel 4 di atas terlihat adanya perbedaan jumlah putaran dari masing- masing Cup meskipun Cup tersebut memiliki panjang jari-jari dan bentuk yang sama. Dari kedua perlakuan tersebut Cup anemometer yang diletakan disebelah kiri menghasilkan jumlah putaran yang lebih banyak dibandingkan dengan Cup anemometer yang diletakan disebelah kanan dalam selang waktu yang sama 4 menit 28 detik. Hal ini diduga terjadi karena pada bagian kiri dari wind tunnel terdapat beberapa lubang yang menyebabkan adanya angin yang berasal dari luar masuk kedalam wind tunnel sehingga menyebabkan besarnya angin yang diterima lebih besar pada bagian sebelah kiri dan berpengaruh terhadap hasil pengukurannya. Dan dari tabel tersebut juga terlihat bahwa Cup anemometer yang diletakan dibagian ujung dekat luar dari wind tunnel memiliki jumlah putaran yang lebih benyak dibandingkan dengan Cup anemometer yang diletakan dibagian tengah wind tunnel. Dari kedua pengujian di atas terlihat bahwa posisi sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja dari Cup anemometer. Sehingga Cup anemometer tidak dapat diuji secara bersamaan. Untuk mengurangi terjadinya perbedaan tersebut maka Cup anemometer diuji secara satu persatu dengan posisi bagian ujung dekat luar dari wind tunnel dengan tinggi Cup berada sejajar dengan bagian tengah kipas. Dengan alasan yaitu pada posisi ini Cup anemometer dapat merespon angin secara optimal, hal ini dapat terlihat dari dua pengujian sebelumnya bahwa jumlah putaran Cup anemometer yang diletakan pada posisi ini menghasilkan jumlah putaran yang paling banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Untuk menggerakan kipas pada wind tunnel digunakan variable transformer dan untuk mengetahui besarnya kecepatan angin yang dihasilkan oleh wind tunnel diperlukan anemometer kontrol yang sudah terkalibrasi. Pada penelitian ini anemometer kontrol yang digunakan yaitu anemometer tipe AN1 buatan Inggris. Kalibrasi dari alat ini yaitu 800 putaran per kilometer atau 1 pulsa per 1,25x10 -3 kilometer. Kipas yang terdapat pada wind tunnel baru dapat mulai bergerak pada tegangan 35 Volt dan pengujian dilakukan pada 17 titik kecepatan yaitu 35, 50, 55, 60, 65, 70, 75, 80, 85, 90, 95, 100, 105, 110, 125, 150 dan 175 volt. Untuk menyeragamkan besarya voltase pada saat pengujian maka variable transformer dihubungkan dengan voltmeter sehingga angka voltase dapat terbaca pada voltmeter. Selanjutnya adalah proses pengolahan data. Data jumlah putaran yang tercatat sebelum dilakukan pengolahan selanjutnya terlebih dahulu dibagi dua, karena program mencatat setiap 1 putaran yang dihasilkan oleh Cup anemometer tercatat 2 pulsa. Data yang tercatat adalah pada saat Cup anemometer mulai bergerak sampai dengan Cup anemometer sudah mulai berhenti. Untuk mengetahui banyaknya putaran setiap detik yaitu dengan cara membagi jumlah putaran dengan waktu dalam sekon. Data jumlah putaran setiap sekon yang dihasilkan oleh anemometer kontrol dikonversi dalam bentuk jumlah putaran setiap jam dan dikalikan dengan 1,25x10 -3 kilometer per pulsa, sehingga didapatkan besarnya kecepatan angin dari 17 titik voltase tersebut yaitu 1,2; 9,0; 9,5; 11,4; 12,2; 14,8; 19,6; 20,2; 22,0; 25,4; 28,7; 31,1; 36,6; 39,4; 42,5; 44,7; dan 45,8 km jam -1 . Pada penelitian ini masing-masing perlakuan dibuat sebanyak dua set sebagai ulangan. Untuk memastikan bahwa setiap set perlakuan menghasilkan jumlah putaran yang tidak jauh berbeda, maka diperlukan suatu pengujian statistik. Uji yang digunakan yaitu uji t. Berikut ini tabel hasil perhitungan uji t yaitu nilai t dan nilai P. Nilai t tabel didapat dari tabel t pada taraf nyata 0,05 dengan derajat bebas 84. Tabel 5. Hasil uji t dari setiap set perlakuan Cup Anemometer t hitung P hitung 5,5 cm 0.01 0.992 5,7 cm -0.03 0.997 5,9 cm 0.07 0.946 6,2 cm 0.12 0.908 6,5 cm 0.03 0.980 Dengan menggunakan uji t diperoleh nilai t dan nilai P seperti yang ditunjukan pada tabel 5 dan besarnya nilai t tabel 19,89. Seluruh nilai t yang diperoleh memiliki nilai t hitung t tabel dan nilai P yang jauh lebih besar dari taraf nyata α 0,05. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa data jumlah putaran mendukung untuk menerima hipotesis nol dengan kata lain data jumlah putaran pada panjang jari-jari i yang pertama sama dengan data jumlah putaran pada panjang jari-jari i yang kedua, dengan tingkat kepercayaan 95 .

4.3. Penentuan Cup yang memiliki respon linier yang paling lebar