sukar larut di dalam air, sehingga komponen karotenoid paling bayak tersari di dalam minyak. Hal ini sesuai dengan Windholz 1983,
β-karoten larut di dalam CS
2,
benzene, kloroform, moderat larut di dam eter, petrolium eter, minyak, sangat sedikit larut di dalam metanol dan etanol, dan praktis tidak larut di dalam air,
asam, alkali. Kelarutan β-karoten di dalam heksan adalah 109 mg dilarutkan di
dalam 100 ml pada 0ºC. β-karoten, litcin, violavantin, dan neoxantin merupakan
karotenoid umumnya terdapat di dalam tumbuhan yang tinggi Harborne, 1987. Untuk melakukan penelitian terhadap kandungan vitamin E dengan
menggunakan α-D,1-tokoferol sebagai standard. Hasil penelitian pada tabel 6
terlihat kandungan vitamin E tertinggi pada minyak yaitu 442.838 ppm dan terendah pada ekstrak air hal ini kemungkinan disebabkan karena vitamin E larut
di dalam minyak atau lemak dan relatif tidak larut di dalam air, sehinga pada proses ekstraksi dengan air vitamin E tidak banyak dapat tersari. Hal ini sesuai
dengan Ebadi 2002, di dalam tanaman mengandung vitamin yang larut di dalam lemak atau minyak, yaitu vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K dan vitamin
yang larut air yaitu C, B
1
, B
2
, B
3
, B
5
, B
6
, B
12
, biotin, asam folat.
B. Rendemen Ekstrak dan Rendemen Minyak Buah Merah
Hasil rendemen yang diperoleh pada pembuatan ekstrak dan minyak buah merah tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil rendemen beberapa macam ekstrak buah merah
Jenis ekstrak Air
Metanol Heksan
Minyak Rendemen
1.96 17.58
5,83 1,72
Menurut Andarwulan et al. 2006, telah dilakukan penelitian terhadap perbandingan metode antara pembuatan minyak secara tradisional terhadap cara
pembuatan minyak dengan modifikasi suhu dan waktu. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Rendemen bagian-bagian buah merah
g
Metode Bagian buah merah
Tradisional Modifikasi 1
Modifikasi 2 Biji
Minyak 47.9
21.00 47.94
20.00 48.00
18.00
g Andarwulan et al.2006
Hasil rendemen pada pembuatan minyak buah merah adalah
1,72 ,
sangat rendah apabila dibandingkan dengan hasil penelitian pembuatan minyak pada Tabel 8
yaitu secara tradisional menghasilkan rendemen 21.00 , secara modifikasi 1 menghasil kan rendemen : 20.00 dan secara modifikasi 2 menghasilkan rendemen : 18 . Hal ini
mungkin disebabkan oleh perbedaan suhu dan waktu proses pembuatan minyak tersebut. Hasil pembuatan minyak pada Tabel 8 tersebut dilakukan dengan cara mengukus pada
temperatur 100 ºC selama 3 jam, 45 menit dan 15 menit. Sedangkan hasil penelitian pada Tabel 7 dilakukan pengukusan pada temperatur 45 ºC selama 78 jam. Maka lama waktu
dan suhu sangat berpengaruh dalam proses pembuatan minyak, sehingga proses pembuatan minyak dengan suhu 45 ºC selama 78 jam menghasilkan rendemen ekstrak
sangat kecil apabila dibandingkan dengan proses pembuatan minyak dengan suhu 100 ºC. Maksud dari modifikasi 1 dan modifikasi 2 pada ekstraksi adalah untuk merubah suhu
dan waktu pengukusan, bahkan pada modifikasi 2 dilakukan pengepresan dengan tekanan 4000-4500 psi serta dilakukan sentrifus. Pada ekstraksi secara tradisional dilakukan
pengukusan pada suhu 100 ºC selama 2 jam tanpa dilakukan pengepresan dan sentrifus. Total karotenoid pada minyak di dalam penelitian ini adalah 14.160 ppm Tabel 7, hal
ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil total karotenoid dari penelitian Andarwulan et al. 2006, yaitu total karotenoid di dalam minyak buah merah segar : 55.00
ppm, pada cara ekstraksi tradisional : 10.022 ppm, pada cara modifikasi 1: 12.427 ppm, pada cara modifikasi 2 : 21.430 ppm. Sedangkan hasil pengujian terhadap kadar vitamin
E di dalam minyak buah merah pada penelitian ini adalah 442.838 ppm, sedikit lebih tinggi dibanding dengan hasil penelitian oleh Andarwulan et al. 2006, terhadap kadar
vitamin E pada minyak buah merah segar yaitu 3.685 ppm dan lebih tinggi juga terhadap cara ekskstraksi tradisional yaitu 425.52 ppm. Sedangkan bila dibanding
terhadap cara ekstraksi modifikasi 1 jauh lebih rendah yaitu 800 ppm. Apabila dibanding dengan cara ekstraksi modifikasi 2, paling rendah yaitu 1.368.26 ppm. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pada buah segar dan metode ekstraksi secara tradisional akan menghasilkan vitamin E yang lebih sedikit dibanding dengan minyak buah merah pada
penelitian ini dan secara umum jumlah rendemen minyak yang banyak akan
menghasilkan total karotenoid dan jumlah vtamin E yang banyak juga, khususnya pada cara pembuatan minyak metode 1 dan metode 2.
Untuk meyakinkan terjadi atau tidaknya kerusakan pada temperatur proses 100 ºC, dapat dilakukan pengujian terhadap aktivitas biologi dari minyak tersebut, misalnya
dilakukan pengujian proliferasi dan toksisitas sel limfosit.
Rendemen ekstrak adalah persentasi antara ekstrak yang diperoleh terhadap jumlah simplisia yang diekstraksi Dep Kes RI, 2000. Dari hasil ekstraksi diatas
diperoleh hasil rendemen yang berbeda-beda, sebagai contoh hasil rendemen ekstrak air dan minyak dari buah merah terlihat paling rendah bila dibandingkan
dengan rendemen hasil ekstraksi metanol dan heksan. Hal ini berarti ekstrak metanol dapat menarik semua komponen baik komponen atau zat aktif yang
bersifat polar maupun zat aktif yang bersifat non polar, bahkan zat aktif yang bersifat semi polar juga tertarik. Kesemuanya dapat tertarik pada waktu ekstraksi,
maka rendemen yang didapat paling tinggi 17,58, Berbeda dengan ekstraksi air, yang dapat tertarik hanya komponen dan zat aktif yang bersifat polar saja,
sehingga hasil rendemen yang diperoleh lebih sedikit 1,96 begitu pula pada pembuatan minyak dari buah merah, hasil rendemen yang diperoleh paling sedikit
1,72, dikarenakan yang dapat tertarik hanya komponen atau zat aktif yang bersifat larut di dalam minyak atau lemak saja. Hasil ekstraksi dengan heksan
diperoleh rendemen lebih banyak dari pada ekstrak air dan lebih sedikit dari ekstrak metanol 5,83 . Hal ini kemungkinan besar dikarenakan komponen dari
zat aktif yang bersifat non polar lebih banyak dari pada yang bersifat polar, sehingga dapat dikatakan bahwa yang mempengaruhi peningkatan proliferasi dan
toksisitas tidak tergantung pada jumlah ekstrak kuantitas, tetapi sangat dipengaruhi oleh kualitas dan jenis zat aktif yang sesuai.
Dari hasil peningkatan proliferasi limfosit tertinggi terjadi pada ekstrak air dan minyak, hal ini sangat menarik untuk di dalami. Proses pembuatan minyak
khususnya pembuatan minyak buah merah secara tradisional pertama-tama buah merah diperas bersama air, lalu di didihkan hingga keluar minyak. Dalam proses
ini tujuan pendidihan adalah menguapkan air, setelah semua air menguap diharapkan yang tinggal hanya fraksi minyak saja, hal ini dikarenakan titik didih
air lebih rendah dari pada titik didih minyak. Dalam pembuatan minyak buah merah khususnya secara tradisional, setelah proses pemerasan menggunakan air
sebaiknya air dipisahkan terlebih dahulu dari fraksi minyak antara lain dengan cara pengendapan. Pada proses pengendapan, karena pengaruh berat jenis air lebih
besar dari pada berat jenis minyak, maka akan terjadi bagian air mengendap di sebelah bawah, dan minyak akan berada pada lapisan bagian atas. Selanjutnya
bagian minyak dipisahkan dari bagian air, kemudian dilakukan perebusan pada suhu 45 ºC dan bagian air dapat dimanfaatkan untuk dibuat ekstrak air maupun
dapat dikonsumsi langsung.
C. Pengaruh Ekstrak dan Minyak Buah Merah Terhadap Proliferasi Sel