2. Pengurus dipilih dan diberhentikan oleh rapat anggota. Dengan demikian, Pengurus adalah pemegang kuasa Rapat Anggota
dalam mengoperasionalkan kebijakan–kebijakan strategis yang ditetapkan Rapat Anggota. Penguruslah yang mewujudkan arah
kebijakan strategis yang menyangkut organisasi maupun usaha. 3. Pengawas mewakili anggota untuk melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan yang dilaksanakan oleh pengurus. Pengawas dipilih dan diberhentikan oleh Rapat
Anggota. Oleh sebab itu, dalam struktur organisasi koperasi,
posisi Pengawas dan Pengurus sama.
4. Pengelola adalah tim manajemen yang diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus, untuk melaksanakan teknis
operasional di bidang usaha. Hubungan Pengelola dengan Pengurus koperasi adalah hubungan kerja atas dasar perikatan
dalam bentuk perjanjian dan kontrak kerja.
2.2. Koperasi Pegawai
Menurut Iqbal dan Simanjuntak 2004, Koperasi Karyawan merupakan Koperasi Pegawai. Nama Koperasi Pegawai banyak digunakan oleh instansi
pemerintah dan BUMN. Koperasi karyawan adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari individu-individu karyawan dalam lingkungan suatu
perusahaan. Prinsip-prinsip koperasi yang dijalankan sama dengan prinsip koperasi pada umumnya.
2.3. Piutang
Menurut Niswonger, et al. 1999, piutang merujuk pada claims tagihan dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu,
perusahaan atau organisasi, sehingga piutang merupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar perusahaan. Pengertian piutang secara khusus
adalah sebagai suatu perkiraan yang timbul akibat adanya tambahan kegiatan perusahaan dalam hal pemberian kredit.
Menurut Kieso, et al. 2002, piutang receivables adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Untuk tujuan
pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancar dan
piutang jangka panjang. Piutang lancar diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang.
Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang jangka panjang.
2.4. Penggolongan Piutang
Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan menjadi piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha timbul karena penjualan produk atau jasa
dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal di perusahaan digolongkan sebagai
piutang lain-lain Barlian dan Sundjaja, 2003. Menurut Tangkilisan 2003, berdasarkan jangka waktunya kredit
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: 1. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang jangka waktunya tidak lebih dari
satu tahun. 2. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya satu sampai
tiga tahun. 3. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga
tahun.
2.5. Manajemen Piutang
Menurut Warsini 2003, manajemen piutang mempelajari bagaimana piutang bisa dikelola dengan efisien. Rata-rata saldo piutang ditentukan oleh
dua faktor yaitu penjualan kredit per hari dan jumlah hari-hari rata periode pengumpulan piutang. Keduanya sangat tergantung pada kebijakan kredit
yang dijalankan oleh perusahaan. Piutang mengandung risiko berupa kegagalan penagihan atau biasa
disebut bad debts. Kemungkinan risiko ini akan semakin kecil apabila perusahaan hanya melakukan penjualan kredit kepada pelanggannya yang
terkuat saja. Apabila bad debts terjadi maka akan kehilangan penjualan dan laba. Selain risiko tersebut, perlu diketahui bahwa investasi dalam piutang
lebih kecil risikonya dibandingkan investasi lain dalam aktiva. Namun, piutang memiliki risiko yang lebih besar daripada investasi dalam kas
Sundjaja, 2003.
2.6. Kebijakan Pemberian Kredit dan Penagihan Utang