tersebut. Pertumbuhan anggota mengalami penurunan, kecuali pada tahun 2001 karena anggota baru ingin menikmati kredit
sepeda motor dari UBU.
5.2.2. Analisis Horisontal
Analisis horisontal atau tren diperlakukan pada neraca dan laporan laba rugi. Analisis horisontal pada neraca dimaksudkan
untuk melihat likuiditas koperasi. Lihat Tabel 5. Selama periode analisis, aset likuid koperasi yaitu kas, bank
dan sibuhar mengalami fluktuasi. Persentase aset likuid terbesar pada tahun 2001, yaitu sebesar 157,78 yang berarti mengalami
kenaikan 57,78 dibandingkan tahun dasar 1999. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya dana yang disimpan di bank.
Pada tahun 2001, piutang anggota banyak yang jatuh tempo sehingga pembayarannya melalui rekening di bank. Kemudian
adanya kenaikan pendapatan operasional dan hasil jasa pinjaman anggota serta jumlah simpanan anggota.
Tabel 5. Analisis horisontal neraca KOPASJA periode 1999-2002
Konsolidasi 1999 2000
2001 2002
Aset likuid 100
67,92 157,78
79,37 Piutang anggota
100 112,01
126,82 170,79
Aktiva lancar 100
109,36 127,23
157,09 Penyertaan
100 166,67
157,09 231,24
UBU
Aset likuid 100
182,3 157,33
114,99 Piutang anggota
100 164,79
587,69 1756,1
Aktiva lancar 100
344,6 427,12
1143,7 USP
Aset likuid 100
14,96 51.61
49,18 Piutang anggota
100 111,07
118,6 142,5
Aktiva lancar 100
109,28 120,26
136,45
Sumber: Laporan keuangan KOPASJA 1999-2002 diolah Jumlah piutang anggota selama periode analisis mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Setiap tahunnya pinjaman kredit yang diberikan kepada anggota mengalami peningkatan.
Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2002 sebesar 70,79 dari tahun dasar. Hal ini disebabkan pinjaman yang diberikan pada
tahun ini meningkat sebesar 39,94 dari Rp 763.400.000,00 menjadi Rp 881.800.000,00.
Kontribusi penjualan kredit bagi piutang usaha pada tahun 2002 tidak ada. Peningkatan piutang ini juga dikarenakan
diberlakukannya kebijakan baru yang didasarkan pada hasil kesepakatan RAT ke-10 tahun 2002. Kebijakan itu adalah
menawarkan bunga menarik sebesar 18 per tahun atau 1,5 per bulan bagi anggota yang mengajukan pinjaman dan memiliki
simpanan sukarela sejumlah Rp 5.000.000,00. Aktiva lancar mengalami peningkatan dibandingkan dengan
tahun dasar, sedangkan penyertaan mengalami fluktuasi. Dari analisis tersebut tren aset likuid dan penyertaan tidak stabil atau
fluktuasi, namun aktiva lancar menunjukkan tren meningkat, karena hampir seluruh komponen aktiva lancar meningkat kecuali
persediaan pada akhir tahun analisis tidak ada. USP dan UBU selama periode ini, aktiva lancar dan piutang
usaha mengalami kenaikan dibandingkan tahun dasar. Aset likuid pada USP mengalami fluktuasi sedangkan UBU mengalami
penurunan. Kenaikan aktiva lancar lebih disebabkan oleh piutang anggota yang meningkat sedangkan aset likuid berfluktuasi
dikarenakan kondisi keuangan tidak stabil. Tabel 6. Analisis horisontal laba rugi KOPASJA periode 1999-
2002
Konsolidasi 1999 2000
2001 2002
Pendapatan 100
188,53 189,39
135,30 Beban usaha
100 130,12
152,20 204,99
SHU setelah pajak 100
134,95 90,41
28,92 Beban perkoperasian
100 100,25
105,84 143,45
UBU
Pendapatan 100
342,7 332,7
138,22 HPP
100 404,82
398,92 98,06
Hasil Usaha Kotor 100
196,3 177,6
232,98 SHU setelah pajak
100 142,53
-69,14 45,8
Total Beban 100
157,6 244,9
297,1 USP
Pendapatan 100
100,6 107,6
133,63 SHU setelah pajak
100 125,3
292,8 10,61
Total Beban 100
96,43 101,8
40,61
Sumber: Laporan keuangan KOPASJA 1999-2002 diolah
Analisis horisontal pada laporan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 6. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa
beban usaha dan beban perkoperasian meningkat seiring dengan pendapatan pada tahun 2000 dan 2001. Namun, persentase
peningkatan beban lebih besar dibandingkan persentase peningkatan pendapatan. Hal ini tentu saja membuat SHU setelah
pajak menjadi menurun, meskipun pada tahun 2000 SHU meningkat dari tahun dasar, karena awal berdirinya UBU sangat
ditunggu oleh anggota, sehingga banyak anggota berpartisipasi dalam UBU.
Kemudian, di tahun-tahun selanjutnya kondisi UBU tidak lagi seperti sediakala, perlahan tapi pasti UBU mengalami kerugian
tepatnya pada tahun 2001. Pada UBU dan USP, SHU sebelum dan setelah pajak mengalami fluktuasi. Profitabilitas USP masih lebih
baik dibandingkan UBU, karena pendapatan USP setiap tahunnya meningkat dari tahun dasar sedangkan UBU menurun.
5.2.3. Analisis Vertikal