Kajian Manajemen Piutang Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera Departemen Keuangan Republik Indonesia
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh:
LIA LAURITA
H24102106
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
Sarana Jahtera Departemen Keuangan Republik Indonesia. Di bawah bimbingan
Widigdo Sukarman.
Selama periode analisis (1999-2002), Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera (KOPASJA) mempunyai piutang anggota yang sangat besar. Lebih dari tiga perempat aset merupakan piutang anggota, bahkan proporsinya rata-rata mencapai 80,2% di mana sebagian besar terjadi kelalaian pinjaman. Koperasi memiliki dua unit usaha yang memberikan kredit kepada anggota, Unit Simpan Pinjam (USP) berupa uang, sedangkan Unit Bidang Usaha (UBU) berupa barang. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui proses terjadinya piutang pada KOPASJA, (2) Menganalisis kinerja manajemen piutang KOPASJA dan unit yang lebih efisien dalam mengelola piutang, (3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi piutang KOPASJA.
Penelitian dilaksanakan di KOPASJA Departemen Keuangan Republik Indonesia. KOPASJA berlokasi di Jl. Dr. Wahidin, Lantai Dasar Gedung 16 Lantai, Jakarta 10710. Penelitian ini dilakukan selama Januari-April 2006. Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak manajemen KOPASJA. Adapun data sekunder diperoleh dari laporan manajemen koperasi serta literatur-literatur koperasi yang terkait dengan kebutuhan data penelitian. Data kuantitatif diolah secara manual maupun secara komputerisasi dengan menggunakan analisis rasio utama dan PEARLS, analisis horisontal dan analisis vertikal.
Proses terjadinya piutang di KOPASJA dikarenakan adanya pinjaman yang disalurkan dan penjualan kredit dengan menggunakan prosedur pengajuan dan pemberian pinjaman yang memerlukan waktu selama satu bulan hingga dana cair. Kinerja manajemen piutang KOPASJA menurun, kurang efisien dan efektif. Unit usaha yang lebih efisien dalam mengelola piutang anggotanya adalah USP. Faktor yang mempengaruhi piutang KOPASJA adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari jumlah anggota, kebijakan pemberian kredit, kebijakan penagihan piutang, kelalaian pinjaman, beban variabel, perilaku meminjam dan membayar anggota, profil anggota, kebutuhan hidup anggota dan harga. Faktor eksternal terdiri dari inflasi dan waktu.
Adapun hal yang disarankan kepada KOPASJA berdasarkan penelitian ini adalah prosedur pengajuan dan pemberian piutang seyogyanya tidak memerlukan waktu yang lama sampai 30 hari. KOPASJA perlu menerapkan kebijakan piutang ketat dan aktif. USP sebagai unit yang memberikan kontribusi laba yang cukup besar kepada KOPASJA seyogyanya lebih dikelola secara profesional dan mandiri. Pengelolaan piutang seyogyanya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi piutang KOPASJA dengan melakukan perbaikan pada faktor internal yang terdiri dari jumlah anggota, kebijakan pemberian kredit, kebijakan penagihan piutang, kelalaian pinjaman, beban variabel, perilaku meminjam dan membayar anggota, profil anggota, kebutuhan hidup anggota dan harga maupun faktor eksternal yang terdiri dari inflasi dan waktu, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.
(3)
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
LIA LAURITA
H24102106
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(4)
DEPARTEMEN MANAJEMEN
KAJIAN MANAJEMEN PIUTANG
KOPERASI PEGAWAI ARTA SARANA JAHTERA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh: LIA LAURITA
H24102106
Menyetujui, Juni 2006
Dr. Widigdo Sukarman, M.B.A., M.P.A. Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen
(5)
iii
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Mei 1984. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sugeng H.S. dan Suryati.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 03 Pagi Jakarta pada tahun 1996, lalu melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 07 Jakarta. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum 31 Jakarta dan masuk program IPA. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kepanitiaan dan organisasi kemahasiswaan, baik internal maupun eksternal kampus, diantaranya sebagai Ketua Komisi Internal DPM FEM Periode 2003/2004, Staf Departemen Pers dan Komunikasi FORMASI FEM IPB Periode 2003/2004, Sekretaris Kabinet BEM FEM Periode 2004/2005, Anggota Pengurus DKM Al-Ghiffari Periode 2003/2004 dan Anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat IPB Periode 2004/2005. Selain itu, pada tahun 2005, penulis meraih Juara III Mahasiswa Berprestasi Tingkat Departemen Manajemen dan finalis di Tingkat FEM.
(6)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul Kajian Manajemen Piutang Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera Departemen Keuangan Republik Indonesia. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Widigdo Sukarman, M.B.A., M.P.A. selaku dosen pembimbing yang bersedia memberikan bimbingan, arahan dan masukan dengan penuh kesabaran di tengah-tengah kesibukan beliau.
2. Ir. Budi Purwanto, ME dan Wita Juwita Ermawati, STP, MM atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji.
3. Pak Rudiarso, Pak Dodi dan seluruh pengelola dan karyawan di Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera (KOPASJA) Departemen Keuangan Republik Indonesia, Jakarta yang telah memberikan data dan informasi dalam skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB
atas kesabarannya dalam melayani keperluan administrasi mahasiswa.
5. Ibunda, Ayahanda, dan adik-adikku yang selalu memberi dukungan baik moral, materiil, dan doa tulus yang tiada hentinya dan tidak dapat dinilai dengan apa pun.
6. Teman-teman satu bimbingan ( Eko, Novi, Iwed dan Anggi) atas perjuangan yang dilakukan bersama-sama dan rasa tolong-menolong yang ada di antara kita.
7. Teman-teman di Departemen Manajemen Angkatan ’39 atas semangat dan rasa kebersamaan yang mendalam selama ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.
(7)
v
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam usulan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Meskipun demikian, usulan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain.
Bogor, Juni 2006
(8)
vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ...iii
KATA PENGANTAR...iv
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...x
I. PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Rumusan Masalah ...2
1.3. Tujuan Penelitian ...3
1.4. Batasan Penelitian ...3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...4
2.1. Koperasi ...4
2.1.1. Asas, Prinsip, dan Tujuan Koperasi ...4
2.1.2. Jenis dan Bentuk Koperasi ...7
2.1.3. Manajemen Koperasi ...8
2.2. Koperasi Pegawai...9
2.3. Piutang ...9
2.4. Penggolongan Piutang...10
2.5. Manajemen Piutang...10
2.6. Kebijakan Pemberian Kredit dan Penagihan Utang...11
2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang ...12
III. METODOLOGI PENELITIAN...14
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ...14
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...16
3.3. Jenis dan Sumber Data ...16
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data...16
3.4.1. Analisis Penilaian Kinerja Piutang ...17
3.4.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang...25
3.5. Definisi Operasional ...25
IV. GAMBARAN UMUM KOPERASI ...27
4.1. Sejarah KOPASJA...27
4.2. Profil KOPASJA ...28
4.2.1. Unit Simpan Pinjam...30
4.2.2. Unit Bidang Usaha...31
(9)
vii
4.2.4. Struktur Organisasi KOPASJA...36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...40
5.1.Proses Terjadinya Piutang Pada KOPASJA...40
5.1.1. Prosedur Pengajuan Peminjaman...41
5.1.2. Prosedur Pemberian Pinjaman ...42
5.2.Kinerja Manajemen Piutang KOPASJA ...44
5.2.1. Analisis Rasio ...44
5.2.2. Analisis Horisontal ...55
5.2.3. Analisis Vertikal ...57
5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang KOPASJA ...60
KESIMPULAN DAN SARAN ...63
1. Kesimpulan ...63
2. Saran ...64
DAFTAR PUSTAKA ...66
(10)
viii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Proporsi piutang anggota terhadap total aktiva periode 1999-2002...2
2. Perkembangan rasio aktivitas KOPASJA periode 1999-2002...47
3. Perkembangan rasio profitabilitas KOPASJA periode 1999-2002...50
4. Perkembangan struktur keuangan USP KOPASJA periode 1999-2002 ...51
5. Analisis horisontal neraca KOPASJA periode 1999-2002 ...55
6. Analisis horisontal laba rugi KOPASJA periode 1999-2002...56
7. Analisis vertikal laba rugi KOPASJA periode 1999-2002 ...58
8. Analisis vertikal neraca KOPASJA periode 1999-2002 ...60
(11)
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh:
LIA LAURITA
H24102106
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(12)
Sarana Jahtera Departemen Keuangan Republik Indonesia. Di bawah bimbingan
Widigdo Sukarman.
Selama periode analisis (1999-2002), Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera (KOPASJA) mempunyai piutang anggota yang sangat besar. Lebih dari tiga perempat aset merupakan piutang anggota, bahkan proporsinya rata-rata mencapai 80,2% di mana sebagian besar terjadi kelalaian pinjaman. Koperasi memiliki dua unit usaha yang memberikan kredit kepada anggota, Unit Simpan Pinjam (USP) berupa uang, sedangkan Unit Bidang Usaha (UBU) berupa barang. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui proses terjadinya piutang pada KOPASJA, (2) Menganalisis kinerja manajemen piutang KOPASJA dan unit yang lebih efisien dalam mengelola piutang, (3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi piutang KOPASJA.
Penelitian dilaksanakan di KOPASJA Departemen Keuangan Republik Indonesia. KOPASJA berlokasi di Jl. Dr. Wahidin, Lantai Dasar Gedung 16 Lantai, Jakarta 10710. Penelitian ini dilakukan selama Januari-April 2006. Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak manajemen KOPASJA. Adapun data sekunder diperoleh dari laporan manajemen koperasi serta literatur-literatur koperasi yang terkait dengan kebutuhan data penelitian. Data kuantitatif diolah secara manual maupun secara komputerisasi dengan menggunakan analisis rasio utama dan PEARLS, analisis horisontal dan analisis vertikal.
Proses terjadinya piutang di KOPASJA dikarenakan adanya pinjaman yang disalurkan dan penjualan kredit dengan menggunakan prosedur pengajuan dan pemberian pinjaman yang memerlukan waktu selama satu bulan hingga dana cair. Kinerja manajemen piutang KOPASJA menurun, kurang efisien dan efektif. Unit usaha yang lebih efisien dalam mengelola piutang anggotanya adalah USP. Faktor yang mempengaruhi piutang KOPASJA adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari jumlah anggota, kebijakan pemberian kredit, kebijakan penagihan piutang, kelalaian pinjaman, beban variabel, perilaku meminjam dan membayar anggota, profil anggota, kebutuhan hidup anggota dan harga. Faktor eksternal terdiri dari inflasi dan waktu.
Adapun hal yang disarankan kepada KOPASJA berdasarkan penelitian ini adalah prosedur pengajuan dan pemberian piutang seyogyanya tidak memerlukan waktu yang lama sampai 30 hari. KOPASJA perlu menerapkan kebijakan piutang ketat dan aktif. USP sebagai unit yang memberikan kontribusi laba yang cukup besar kepada KOPASJA seyogyanya lebih dikelola secara profesional dan mandiri. Pengelolaan piutang seyogyanya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi piutang KOPASJA dengan melakukan perbaikan pada faktor internal yang terdiri dari jumlah anggota, kebijakan pemberian kredit, kebijakan penagihan piutang, kelalaian pinjaman, beban variabel, perilaku meminjam dan membayar anggota, profil anggota, kebutuhan hidup anggota dan harga maupun faktor eksternal yang terdiri dari inflasi dan waktu, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.
(13)
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
LIA LAURITA
H24102106
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(14)
DEPARTEMEN MANAJEMEN
KAJIAN MANAJEMEN PIUTANG
KOPERASI PEGAWAI ARTA SARANA JAHTERA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh: LIA LAURITA
H24102106
Menyetujui, Juni 2006
Dr. Widigdo Sukarman, M.B.A., M.P.A. Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen
(15)
iii
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Mei 1984. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sugeng H.S. dan Suryati.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 03 Pagi Jakarta pada tahun 1996, lalu melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 07 Jakarta. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum 31 Jakarta dan masuk program IPA. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kepanitiaan dan organisasi kemahasiswaan, baik internal maupun eksternal kampus, diantaranya sebagai Ketua Komisi Internal DPM FEM Periode 2003/2004, Staf Departemen Pers dan Komunikasi FORMASI FEM IPB Periode 2003/2004, Sekretaris Kabinet BEM FEM Periode 2004/2005, Anggota Pengurus DKM Al-Ghiffari Periode 2003/2004 dan Anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat IPB Periode 2004/2005. Selain itu, pada tahun 2005, penulis meraih Juara III Mahasiswa Berprestasi Tingkat Departemen Manajemen dan finalis di Tingkat FEM.
(16)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul Kajian Manajemen Piutang Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera Departemen Keuangan Republik Indonesia. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Widigdo Sukarman, M.B.A., M.P.A. selaku dosen pembimbing yang bersedia memberikan bimbingan, arahan dan masukan dengan penuh kesabaran di tengah-tengah kesibukan beliau.
2. Ir. Budi Purwanto, ME dan Wita Juwita Ermawati, STP, MM atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji.
3. Pak Rudiarso, Pak Dodi dan seluruh pengelola dan karyawan di Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera (KOPASJA) Departemen Keuangan Republik Indonesia, Jakarta yang telah memberikan data dan informasi dalam skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB
atas kesabarannya dalam melayani keperluan administrasi mahasiswa.
5. Ibunda, Ayahanda, dan adik-adikku yang selalu memberi dukungan baik moral, materiil, dan doa tulus yang tiada hentinya dan tidak dapat dinilai dengan apa pun.
6. Teman-teman satu bimbingan ( Eko, Novi, Iwed dan Anggi) atas perjuangan yang dilakukan bersama-sama dan rasa tolong-menolong yang ada di antara kita.
7. Teman-teman di Departemen Manajemen Angkatan ’39 atas semangat dan rasa kebersamaan yang mendalam selama ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.
(17)
v
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam usulan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Meskipun demikian, usulan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain.
Bogor, Juni 2006
(18)
vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ...iii
KATA PENGANTAR...iv
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...x
I. PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Rumusan Masalah ...2
1.3. Tujuan Penelitian ...3
1.4. Batasan Penelitian ...3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...4
2.1. Koperasi ...4
2.1.1. Asas, Prinsip, dan Tujuan Koperasi ...4
2.1.2. Jenis dan Bentuk Koperasi ...7
2.1.3. Manajemen Koperasi ...8
2.2. Koperasi Pegawai...9
2.3. Piutang ...9
2.4. Penggolongan Piutang...10
2.5. Manajemen Piutang...10
2.6. Kebijakan Pemberian Kredit dan Penagihan Utang...11
2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang ...12
III. METODOLOGI PENELITIAN...14
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ...14
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...16
3.3. Jenis dan Sumber Data ...16
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data...16
3.4.1. Analisis Penilaian Kinerja Piutang ...17
3.4.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang...25
3.5. Definisi Operasional ...25
IV. GAMBARAN UMUM KOPERASI ...27
4.1. Sejarah KOPASJA...27
4.2. Profil KOPASJA ...28
4.2.1. Unit Simpan Pinjam...30
4.2.2. Unit Bidang Usaha...31
(19)
vii
4.2.4. Struktur Organisasi KOPASJA...36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...40
5.1.Proses Terjadinya Piutang Pada KOPASJA...40
5.1.1. Prosedur Pengajuan Peminjaman...41
5.1.2. Prosedur Pemberian Pinjaman ...42
5.2.Kinerja Manajemen Piutang KOPASJA ...44
5.2.1. Analisis Rasio ...44
5.2.2. Analisis Horisontal ...55
5.2.3. Analisis Vertikal ...57
5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang KOPASJA ...60
KESIMPULAN DAN SARAN ...63
1. Kesimpulan ...63
2. Saran ...64
DAFTAR PUSTAKA ...66
(20)
viii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Proporsi piutang anggota terhadap total aktiva periode 1999-2002...2
2. Perkembangan rasio aktivitas KOPASJA periode 1999-2002...47
3. Perkembangan rasio profitabilitas KOPASJA periode 1999-2002...50
4. Perkembangan struktur keuangan USP KOPASJA periode 1999-2002 ...51
5. Analisis horisontal neraca KOPASJA periode 1999-2002 ...55
6. Analisis horisontal laba rugi KOPASJA periode 1999-2002...56
7. Analisis vertikal laba rugi KOPASJA periode 1999-2002 ...58
8. Analisis vertikal neraca KOPASJA periode 1999-2002 ...60
(21)
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka pemikiran konseptual...15
2. Perkembangan anggota KOPASJA periode 1999-2002 ...35
3. Prosedur peminjaman...43
(22)
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Struktur organisasi KOPASJA periode 1999-2002 dan struktur kepengurusan KOPASJA periode 2001-2004 ...68 2. Rumusan dan hasil perhitungan analisis rasio periode 1999-2002 ...69 3. Neraca KOPASJA periode 1999-2002...75 4. Laporan laba rugi USP KOPASJA periode1999-2002 ...76 5. Laporan laba rugi UBU KOPASJA periode 1999-2002 ...77 6. Laporan laba rugi konsolidasi KOPASJA periode 1999-2002...77
(23)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak lahirnya koperasi pada tahun 1844 di kota Rochdale, koperasi memiliki peran yang besar dalam memperbaiki perekonomian masyarakat menengah ke bawah. Gerakan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat mengalami perkembangan yang pesat hingga ke berbagai negara. Pada tahun 1896, koperasi menjadi gerakan internasional dengan dibentuknya ICA (International Cooperative Alliance) dalam Kongres Koperasi Internasional.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah perkembangan koperasi yang panjang sejak tahun 1895 di Leuwiliang dan Purwokerto. Perkembangan koperasi hingga saat ini masih tetap berjalan walaupun dirasakan masih kalah populer dibandingkan dengan badan usaha lain.
Salah satu koperasi yang ada di Indonesia adalah Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera (KOPASJA) yang berada di lingkungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. KOPASJA memiliki dua unit usaha pada periode 1999-2002, yaitu Unit Simpan Pinjam (USP) dan Unit Bidang Usaha (UBU). Di mana, pada tanggal 1 Juni 2002 UBU tidak lagi dikelola oleh KOPASJA melainkan telah dilakukan kerjasama pemanfaatan ruangan dengan pihak ketiga. Kerjasama tersebut dilakukan untuk jangka waktu lima tahun dan akan berakhir pada tangal 31 Mei 2007. Adanya kerjasama ini mengakibatkan KOPASJA hanya menerima pendapatan sewa dari pihak ketiga dan menyisakan satu unit usaha yaitu USP.
Pada periode 1999-2002, USP memiliki pelayanan yang serupa dengan UBU yaitu pemberian kredit. USP memberikan kredit berbentuk uang atau lebih dikenal dengan pinjaman, sedangkan UBU dalam bentuk barang. Kemudian, kedua unit usaha ini juga memiliki risiko yang sama dalam menyelenggarakan kredit. Adapula persamaan yang lain yaitu dalam persyaratan pemberian kredit, prosedur pembayaran kredit dan beban bunga yang sama yaitu sebesar 2% per bulan.
(24)
Selain ada persamaan pada kedua unit usaha ini, terdapat pula perbedaannya, yaitu dari segi tujuan pemberian kredit. USP memberikan kredit untuk beragam tujuan (produktif, kesejahteraan dan darurat), sedangkan UBU memberikan kredit untuk satu tujuan yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota.
Tabel 1. Proporsi piutang anggota terhadap total aktiva periode 1999-2002
Tahun 1999 2000 2001 2002
Piutang anggota (Rp)
695.488.589 779.002.636 882.030.157 1.187.827.412 Total aktiva (Rp) 865.943.108 972.202.468 1.119.966.405 1.453.729.077
Proporsi (%) 80,3 80,1 78,8 81,7
Sumber: Laporan keuangan KOPASJA 1999-2002
Selama periode tersebut, KOPASJA mempunyai piutang anggota yang sangat besar. Lebih dari tiga perempat aset atau total aktiva merupakan piutang anggota, bahkan proporsinya rata-rata mencapai 80,2%, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1. Pada tahun 1999, piutang anggota mencapai Rp 695.488.589,- dari total aktiva sebesar Rp 865.943.108,-. Kemudian, jumlah piutang anggota mengalami peningkatan berturut-turut pada tahun berikutnya sebesar 12%, 13,2%, 34,7%.
Secara kuantitatif nilai piutang anggota meningkat, tetapi banyak terjadi kelalaian pinjaman yang menyebabkan likuiditas KOPASJA rendah sehingga mempengaruhi kinerja manajemen piutang KOPASJA. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis bagaimana kinerja manajemen piutang KOPASJA dan unit usaha mana yang lebih efisien dalam mengelola piutang serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi piutang KOPASJA pada periode analisis 1999-2002.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya piutang pada KOPASJA?
2. Bagaimana kinerja manajemen piutang KOPASJA dan unit usaha mana yang lebih efisien dalam mengelola piutang?
(25)
1.3.Tujuan Penelitian
1. Mengetahui proses terjadinya piutang pada KOPASJA.
2. Menganalisis kinerja manajemen piutang KOPASJA dan unit usaha yang lebih efisien dalam mengelola piutang.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi KOPASJA.
1.4.Batasan Penelitian
Pembahasan yang dilakukan mencakup aspek-aspek manajemen piutang koperasi, yang dibatasi oleh:
1. Piutang yang dimaksud dalam penelitian adalah piutang anggota bagi koperasi.
2. Periode analisis dimulai tahun 1999 hingga 2002 dengan alasan ketersediaan data untuk membandingkan kinerja kedua unit usaha KOPASJA.
3. Pembahasan dilakukan baik secara keseluruhan koperasi maupun per unit koperasi.
(26)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Koperasi
Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya kerja sama. Definisi koperasi menurut undang-undang di Indonesia telah mengalami perubahan sampai tiga kali, yaitu Undang-Undang Koperasi No. 14 Tahun 1965, Undang-Undang Koperasi No. 12 Tahun 1967 dan terakhir Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992. Pengertian koperasi menurut Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Sedangkan menurut ”Bapak Koperasi Indonesia”, Moh. Hatta dalam Sitio dan Tamba (2001), koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Lain halnya menurut Hendrojogi (2004), koperasi memiliki pengertian suatu wadah bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah dalam rangka usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan tingkat hidup mereka.
Menurut Ropke dalam Hendar dan Kusnadi (1999), koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang para pemilik/anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut. Kriteria identitas suatu koperasi akan merupakan dalil/prinsip identitas yang membedakan unit usaha koperasi dari unit usaha yang lainnya.
2.1.1. Asas-Asas, Prinsip, dan Tujuan Koperasi
Berdasarkan Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 asas koperasi adalah asas kekeluargaan. Prinsip koperasi yang merupakan ciri khas atau jati diri koperasi yang terdapat dalam Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992, yaitu:
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa seseorang tidak boleh dipaksa untuk menjadi anggota koperasi, namun harus berdasar atas kesadaran sendiri. Sifat kesukarelaan juga mengandung makna
(27)
bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar koperasi. Sifat keterbukaan mengandung makna bahwa di dalam keanggotaan koperasi tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun. Keanggotaan koperasi terbuka bagi siapa pun yang memenuhi syarat-syarat keanggotaan atas dasar persamaan kepentingan ekonomi.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
Prinsip pengelolaan secara demokratis menunjukkan bahwa pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Prinsip ini didasarkan pada kesamaan hak suara bagi setiap anggota dalam pengelolaan koperasi. Pemilihan para pengelola koperasi dilaksanakan pada saat rapat anggota. Pengelola koperasi berasal dari para anggota koperasi itu sendiri. Setiap anggota yang hadir memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih menjadi pengurus dan pengawas. Di dalam Rapat Anggota, anggota adalah pemegang dan pelaksana kekuasaan tertinggi dalam koperasi serta berlaku asas kesamaan derajat, di mana setiap anggota mempunyai hak satu suara.
3. Pembagian SHU dilakukan secara proposional dengan transaksi. Keuntungan yang diperoleh koperasi disebut sebagai sisa hasil usaha (SHU). Setiap anggota yang memberikan partisipasi aktif dalam usaha koperasi akan mendapat bagian SHU yang lebih besar dari pada anggota pasif. Anggota yang menggunakan jasa koperasi akan membayar nilai jasa tersebut kepada koperasi dan nilai jasa yang diperoleh dari anggota tersebut akan diperhitungkan pada saat pembagian SHU.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
Anggota adalah pemilik koperasi, sekaligus sebagai pemodal dan pelanggan. Simpanan yang disetorkan oleh anggota kepada koperasi akan digunakan koperasi untuk melayani anggota termasuk dirinya sendiri. Modal dalam koperasi pada dasarnya
(28)
digunakan untuk melayani anggota dan masyarakat sekitarnya dengan mengutamakan pelayanan bagi anggota. Dari pelayanan itu, diharapkan koperasi mendapatkan nilai lebih dari selisih antara biaya pelayanan dan pendapatan. Karena itu, balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota ataupun sebaliknya juga terbatas, tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah pemberian balas jasa atas modal yang ditanamkan koperasi akan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki koperasi.
5. Kemandirian
Kemandirian pada koperasi dimaksudkan bahwa koperasi harus mampu berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan usaha dan organisasi. Kemandirian pengertian lainnya adalah kebebasan yang bertanggungjawab, otonomi, swadaya dan keberanian mempertanggungjawabkan segala tindakan sendiri dalam pengelolaan usaha dan organisasi. Mandiri berarti berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain. Prinsip ini merupakan faktor pendorong bagi koperasi untuk meningkatkan keyakinan akan kekuatan sendiri dalam mencapai tujuan.
6. Pendidikan perkoperasian
Pendidikan adalah mutlak agar anggota koperasi berkualitas baik, berkemampuan tinggi dan berwawasan luas. Pendidikan perkoperasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mewujudkan kehidupan berkoperasi agar sesuai dengan jati dirinya. Melalui pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi anggota yang memahami serta menghayati nilai-nilai dan prinsip-prinsip serta praktik-praktik koperasi.
7. Kerja sama antarkoperasi.
Kerja sama antarkoperasi dimaksudkan untuk saling memanfaatkan kelebihan dan menghilangkan kelemahan masing-masing, sehingga hasil akhir dapat dicapai secara optimal. Kerja sama antarkoperasi
(29)
dapat dilakukan di tingkat lokal, nasional dan internasional. Prinsip ini lebih bersifat strategi dalam bisnis.
Berdasarkan Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992, koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnyadan masyarakat pada umumnya. Kemudian, bertujuan untuk ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2.1.2. Jenis dan Bentuk Koperasi
Jenis koperasi dapat dibedakan menurut kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Seperti dalam penjelasan Undang-Undang Koperasi No. 25 tahun 1992 Pasal 16 diantaranya adalah: 1. Koperasi Simpan Pinjam, yaitu koperasi yang kegiatannya hanya
usaha simpan pinjam. Keanggotaan koperasi ini bebas bagi orang yang memenuhi syarat untuk menjadi anggota koperasi dan orang-orang yang dimaksud mempunyai kegiatan usaha atau mempunyai kepentingan ekonomi yang sama, misalnya Koperasi Simpan Pinjam dengan anggota karyawan.
2. Koperasi Konsumen, yaitu koperasi yang membeli barang-barang konsumen dalam jumlah besar sesuai dengan kebutuhan anggota dan menyalurkan barang tersebut kepada anggota dengan harga yang layak, berusaha membuat sendiri barang-barang konsumsi untuk keperluan anggota dan di samping pelayanan untuk anggota, boleh juga melayani umum.
3. Koperasi Produsen, yaitu koperasi yang anggotanya orang-orang yang mampu menghasilkan barang.
4. Koperasi Pemasaran, yaitu koperasi yang beranggotakan orang-orang yang mempunyai kegiatan di bidang pemasaran barang-barang dagang.
5. Koperasi Jasa, yaitu koperasi yang didirikan untuk memberikan pelayanan (jasa) kepada para anggotanya.
(30)
Menurut Hendrojogi (2004) terdapat pengelompokkan lain yaitu: 1. Koperasi tunggal usaha (single purpose),
2. Koperasi serba usaha (multi purpose).
Dalam Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 Bagian III Pasal 15, bentuk koperasi ada dua yaitu:
1. Koperasi Primer, dibentuk oleh sekurang-kurangnya dua puluh orang.
2. Koperasi Sekunder, dibentuk oleh sekurang-kurangnya tiga koperasi. Koperasi sekunder dapat didirikan oleh koperasi sejenis atau tingkatan. Dalam hal koperasi mendirikan Koperasi Sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti yang selama ini dikenal sebagai Pusat, Gabungan dan Induk maka jumlah tingkatan maupun penamaannya diatur sendiri oleh koperasi yang bersangkutan.
2.1.3. Manajemen Koperasi
Watak manajemen koperasi adalah gaya manajemen partisipatif. Pola umum manajemen koperasi yang partisipatif tersebut menggambarkan adanya interaksi antarunsur manajemen koperasi. Terdapat pembagian tugas pada masing-masing unsur. Demikian pula setiap unsur manajemen mempunyai lingkup keputusan yang berbeda, kendatipun masih ada lingkup keputusan yang dilakukan secara bersama (Sitio dan Tamba, 2001).
Menurut Roy dalam Hendrojogi (2004), manajemen dari koperasi melibatkan empat unsur (perangkat) yaitu: anggota (rapat anggota), pengurus, manajer dan karyawan.
Penjelasan mengenai hal tersebut menurut Sitio dan Tamba (2001) sebagai berikut:
1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam menetapkan kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi. Kebijakan yang sifatnya sangat strategis dirumuskan dan ditetapkan pada forum Rapat Anggota yang umumnya dilakukan setahun sekali.
(31)
2. Pengurus dipilih dan diberhentikan oleh rapat anggota. Dengan demikian, Pengurus adalah pemegang kuasa Rapat Anggota dalam mengoperasionalkan kebijakan–kebijakan strategis yang ditetapkan Rapat Anggota. Penguruslah yang mewujudkan arah kebijakan strategis yang menyangkut organisasi maupun usaha. 3. Pengawas mewakili anggota untuk melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan yang dilaksanakan oleh pengurus. Pengawas dipilih dan diberhentikan oleh Rapat Anggota. Oleh sebab itu, dalam struktur organisasi koperasi, posisi Pengawas dan Pengurus sama.
4. Pengelola adalah tim manajemen yang diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus, untuk melaksanakan teknis operasional di bidang usaha. Hubungan Pengelola dengan Pengurus koperasi adalah hubungan kerja atas dasar perikatan dalam bentuk perjanjian dan kontrak kerja.
2.2. Koperasi Pegawai
Menurut Iqbal dan Simanjuntak (2004), Koperasi Karyawan merupakan Koperasi Pegawai. Nama Koperasi Pegawai banyak digunakan oleh instansi pemerintah dan BUMN. Koperasi karyawan adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari individu-individu karyawan dalam lingkungan suatu perusahaan. Prinsip-prinsip koperasi yang dijalankan sama dengan prinsip koperasi pada umumnya.
2.3. Piutang
Menurut Niswonger, et al. (1999), piutang merujuk pada claims (tagihan) dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi, sehingga piutang merupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar perusahaan. Pengertian piutang secara khusus adalah sebagai suatu perkiraan yang timbul akibat adanya tambahan kegiatan perusahaan dalam hal pemberian kredit.
Menurut Kieso, et al. (2002), piutang (receivables) adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancar dan
(32)
piutang jangka panjang. Piutang lancar diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang jangka panjang.
2.4. Penggolongan Piutang
Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan menjadi piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha timbul karena penjualan produk atau jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal di perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain (Barlian dan Sundjaja, 2003).
Menurut Tangkilisan (2003), berdasarkan jangka waktunya kredit diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
1. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun.
2. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya satu sampai tiga tahun.
3. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun.
2.5. Manajemen Piutang
Menurut Warsini (2003), manajemen piutang mempelajari bagaimana piutang bisa dikelola dengan efisien. Rata-rata saldo piutang ditentukan oleh dua faktor yaitu penjualan kredit per hari dan jumlah hari-hari rata periode pengumpulan piutang. Keduanya sangat tergantung pada kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan.
Piutang mengandung risiko berupa kegagalan penagihan atau biasa disebut bad debts. Kemungkinan risiko ini akan semakin kecil apabila perusahaan hanya melakukan penjualan kredit kepada pelanggannya yang terkuat saja. Apabila bad debts terjadi maka akan kehilangan penjualan dan laba. Selain risiko tersebut, perlu diketahui bahwa investasi dalam piutang lebih kecil risikonya dibandingkan investasi lain dalam aktiva. Namun, piutang memiliki risiko yang lebih besar daripada investasi dalam kas ( Sundjaja, 2003).
(33)
2.6. Kebijakan Pemberian Kredit dan Penagihan Utang
Menurut Barlian dan Sundjaja (2003), manajer keuangan pada umumnya mengawasi piutang dagang melalui keterlibatannya dalam pengelolaan:
a. Kebijakan kredit, suatu penentuan dalam penyeleksian pemberian kredit, standar kredit dan syarat kredit.
b. Kebijakan penagihan, pendekatan perusahaan untuk mengelola setiap aspek piutang dagang sangat dipengaruhi oleh kondisi persaingan.
Seleksi dalam pemberian kredit adalah suatu keputusan dimana seseorang/perusahaan akan memberikan kredit kepada pelanggannya dan berapa besar kredit yang akan diberikan.
Lima dimensi utama untuk menganalisis kemampuan pemohon kredit, yaitu:
1. Karakter, meneliti dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup, status sosial dan lain-lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan untuk membayar.
2. Kemampuan, meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih penjualan atau pun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk membayar.
3. Kapital, mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan kapital/modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang dan kapital.
4. Kolateral, mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atas kredit.
5. Kondisi, memperhatikan kondisi perekonomian pada umumnya serta kecenderungan perekonomian yang akan mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan.
Kebijakan penagihan piutang adalah sekumpulan prosedur penagihan piutang dagang pada saat jatuh tempo. Pendekatan umum yang digunakan untuk mengevaluasi kredit dan kebijakan penagihan meliputi:
(34)
a. Rasio rata-rata periode tagih. b. Pengumuran piutang
Teknik-teknik penagihan yang biasa dilakukan adalah: 1. Mengirimi surat
2. Menelepon 3. Mendatangi
4. Menggunakan agen/orang lain 5. Tindakan secara hukum.
Menurut Brigham dan Houston (2001), kebijakan investasi dalam piutang yang diterapkan dalam perusahaan ada tiga tipe yaitu:
1. Kebijakan investasi dalam piutang longgar, yaitu suatu kebijakan dimana penjualan kredit digalakkan dengan kebijakan penjualan kredit yang longgar sehingga mengakibatkan tingkat piutang usaha yang tinggi.
2. Kebijakan investasi dalam piutang yang ketat, yaitu suatu kebijakan di mana berusaha untuk meminimumkan piutang usaha. Dengan meningkatkan syarat kredit, memperpendek periode kredit dan kebijakan penagihan yang ketat.
3. Kebijakan investasi dalam piutang yang moderat, yaitu suatu kebijakan piutang di antara kebijakan longgar dan ketat.
2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang
Menurut Riyanto dalam Susilo (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi piutang adalah sebagai berikut:
1. Volume penjualan kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti semakin besar risiko, tetapi juga dapat memperbesar keuntungan.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan
(35)
lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada profitabilitasnya. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu pembayarannya yang pendek, pembebanan bunga yang tinggi akan berpengaruh terhadap keterlambatan pembayaran piutang.
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggannya. Semakin tinggi batas maksimal yang ditetapkan bagi pelanggan maka makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Makin selektif para pelanggan yang dapat diberi kredit, akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang.
4. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang
Hal ini dapat dilaksanakan secara aktif dan dapat pula secara pasif. Kebijaksanaan secara aktif akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut, namun dengan dilaksanakannya kebijaksanaan ini kemungkinan akan mempunyai investasi piutang yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan perusahaan yang melaksanakan kebijakan secara pasif.
5. Kebiasaan membayar dari para pelanggan
Pada umumnya, pelanggan akan menggunakan kesempatan untuk mendapatkan cash discount tetapi ada pula yang tidak mempergunakan kesempatan tersebut. Perbedaan cara pembayaran ini tergantung pada cara penilaian mereka, mana yang lebih menguntungkan antara kedua alternatif tersebut.
(36)
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
KOPASJA merupakan jenis koperasi serba usaha yang kegiatan utamanya adalah simpan pinjam disamping usaha penjualan. Usaha simpan pinjam dikelola oleh USP sedangkan usaha penjualan dikelola oleh UBU. Kedua unit ini memiliki pelayanan yang serupa yaitu usaha pemberian pinjaman kredit, di mana USP memberikan kredit berupa uang sedangkan UBU memberikan kredit berupa barang. Adanya kegiatan ini tentu saja membuat piutang anggota KOPASJA selalu ada.
Proporsi piutang anggota terhadap total aktiva di KOPASJA selama periode analisis selalu lebih dari tiga perempat dan rata-rata mencapai 80,2%, di mana untuk koperasi serba usaha kondisi idealnya hanya mencapai 60-70% dari total aktiva. Selain itu, dari 80,2% sebagian besar merupakan piutang tidak lancar. Tentu saja hal ini mempengaruhi kinerja manajemen piutang KOPASJA. Untuk mengetahui kinerja manajemen piutang KOPASJA diperlukan sumber-sumber informasi baik berupa data primer maupun data sekunder.
Data sekunder seperti laporan pengurus, laporan pengawas, dan laporan keuangan menjadi sumber data yang diolah dengan menggunakan alat analisis keuangan yaitu analisis rasio, horisontal dan vertikal untuk menganalisis kinerja manajemen piutang KOPASJA dan unit usaha koperasi yang lebih efisien dalam mengelola piutang.
Data primer yang diperoleh dari wawancara dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi piutang KOPASJA. Sehingga pada akhir penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan peneitian serta diberikan saran bagi KOPASJA dalam menjalankan manajemen piutang agar menjadi lebih baik. Kerangka pemikiran konseptual yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
(37)
Gambar 1. Kerangka pemikiran konseptual Manajemen Piutang
Pengelola Laporan
Pengawas
Laporan Keuangan: -Neraca
-Laba rugi
Analisis Keuangan:
-Analisis Rasio (Utama & PEARLS) -Analisis Horisontal
-Analisis Vertikal
Kinerja Manajemen Piutang dan Unit Usaha yang Lebih Efisien Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Piutang KOPASJA
Kesimpulan dan Saran LPJ
Pengurus
Analisis deskriptif
Kondisi Piutang KOPASJA:
-Proporsi piutang anggota terhadap total aktiva sangat besar -Kelalaian pinjaman sangat besar
(38)
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera (KOPASJA) Departemen Keuangan Republik Indonesia. KOPASJA berlokasi di Jl. Dr. Wahidin, Lantai Dasar Gedung 16 Lantai, Jakarta 10710. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2006.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak manajemen KOPASJA. Adapun data sekunder diperoleh dari laporan manajemen koperasi yang meliputi laporan keuangan tahunan koperasi, laporan pertanggungjawaban pengurus dan laporan pengawas dan prosedur pengajuan, pemberian, pembayaran, penagihan piutang serta literatur-literatur koperasi yang terkait dengan kebutuhan data penelitian. Sumber data diperoleh dari data eksternal, seperti data dari instansi luar yang terkait dan data internal, seperti data dari koperasi.
Sebagai penunjang, dikumpulkan juga informasi dan data dari instansi yang terkait yaitu Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Departemen Keuangan RI, Badan Pusat Statistik RI, Perpustakaan LSI IPB, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Perpustakaan Departemen Manajemen serta berbagai instansi lainnya serta literatur yang relevan dengan penelitian.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diseleksi untuk mengurangi terjadinya kesalahan, diolah dengan melakukan tabulasi terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam menginterpretasikan data, kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah secara manual maupun secara komputerisasi dengan menggunakan analisis rasio, analisis horisontal dan analisis vertikal.
Data yang diolah disajikan dalam bentuk tabel dan grafik agar mudah dibaca. Selanjutnya data tersebut diuraikan secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk uraian deskriptif. Pendekatan yang dilakukan dalam
(39)
pengelolaan hasil dan analisis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pendekatan akuntansi dan statistik.
3.4.1. Analisis Penilaian Kinerja Piutang
Analisis kinerja piutang dapat dilaksanakan dengan menggunakan analisis rasio, analisis horisontal dan analisis vertikal. Analisis-analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja piutang koperasi, apakah dalam keadaan naik, turun atau stabil. Kemudian, apakah kondisi koperasi dalam keadaan ideal atau tidak.
A. Analisis Rasio
Analisis rasio digunakan untuk melihat perkembangan kinerja keuangan terutama yang berkaitan dengan kinerja piutang koperasi. Lihat Lampiran 2. Dalam menganalisis hal tersebut digunakan rasio utama dan PEARLS, rasio utama merujuk pada Gill (2004) dan PEARLS merujuk pada Rebowo (2001) yaitu: 1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio ini dapat menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri atas:
a. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang kurang likuid. Rasio ini mengukur kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajibannya tanpa memperhitungkan persediaan.
b. Rasio Posisi Kas (Cash Ratio)
Rasio posisi kas merupakan perbandingan antara kas ditambah bank dengan hutang lancar. Rasio ini mengukur kemampuan koperasi yang sesungguhnya untuk memenuhi hutang-hutangnya tepat pada waktunya. Semakin tinggi
(40)
rasionya tidak selalu berakibat baik karena kas yang banyak berada di tangan memperlihatkan dana yang menganggur. c. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan antara aktiva lancar dan pasiva lancar. Semakin besar nilai rasio maka semakin likuid. 2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui kecepatan beberapa perkiraan menjadi penjualan atau kas. Rasio aktivitas terdiri atas:
a. Rasio Perputaran Piutang (Account Receiveable Turn-Over Ratio)
Rasio ini menunjukkan berapa kali koperasi menagih piutangnya dari pemberian pinjaman anggota dan penjualan kredit dalam satu periode. Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah pemberian pinjaman anggota dan penjualan kredit dengan rata-rata piutang. Jika koperasi memiliki kesulitan dalam penagihan maka koperasi mempunyai saldo piutang yang besar atau over investment dalam piutang dan rasionya rendah yang mengakibatkan inefisiensi. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik maka saldo piutang rendah sehingga rasionya tinggi.
b. Hari Rata-Rata Pengumpulan Piutang (Average Collection Period)
Rasio ini mengukur pengelolaan piutang yang efisien pada koperasi dan menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu koperasi setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Rasio ini membandingkan antara piutang dengan jumlah pemberian pinjaman anggota dan penjualan kredit/360. Dari perhitungan tersebut bermanfaat untuk
(41)
mengevaluasi kebijakan pinjaman dan penagihan karena dapat diketahui apakah hari rata-rata pengumpulan piutang realisasi sesuai dengan standar atau tidak. Apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti bahwa cara pengumpulan piutangnya kurang efisien.
3. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas mengukur kemampuan koperasi untuk membayar semua utang-utangnya, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total utang. Ukuran ini mensyaratkan agar koperasi mampu memenuhi semua kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi ideal koperasi adalah apabila koperasi dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuid) dan juga memenuhi kewajiban jangka panjangnya (solvable).
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas disebut juga dengan rasio rentabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam memperoleh keuntungan dari kegiatan usaha dan modal yang diberikan. Koperasi menghasilkan laba yang diperoleh setiap periode tertentu, disebut SHU. Rasio profitabilitas yang digunakan, diantaranya:
a. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Rasio ini merupakan perbandingan antara pendapatan dikurangi HPP dengan pendapatan. Semakin tinggi marjin laba kotor maka semakin baik dan secara relatif semakin rendah harga pokok barang yang dijual.
b. Marjin Laba Operasi (Operating Profit Margin)
Rasio ini mengukur laba yang dihasilkan murni dari operasi koperasi tanpa melihat beban keuangan (bunga) dan beban
(42)
dari pemerintah (pajak). Rasio ini membandingkan antara SHU sebelum pajak dengan pendapatan usaha.
c. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak dibandingkan dengan pendapatan usaha. Semakin tinggi rasio maka semakin baik kemampuan menghasilkan laba bersih.
d. Hasil Atas Aktiva (Return On Asset)
ROA adalah ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi rasio akan semakin baik ROA dirumuskan sebagai perbandingan antara SHU setelah pajak dengan total aktiva.
e. Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dengan modal yang dimiliki. Rentabilitas ekonomi membandingkan SHU setelah pajak dengan total modal.
f. Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas modal sendiri menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dengan modal sendiri. Rasio ini membandingkan antara SHU setelah pajak dengan modal sendiri.
5. Rasio PEARLS
Rasio PEARLS merupakan rasio yang digunakan khusus kepada Unit Simpan Pinjam. Rumusan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Sejak tahun 1990, WOCCU (World Council of Credit Union) telah menerapkan seperangkat rasio keuangan yang dikenal dengan sebutan PEARLS. Setiap huruf dalam PEARLS merupakan singkatan yang digunakan untuk mengukur bidang-bidang pokok dalam pengelolaan usaha simpan pinjam, yaitu:
(43)
a. Protection (Perlindungan)
Perlindungan diukur dengan cara membandingkan kecukupan cadangan risiko terhadap jumlah jumlah kelalaian pinjaman. Tingkat perlindungan dinyatakan cukup jika suatu unit simpan pinjam mempunyai cadangan risiko yang cukup untuk melindungi 100% jumlah kelalaian pinjaman yang lebih dari 12 bulan dan 35% bagi kelalaian pinjaman antara 1-12 bulan.
b. Effective Financial Structur (Struktur Keuangan yang Efektif)
Struktur keuangan unit simpan pinjam merupakan faktor terpenting dalam menentukan potensi pertumbuhan, kepastian pendapatan dan kekuatan keuangan secara keseluruhan. Perbandingan harta, kewajiban dan modal yang ideal sebagai berikut:
1) Harta, 95% harta produktif terdiri dari simpanan beredar (70-80%) dan investasi lancar (10-20%), 5% harta tidak produktif terutama berupa harta tetap (tanah, bangunan, sarana, dll).
2) Kewajiban, 70-80% simpanan non saham anggota.
3) Modal, 10-20% modal saham anggota dan 10% modal lembaga.
c. Asset Quality (Kualitas Harta)
Rasio kelalaian pinjaman, kurang dari 5%. Rasio kelalaian pinjaman menjadi ukuran terpenting dari kelemahan usaha simpan pinjam. Jika kelalaiannya tinggi, biasanya berpengaruh pada semua bidang pokok pengelolaan USP. Rasio harta tidak menghasilkan (non earning asset) maksimal 5%. Rasio pokok kedua adalah persentase dari harta tidak menghasilkan. Semakin tinggi rasionya, semakin sulit untuk memperoleh pendapatan yang cukup.
(44)
d. Rates of Return and Cost (Tingkat Pengembalian dan Biaya) Sistem PEARLS memilah semua komponen utama pendapatan bersih untuk membantu manajemen dalam menghitung hasil investasi dan biaya operasi. Dengan membandingkan struktur keuangan dengan hasil-hasil investasi memungkinkan untuk menetapkan bagaimana usaha simpan pinjam mampu menempatkan secara efektif sumber-sumber produktifnya dalam investasi yang menelurkan hasil terbaik.
Informasi pendapatan USP dari:
1) Pendapatan keuangan : pendapatan beredar, investasi lancar dan investasi keuangan.
2) Pendapatan non keuangan dan pendapatan lain-lain. Informasi biaya usaha simpan pinjam dipergunakan untuk: 1) Biaya keuangan : Bunga simpanan non saham anggota,
bunga pinjaman dari luar, bunga modal saham anggota. 2) Biaya operasi : Biaya personil, biaya organisasi, biaya
pemasaran, biaya administrasi dan biaya penyusutan. e. Liquidity (Likuiditas)
Likuiditas merujuk pada uang kas yang diperlukan untuk melayani penarikan simpanan non saham. Sistem PEARLS menganalisis likuiditas dari tiga perspektif, yaitu:
1) Cadangan likuiditas secara keseluruhan
Indikator ini mengukur persentase simpanan non saham yang diinvestasikan dalam harta lancar baik di KSP tingkat sekunder maupun Bank Umum. Nilai idealnya adalah antara 10-20% dari simpanan non saham.
2) Cadangan likuiditas
Cadangan likuiditas di tingkat sekunder sebaiknya menjadi kewajiban bagi setiap usaha simpan pinjam.
(45)
3) Dana lancar menganggur
Cadangan likuiditas ini penting, tetapi juga berarti biaya yang kehilangan peluang. Maka cadangan likuiditas menganggur diupayakan sampai tingkat minimum, bahkan sedekat mungkin dengan titik nadir.
f. Sign of Growth (Tanda-Tanda Pertumbuhan)
Satu-satunya cara yang paling berhasil untuk memelihara nilai harta adalah melalui pertumbuhan harta yang kuat dan akseleratif disertai dengan profitabilitas berkelanjutan. Pertumbuhan usaha simpan pinjam diukur dalam bidang-bidang pokok sebagi berikut:
1) Pertumbuhan harta seluruhnya (aset) 2) Pertumbuhan pinjaman beredar 3) Pertumbuhan simpanan non saham 4) Pertumbuhan simpanan saham 5) Pertumbuhan modal lembaga 6) Pertumbuhan anggota koperasi
Sistem PEARLS dirancang sebagai perangkat manajemen yang mampu mengidentifikasi segala permasalahan untuk membantu manajer menemukan solusi yang berarti terhadap kelemahan-kelemahan Usaha Simpan Pinjam. Dengan menggunakan sistem ini manajer dapat menempatkan bidang-bidang pokok yang bermasalah kemudian menyusun peraturan-peraturan yang diperlukan sebelum masalah menjadi serius. Intinya PEARLS adalah sistem peringatan dini yang memberikan informasi manajemen yang berharga. Penggunaan rumus-rumus rasio keuangan yang baku dalam sistem PEARLS akan mengurangi ragam kriteria evaluasi yang terdapat dalam usaha simpan pinjam. Sistem ini juga menciptakan bahasa keuangan yang universal sehingga setiap orang dapat mempelajari dan memahaminya. Apabila dibandingkan dengan sistem rasio keuangan yang lain,
(46)
ternyata sistem PEARLS mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
1) Sistem PEARLS mengevaluasi struktur keuangan dalam neraca. Inilah yang merupakan kerawanan dan keprihatinan sehingga pengelolaan usaha simpan pinjam melakukan restrukturisasi keuangan dalam neraca mencakup harta, kewajiban, dan modal. Struktur neraca mempunyai dampak langsung pada efisiensi dan probabilitas.
2) Sistem PEARLS secara khusus mengevaluasi tingkat pertumbuhan. Pertumbuhan harta seluruhnya merupakan strategi kunci yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang akan datang bersama-sama dengan devaluasi moneter dan inflasi yang melaju. Dalam lingkungan makro ekonomi yang relatif tidak bersahabat, usaha simpan pinjam harus memelihara tingkat pertumbuhan yang agresif jika ingin melindungi nilai hartanya.
B. Analisis Horisontal
Analisis horisontal atau yang lebih dikenal dengan analisis trend. Analisis trend digunakan untuk menilai perkembangan usaha perusahaan dari tahun ke tahun dengan cara melihat kecenderungan pergerakan pos-pos dalam laporan keuangan jika dibandingkan dengan pos yang sama pada tahun dasar. Analisis ini merupakan pelengkap bagi analisis rasio, dalam penelitian ini yang dijadikan tahun dasar adalah tahun 1999 karena merupakan tahun pertama dari deretan tahun-tahun yang dianalisis.
Secara matematis analisis trend ini dirumuskan sebagai berikut:
Rxt =
xo xt
P P
(47)
Keterangan: Rxt = nilai % tahun ke-t
Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar C. Analisis Vertikal
Analisis vertikal adalah analisis proporsi pos-pos laporan keuangan terhadap suatu nilai dalam laporan keuangan yang umum yaitu laporan laba rugi dan neraca keuangan. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai pos dasar adalah tahun 1999 karena menjadi tahun pertama dalam analisis.
Secara matematis analisis trend ini dirumuskan sebagai berikut:
Ryi =
yo yi
P P
x 100% ... (2) Keterangan:
Ryi = nilai % pos yang dibandingkan
Pyi = pos x dalam laporan keuangan tahun ke-i Pyo = pos dasar sebagai pembanding
3.4.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang
Faktor-faktor yang mempengaruhi piutang diketahui dari wawancara langsung, yaitu menanyakan secara langsung (bertatap muka) dengan narasumber yaitu pengelola KOPASJA mengenai permasalahan yang ada. Kemudian hasil wawancara dilakukan analisis deskriptif dan diuraikan secara deskriptif pula.
3.5. Definisi Operasional
1. Koperasi aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir mengadakan RAT atau koperasi yang dalam tahun terakhir melakukan kegiatan usaha.
2. Modal sendiri adalah modal yang menanggung risiko (modal ekuitas) atau merupakan kumulatif dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah.
(48)
3. Modal luar adalah modal yang dipinjam koperasi yang berasal dari anggota, koperasi lainnya, bank/lembaga keuangan, penerbitan obligasi/surat berharga dan sumber-sumber lainnya.
4. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota dan tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
5. Simpanan saham terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib. 6. Simpanan non saham terdiri dari simpanan sukarela, simpanan bunga
harian, simpanan sukarela berjangka dan lain-lain.
7. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu dan dapat diambil dengan cara-cara yang dapat diatur lebih lanjut.
8. Simpanan sukarela adalah jumlah tertentu yang diserahkan oleh anggota atau bukan anggota terhadap koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan yang dapat diambil sewaktu-waktu.
9. Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang di peroleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. 10. Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan
(49)
IV. GAMBARAN UMUM KOPERASI
4.1. Sejarah KOPASJA
KOPASJA didirikan sejak tanggal 2 September 1989 dengan status belum berbadan hukum walaupun telah memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Awalnya KOPASJA diarahkan sebagai koperasi yang bergerak dalam bidang Jasa Pelayanan Keuangan. Selama tiga tahun, kondisi KOPASJA bertahan sebagai lembaga keuangan bagi anggotanya.
Pada tahun 1992, tepatnya pada tanggal 29 Januari KOPASJA memperoleh Status Badan Hukum Koperasi berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi DKI Jakarta No. 4/BPLP/X/I/1992. Ruang lingkup bidang usaha KOPASJA menjadi Koperasi Serba Usaha. Namun demikian, pada tahap awal berdasarkan kesepakatan Rapat Anggota KOPASJA masih cenderung diarahkan pada usaha Lembaga Simpan Pinjam yang merupakan dasar terciptanya sumber pembiayaan dari, oleh dan untuk anggotanya dengan jasa yang layak.
Kecenderungan usaha dimaksudkan untuk memberikan pelayanan pinjaman kepada anggota terutama kepada pegawai yang berpangkat golongan rendah agar dapat mengurangi ketergantungannya kepada pelepas uang (rentenir) yang pada gilirannya pelepas uang (rentenir) tersebut hanya akan menyalahgunakan kelemahan pegawai yang membutuhkan dana.
Pada perkembangannya, KOPASJA tidak lagi semata-mata sebagai sumber pinjaman dengan prosedur yang sederhana dan jasa pinjaman yang layak, tetapi telah mengupayakan anggotanya agar dapat merasakan bahwa koperasi dapat pula menguntungkan sebagai tempat menyimpan atau investasi yang aman dan likuid disertai hasil yang baik. Oleh karena itu, KOPASJA yang pada awalnya beranggotakan pegawai yang berorientasi meminjam menjadi berorientasi menyimpan.
(50)
4.2. Profil KOPASJA
KOPASJA sebagai koperasi yang berada di lingkungan Departemen Keuangan. KOPASJA berlokasi di Jl. Dr. Wahidin, Lantai Dasar Gedung 16 Lantai, Jakarta 10710, termasuk Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kotamadya Jakarta Pusat, Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Suatu organisasi tidak akan pernah luput dari visi yang ingin dicapainya, demikian halnya dengan KOPASJA. Sebagai koperasi, KOPASJA memiliki visi atau tujuan yaitu:
1. Mengembangkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan lingkungan kerja pada umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Menghimpun, mengarahkan, memupuk dana dan menciptakan sumber pembiayaan serta sebagai wahana investasi.
3. Mengembangkan sikap menghemat dari penggunaan uang secara bijaksana dan berencana dari anggotanya.
Asas yang diterapkan dalam menjalankan operasional KOPASJA adalah asas kekeluargaan dan kegotongroyongan. Adapun prinsip-prinsip yang dipegang teguh oleh KOPASJA sama dengan apa yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992, yaitu: a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka,
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis,
c. Pembagian SHU dilaksanakan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota,
d. Pembagian balas jasa yang terbatas pada modal, e. Kemandirian,
f. Pendidikan perkoperasian, g. Kerjasama antarkoperasi.
Dilihat dari bentuknya, KOPASJA merupakan salah satu koperasi primer yang ada di Indonesia. KOPASJA diperuntukkan khusus kepada pegawai yang bekerja di lingkungan Departemen Keuangan, hal ini mengindikasikan bahwa KOPASJA merupakan Koperasi Pegawai.
(51)
KOPASJA berbadan hukum pada tanggal 29 Januari 1992 dengan Status Badan Hukum Koperasi Serba Usaha di mana sebelumnya masih menjadi Lembaga Jasa Pelayanan Keuangan. Sebagai Koperasi Serba Usaha, KOPASJA cukup lama untuk membuka unit baru selain USP, yaitu UBU. Unit tersebut baru diselenggarakan pada bulan Oktober 1999 berarti terdapat jangka waktu sebesar tujuh tahun sejak diperoleh status badan hukum. Hingga bulan Mei 2002 kedua unit KOPASJA tersebut masih tetap bertahan.
Namun, pada bulan Juni 2002 operasional UBU tidak lagi dikelola oleh KOPASJA. Terhitung sejak tanggal 1 Juni 2002 UBU yang diwakili oleh Warung Serba Ada (Waserda) telah dilakukan kerjasama pemanfaatan ruangan antara KOPASJA dengan pihak ketiga dalam hal ini Ir. R. M. Tony Subagio, Direktur CV. Hepton Gemilang Prima (HGP). Perjanjian kerjasama ini berlaku dalam jangka waktu lima tahun sehingga akan berakhir pada tanggal 31 Mei 2007.
Pada periode analisis, yaitu 1999-2004 KOPASJA telah melaksanakan program kerja yang memberikan perubahan yang besar dalam tubuh KOPASJA. Hal ini dapat diketahui dengan adanya UBU pada tanggal 30 Oktober 1999 yaitu dengan menyelenggarakan Waserda, jasa boga, biro perjalanan dan jasa konsultasi arsitektur. Selain itu KOPASJA juga melakukan kerjasama dengan:
1. Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Jakarta di mana KOPASJA sebagai anggota simpan pinjam.
2. Perum sarana Pengembangan Usaha (eks Perum PKK) di mana KOPASJA sebagai penerima pinjaman.
3. PT Jasa Raharja di mana KOPASJA sebagai penerima pinjaman.
4. Warung makanan khas Jawa Timur di mana KOPASJA sebagai fasilitator pemanfaatan ruangan, di mana dilaksanakan oleh Pengurus Bidang Perkreditan dan Pengurus Bidang Aneka Usaha.
5. PT Mitratama, yaitu biro perjalanan di mana KOPASJA sebagai mitra pemasaran.
(52)
KOPASJA dalam menjalankan operasionalnya memiliki kegiatan rutin yang bertujuan untuk menghidupkan dan mengembangkan koperasi seperti:
a. Mensosialisasikan koperasi di lingkungan Departemen Keuangan,
b. Melakukan pengawasan administrasi keuangan setiap bulan sekali pada minggu ketiga,
c. Meningkatkan pelayanan anggota, d. Meningkatkan jumlah pinjaman anggota,
e. Menyelenggarakan program pendidikan anggota tentang perkoperasian melalui kerjasama dengan Pukopdit Jakarta dan Kantor Koperasi Kodya Jakarta Pusat,
f. Memperluas bidang usaha koperasi.
4.2.1.Unit Simpan Pinjam
USP merupakan unit yang menjadi primadona dari KOPASJA. Unit ini telah menjalankan operasinya sejak berdirinya KOPASJA yaitu sebelum memiliki status badan hukum. USP KOPASJA mengelola uang yang dihimpun dari anggota dan menyalurkannya kepada anggota dengan cara memberikan pinjaman kepada anggota.
Selama ini USP menyokong KOPASJA dengan melaksanakan kegiatan atau program sebagai berikut:
1. Melaksanakan program penambahan anggota dalam hal ini memproses serta mengadministrasikan permohonan anggota KOPASJA yang baru masuk menjadi anggota, selama menjadi anggota dan berhenti dari keanggotaan KOPASJA.
2. Melaksanakan pencatatan atas seluruh penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan manajemen, organisasi serta semua transaksi termasuk permohonan pinjaman dan angsuran para anggota KOPASJA.
3. Menyiapkan laporan keuangan untuk keperluan anggota, pengurus, organisasi, koperasi lainnya serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan KOPASJA.
(53)
4. Melaksanakan kegiatan menampung para pelajar dan mahasiswa yang melakukan praktek kerja lapangan dengan persetujuan pengurus.
5. Membantu pengurus dalam mempersiapkan surat-menyurat untuk kepentingan kerjasama KOPASJA dengan pihak lain.
6. Mengupayakan adanya perwakilan di setiap unit eselon I, II dan III yang telah menjadi anggota KOPASJA.
7. Menerima penawaran untuk mengikuti pendidikan bagi para anggota KOPASJA dari Lembaga Pendidikan dan Training Seminar/Lokakarya tentang koperasi.
8. Mengupayakan untuk meniadakan atau memperkecil kredit macet para anggota KOPASJA.
9. Melaksanakan RAT
4.2.2.Unit Bidang Usaha
UBU diadakan dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota, memperluas bidang usaha KOPASJA serta mendukung perkembangan KOPASJA sebagaimana tertuang dalam RAT ke-7 tahun 1998.
Pada uraian di atas telah dipaparkan bahwa UBU menyelenggarakan kegiatan yang dianggap produkif dan menguntungkan seperti:
a. Warung Serba Ada (Waserda), berfungsi sebagai toko yang menyediakan kebutuhan antara lain bahan pokok sehari-hari, pakaian jadi, obat-obatan, barang elektronik, barang asesoris dan kerajinan tangan. Usaha ini perkembangannya kurang menggembirakan, sehingga pada tahun 2002 diadakan kerjasama pemanfaatan ruangan dengan pihak ketiga, di mana pihak ketiga memperoleh fasilitas:
1. Nurkusuma Salon
2. Klinik Akupunktur Virkist 3. Wartel Gemilang
(54)
5. Photocopy 6. Bakery IRMA 7. Ayam Goreng
b. Jasa Boga, berfungsi sebagai tempat pelayanan penyediaan makanan antara lain soto, tahu campur dan makanan khas daerah lainnya. Usaha ini menggunakan sistem bagi hasil dengan pihak ketiga. c. Biro Perjalanan, berfungsi sebagai tempat pelayanan pengadaan
tiket pesawat udara, kereta api, kapal laut dan transportasi lainnya. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama dua tahun. Pada bulan Oktober 2001, pihak Biro Perjalanan menyatakan untuk mengundurkan diri karena tidak dapat berkembang seperti yang diharapkan.
d. Jasa Konsultasi Arsitektur, berfungsi sebagai tempat pelayanan konsultasi gratis di bidang arsitektur setiap hari Rabu.
e. Pemberian kredit roda dua, bekerjasama dengan Puskopdit Jakarta. Usaha ini dimulai pada tahun 2001 dan hanya berlangsung sampai tahun 2002. Bagi para anggota KOPASJA yang berminat untuk membeli motor dan barang-barang elektronik dapat mengajukan kredit pinjaman seperti pengajuan pinjaman untuk keperluan lainnya.
4.2.3. Keanggotaan
Semboyan KOPASJA adalah dari, oleh dan untuk anggota sehingga tindakan atau kebijakan apapun yang dilaksanakan KOPASJA bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Oleh karena itu, anggota merupakan elemen terpenting dalam tubuh KOPASJA. Untuk menjadi anggota KOPASJA, pegawai Departemen Keuangan harus memenuhi beberapa prosedur penerimaan anggota.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada pengurus dan mendapat dukungan atau rekomendasi dari salah seorang anggota pengurus atau dua orang anggota KOPASJA. Permohonan tersebut harus mendapatkan jawaban diterima atau ditolak dari pengurus paling lama satu bulan
(55)
sejak permohonan diajukan sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar pasal 5 ayat 6-7.
Anggota KOPASJA memiliki hak dan kewajiban baik sebagai pemilik maupun pengguna jasa. Kedua peran tersebut dijalankan secara bersamaan. Anggota KOPASJA dapat terbagi dua kelompok yaitu anggota biasa dan anggota luar biasa. Anggota luar biasa tidak memiliki hak memilih dan dipilih.
Adapun hak anggota sebagaimana terdapat dalam Anggaran Dasar pasal 5 ayat 4-5, yaitu:
a. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam Rapat Anggota.
b. Memilih dan atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas.
c. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar
d. Mengemukakan pendapat dan saran kepada pengurus di luar Rapat Anggota baik diminta maupun tidak.
e. Mendapatkan pelayanan kegiatan usaha koperasi yang sama antar sesama anggota.
f. Mendapatkan bagian SHU sesuai dengan jasa usaha masing-masing anggota terhadap koperasi.
g. Mendapatkan bagian sisa hasil penyelesaian.
Selain itu, setiap anggota memiliki kewajiban yang harus dijalankan yaitu:
a. Memenuhi AD, ART dan keputusan Rapat Anggota serta ketetapan Pengurus.
b. Membayar simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lainnya yang diputuskan oleh Rapat Anggota.
c. Partisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi.
(1)
72
Tahun
No. Aspek dan formulasi
1999 2000 2001 2002
Ideal Kondisi Koperasi 3-P3 Kemampuan mengembalikan hak-hak anggota bilamana terjadi
likuidasi (solvabilitas)
Total aset – (kelalaian pinjaman + aset bermasalah) x 100% Total aset
113,8 104,1 97,44 93,83 ≥ 100% Menurun
II 1-E1
E = Effective Financial Structure
Rasio pinjaman beredar = Saldo pinjaman x 100% Total aset
79,44 79,26 77,71 77,14 70-80% Ideal 2-E2 Rasio investasi lancar = Investasi lancar x 100%
Total aset
20,56 20,74 22,29 22,86 ≤ 20% Mendekati
ideal
3-E3 Rasio simpanan non saham = Total simpanan non saham x 100% Total aset
67,99 70,69 72,94 76,73 70-80% Ideal 3-E4 Rasio utang = Total pinjaman yang diterima x 100%
Total aset
11,96 5,79 1,51 0,28 minimum Ideal
3-E5 Rasio simpanan saham = Total simpanan saham x 100% Total aset
13,75 17,08 20 19,99 10 - 20% Ideal 3-E6 Rasio modal lembaga = (Dana cadangan + donasi) x 100%
Total aset
5,84 5,91 4,46 2,48 ≥ 10% Jauh dari
ideal III
1-A1
A =Asset Quality
Rasio Delinquency atau Non Perfoaming Loan = Total kelalaian x 100%
Total saldo pinjaman
8,76 10,78 12,14 11,98 < 5% Jauh dari ideal
IV 1-R1
R = Rates of Return and Cost Rasio pendapatan dari pinjaman
= (Bunga + service fee + denda) x 100% Rata-rata saldo pinjaman
18,33 18,53 19,6 25,0 20-35% Mendekati ideal
(2)
73
Tahun
No. Aspek dan formulasi
1999 2000 2001 2002
Ideal Kondisi Koperasi 2-R2 Rasio biaya untuk simpanan non saham
= Total biaya simpanan non saham x 100% Rata-rata saldo simpanan non saham
6,21 6,43 7,04 9,37 > inflasi fluktuasi
3-R3 Rasio biaya pinjaman yang diterima = Total biaya bunga utang x 100 % Rata-rata saldo utang
26,42 11,41 4,13 27,26 ≥ R2 Fluktuasi
4-R4 Rasio dividen = Total dividen x 100% Rata-rata simpanan saham
2,04 4,85 3,25 1,04 ≥ R2 Jauh dari
ideal 5-R5 Rasio SHU kotor
= (Total pendapatan kotor – biaya bunga-dividen) x 100% Rata-rata aset
10,7 9,9 9,4 10,9 15-20% Kurang ideal
6-R6 Rasio biaya operasional = Total biaya operasional x 100% Rata-rata aset
5,77 5,91 6,98 9,65 3-10% Ideal 6-R7 Rasio SHU bersih = SHU bersih x 100%
Rata-rata aset
0,4 0,47 1,09 0,2 > 1% Kurang
ideal V
1-L1
L = Liquidity Rasio likuiditas aset
= (Aset likuid – kewajiban < 30 hari ) x 100% Total simpanan non saham
(91,35) (96,75) (96,79) (96,18) 10-20% Jauh dari ideal
VI 1-S1
S = Signs of Growth Pertumbuhan asset
= (Total aset tahun ini-total aset tahun lalu) x 100% Total aset tahun lalu
16,6
11,3 8,9 21 > inflasi Fluktuasi 2-S2 Pertumbuhan pinjaman
(Saldo pinjaman tahun ini - saldo pinjaman tahun lalu) x 100% Saldo pinjaman tahun lalu
(3)
74
Tahun
No. Aspek dan formulasi
1999 2000 2001 2002
Ideal Kondisi Koperasi 3-S3 Pertumbuhan simpanan non saham
(Total simpanan non saham tahun ini – total simpanan non saham tahun lalu) x 100%
Total simpanan non saham tahun lalu
13,6 15,7 12,4 27,34 S1<S3<E3 Ideal
4-S4 Pertumbuhan pinjaman yang diterima
(Saldo utang tahun ini – saldo utang tahun lalu) x 100% Saldo utang tahun lalu
18,81 (94,65) (71,59) (77,04) E3<S4<E4 Kurang ideal 5-S5 Pertumbuhan simpanan saham
(Simpanan saham tahun ini – simpanan saham tahun lalu) x 100% Simpanan saham tahun lalu
40,5 38,4 27,5 20,9 S1<S5<E5 Kurang ideal 6-S6 Pertumbuhan modal lembaga
(Modal lembaga tahun ini – modal lembaga tahun lalu) x 100% Modal lembaga tahun lalu
(5,1) 12,66 (17,84) (23,41) S1<S6<E6 Kurang ideal 7-S7 Pertumbuhan anggota
(Jumlah anggota tahun ini – jumlah anggota tahun lalu) x 100%) Jumlah anggota tahun lalu
7,76 6,5 12,4 (2,7) > 5% Kurang ideal (+) Loan to Deposits Ratio (LDR) 116,82 112,11 106,55 100,52 100-120% Ideal Keterangan :
Inflasi 1999 = 2,01% Inflasi 2000 = 9,35% Inflasi 2001 = 12,55% Inflasi 2002 = 10,03%
Kelalaian pinjaman: 1999 = Rp 59.856.214,00 2001 = Rp 98.375.410,00
(4)
1999 2000 2001 2002 1999 2000 2001 2002 1999 2000 2001 2002
Kas 8586801 1351980 705065 380000 4483400 6881800 2923342 0 13070201 8233780 3628407 380000
Bank 26229214 13147255 55170908 23516212 2777060 6354257 8499632 8348904 29006274 19501512 63670540 31865116
Sibuhar pada PUSKOPDIT 2633900 2633900 3244400 3244400 0 0 0 0 2633900 2633900 3244400 3244400
Piutang anggota 683290123 758901386 810341108 973611264 12198466 20101250 71689049 214216148 695488589 779002636 882030157 1187827412
Piutang adum 33724805 35166034 34094065 34094065 0 33724805 0 0 33724805 35266034 34094065 34094065
Piutang antarunit 75271077 95548106 97213998 97213998 0 0 0 0 0 0 0 0
Persediaan 0 0 0 0 26498592 30824804 31672725 0 26498592 30824804 31672725 0
Aktiva lancar 829735920 906748661 1000769544 1132059939 45957518 97886916 114784748 222565052 800422361 875462666 986667569 1257410993
Investasi pada BRI 3500000 23500000 3500000 19656030 0 0 0 8785542 3500000 23500000 3500000 284415572
Simpanan pada BK3D 26949300 27249300 38486300 41986300 0 0 2245000 0 26949300 27249300 40731300 41986300
Penyertaan 30449300 50749300 41986300 61642330 0 0 2245000 8785542 30449300 50749300 44231300 70427872
Aktiva koperasi 0 0 0 68495401 35071447 46090502 57394811 57394811 35071447 46090502 57394811 125890212
Aktiva tetap 0 0 0 68495401 35071447 4609502 57394811 57394811 35071447 46090502 57394811 125890212
TOTAL AKTIVA 860185220 957497961 1042755844 1262197670 81028965 110252613 174424559 288745405 865943108 972202468 1119966405 1453729077
Simpanan sukarela 432921314 526921689 610535865 818510001 0 0 0 0 432921314 526921689 610535865 818510001
Simpanan khusus 152000000 150000000 150000000 150000000 0 0 0 0 152000000 150000000 150000000 150000000
Hutang pajak 681023 853511 1749687 235755 863683 2134720 0 45482 1544706 2988231 1749687 281237
Hutang Puskopdit 0 0 0 0 0 0 75000000 0 0 0 75000000 0
Hutang lancar 585602337 677775200 762285552 918745756 863683 2134720 75000000 45482 586466020 679909920 837285552 968791238
Hutang Perum PKK 68750000 31250000 0 0 0 0 0 43750000 68750000 31250000 0 43750000
Hutang ANTAM 33503958 23415250 14022287 3384371 0 0 0 0 33503958 23415250 14022287 3384371
Hutang antarunit 0 0 0 0 75271077 95548106 97213998 97213998 0 0 0 0
Hutang Jasa Raharja 0 0 0 0 0 0 0 87719298 0 0 0 87719298
Hutang jangka panjang 102253958 5466250 14022287 0 75271077 95548106 97213998 228683296 102253958 54665250 14022287 134853669 Total Kewajiban 687856295 732440450 776307839 972130127 76134760 97682826 172213998 228728778 688719978 734575170 851307839 1103644907
Smpanan pokok 11730000 15210000 20990000 21485000 0 0 0 0 11730000 15210000 20990000 21485000
Simpanan wajib 106506370 148416520 187665360 230851860 0 0 0 0 106506370 148416520 187665360 230851860
Dana-dana 38353910 44714910 30952905 30898904 0 893768 893768 46400931 38353910 45608678 31846673 77299835
Cadangan koperasi 11879518 11879518 15542161 4709984 0 4700437 4700437 13206358 11879518 16579955 20242598 17916342
SHU 3859127 4836563 11297579 2121795 4894205 6975582 -3383644 409338 8753332 11812145 7913935 2531133
Total Modal 172328926 225057511 266488005 290067543 4894205 12569787 2210561 60016627 177223130 237627298 268658566 350084170 TOTAL PASIVA 860185220 957497961 1042755844 1262197670 81028965 110252613 174424559 288745405 865943109 972202468 1119966405 1453729077 Lampiran 3. Neraca KOPASJA periode 1999-2002
USP UBU KONSOLIDASI
(5)
1999 2000 2001 2002 I. Pendapatan dan Beban Operasional
A. Pendapatan Operasional Pendapatan Penjualan
1. Pendapatan toko 50570080 250088525 171263150 120546600
2. Pendapatan ATK 20300400 1768845 0 0
3. Penjualan kredit 12794616 27609400 84001160 0
4. Pendapatan VCD 2109000 2182500 616001 0
5. Pendapatan travel 553500 3775000 0 0
6. Pendapatan makanan 466500 6036000 7280000 0
7. Pendapatan konsinyasi 415450 7426750 26959850 0
JUMLAH 87209546 298887020 290120161 120546600
B. HPP
Persediaan awal 0 26498592 30824804 31672725
Pembelian 87744300 252258276 244864782 28382350
Barang tersedia dijual 87744300 278756868 275689586 60055075
Persediaan akhir 26498592 30824804 31672725 0
HPP 61245758 247932064 244016861 60055075
C. SHU Kotor 25963788 50954956 46103300 60491525
D. Beban usaha
Beban operasional 7690900 29786217 44877892 55458350
II. Hasil Usaha
SHU 18272888 21168739 1225408 5033175
III. Beban Organisasi & penyusutan
Beban organisasi& penyusustan 12515000 12058437 4609052 4578355
SHU sebelum pajak 5757888 9110302 -3383644 454820
Taksiran pajak 863683 2134720 0 45482
SHU besih 4894205 6975582 -3383644 409338
1999 2000 2001 2002
Pendapatan 240175731 452808271 454774842 324962376
HPP 61245758 247 932064 244016861 60055075
SHU Kotor 178929973 204876207 210757981 264907301
Beban Usaha 70905742 92262269 107916300 145351461
SHU Kotor 108024231 112613938 102841681 119555840
Beban Perkoperasian 71580867 71762476 75759293 102681536
Pendapatan & Beban lain -25552906 -20369901 -16244807 -14061934
SHU sebelum pajak 10890458 20481561 10837581 2812370
Pajak 2137126 8669416 2923646 281237
SHU setelah pajak 8753332 11812145 7913935 2531133
Uraian
Tahun Lampiran 5. Laporan laba rugi UBU KOPASJA periode 1999-2002
Uraian
Tahun
(6)
1999 2000 2001 2002 I. Pendapatan dan Beban Operasional
A. Pendapatan operasional Pendapatan bunga
1. Bunga pinjaman 142501522 144897159 151227651 191744672
2. Bunga bank
-Giro 651732 692274 873972 1936734
-Deposito 2315360 785954 710575 0
3. Bunga Puskopdit 1784200 2338000 3710500 0
4. Service fee 3099075 3225000 3930300 7207000 5. Pendapatan operasional lain
-Denda 2219296 1356864 2765683 2731870
-Uang pangkal 395000 560000 1385000 480000
-Uang pengganti buku 0 4000 51000 159500
-Bidang usaha 0 62000 0 156000
JUMLAH 152966185 153921251 164654681 204415776
B. Beban operasional 1. Beban bunga
-Simpanan khusus 318514 0 0 0
-Simpanan yayasan 22208887 18978653 18013416 18620202
-Simpanan sukarela 23881158 29096555 34646134 51475779
2. Bunga pinjaman
-Pinjaman Puskopdit 5545900 0 0 0
-Pinjaman Jasa Raharja 0 0 0 5500000
-Pinjaman ANTAM 1390864 1049034 639036 332965
-Pinjaman Perum PKK 734375 3093750 859375 4062500
-Pinjaman PERURI 1920980 0 0 0
3. Premi Asuransi
-Siharta 820000 3503000 1208007 3514526
-Kredit 5980845 5576923 6835666 5002139
4. Administrasi Bank 413319 1178137 836774 1385000
5. Beban operasional
-Adum 51580867 49298132 52340000 66013291
-Organisasi 7485000 10405907 18810241 32089890
JUMLAH 59065867 59704039 71150241 98103181
HASIL USAHA 30685476 31741160 30466032 16419484
II. Pendapatan dan Beban Non Operasional
A. Pendapatan non operasional 0 0 0 0
B. Beben non operasional
1. RAT 24844000 19578150 15000000 12658997
2. Balas Jasa Anggota 645994 556652 973260 0
3. Pajak Jasa Giro 62912 235099 271547 1402937
JUMLAH 25552906 20369901 16244807 14061934
JUMLAH A-B -25552906 -20369901 -16244807 -14061934
SHU sebelum pajak 5132570 11371259 14221225 2357550
Pajak tahun lalu 592420 5681785 1668359 235755
Pajak tahun berjalan 681023 853511 1255287 0
SHU setelah pajak 3859128 4836563 11297579 2121795
Uraian
Tahun Lampiran 4. Laporan laba rugi USP KOPASJA periode1999-2002