Lokasi dan Waktu Penelitian Definisi Operasional

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Koperasi Pegawai Arta Sarana Jahtera KOPASJA Departemen Keuangan Republik Indonesia. KOPASJA berlokasi di Jl. Dr. Wahidin, Lantai Dasar Gedung 16 Lantai, Jakarta 10710. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2006. 3.3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak manajemen KOPASJA. Adapun data sekunder diperoleh dari laporan manajemen koperasi yang meliputi laporan keuangan tahunan koperasi, laporan pertanggungjawaban pengurus dan laporan pengawas dan prosedur pengajuan, pemberian, pembayaran, penagihan piutang serta literatur- literatur koperasi yang terkait dengan kebutuhan data penelitian. Sumber data diperoleh dari data eksternal, seperti data dari instansi luar yang terkait dan data internal, seperti data dari koperasi. Sebagai penunjang, dikumpulkan juga informasi dan data dari instansi yang terkait yaitu Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Departemen Keuangan RI, Badan Pusat Statistik RI, Perpustakaan LSI IPB, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Perpustakaan Departemen Manajemen serta berbagai instansi lainnya serta literatur yang relevan dengan penelitian.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diseleksi untuk mengurangi terjadinya kesalahan, diolah dengan melakukan tabulasi terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam menginterpretasikan data, kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah secara manual maupun secara komputerisasi dengan menggunakan analisis rasio, analisis horisontal dan analisis vertikal. Data yang diolah disajikan dalam bentuk tabel dan grafik agar mudah dibaca. Selanjutnya data tersebut diuraikan secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk uraian deskriptif. Pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan hasil dan analisis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pendekatan akuntansi dan statistik.

3.4.1. Analisis Penilaian Kinerja Piutang

Analisis kinerja piutang dapat dilaksanakan dengan menggunakan analisis rasio, analisis horisontal dan analisis vertikal. Analisis-analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja piutang koperasi, apakah dalam keadaan naik, turun atau stabil. Kemudian, apakah kondisi koperasi dalam keadaan ideal atau tidak. A. Analisis Rasio Analisis rasio digunakan untuk melihat perkembangan kinerja keuangan terutama yang berkaitan dengan kinerja piutang koperasi. Lihat Lampiran 2. Dalam menganalisis hal tersebut digunakan rasio utama dan PEARLS, rasio utama merujuk pada Gill 2004 dan PEARLS merujuk pada Rebowo 2001 yaitu: 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio ini dapat menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri atas: a. Rasio Cepat Quick Ratio Rasio cepat merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang kurang likuid. Rasio ini mengukur kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajibannya tanpa memperhitungkan persediaan. b. Rasio Posisi Kas Cash Ratio Rasio posisi kas merupakan perbandingan antara kas ditambah bank dengan hutang lancar. Rasio ini mengukur kemampuan koperasi yang sesungguhnya untuk memenuhi hutang-hutangnya tepat pada waktunya. Semakin tinggi rasionya tidak selalu berakibat baik karena kas yang banyak berada di tangan memperlihatkan dana yang menganggur. c. Rasio Lancar Current Ratio Rasio lancar digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan antara aktiva lancar dan pasiva lancar. Semakin besar nilai rasio maka semakin likuid. 2. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui kecepatan beberapa perkiraan menjadi penjualan atau kas. Rasio aktivitas terdiri atas: a. Rasio Perputaran Piutang Account Receiveable Turn-Over Ratio Rasio ini menunjukkan berapa kali koperasi menagih piutangnya dari pemberian pinjaman anggota dan penjualan kredit dalam satu periode. Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah pemberian pinjaman anggota dan penjualan kredit dengan rata-rata piutang. Jika koperasi memiliki kesulitan dalam penagihan maka koperasi mempunyai saldo piutang yang besar atau over investment dalam piutang dan rasionya rendah yang mengakibatkan inefisiensi. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik maka saldo piutang rendah sehingga rasionya tinggi. b. Hari Rata-Rata Pengumpulan Piutang Average Collection Period Rasio ini mengukur pengelolaan piutang yang efisien pada koperasi dan menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu koperasi setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Rasio ini membandingkan antara piutang dengan jumlah pemberian pinjaman anggota dan penjualan kredit360. Dari perhitungan tersebut bermanfaat untuk mengevaluasi kebijakan pinjaman dan penagihan karena dapat diketahui apakah hari rata-rata pengumpulan piutang realisasi sesuai dengan standar atau tidak. Apabila hari rata- rata pengumpulan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti bahwa cara pengumpulan piutangnya kurang efisien. 3. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas mengukur kemampuan koperasi untuk membayar semua utang-utangnya, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total utang. Ukuran ini mensyaratkan agar koperasi mampu memenuhi semua kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi ideal koperasi adalah apabila koperasi dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya likuid dan juga memenuhi kewajiban jangka panjangnya solvable. 4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas disebut juga dengan rasio rentabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam memperoleh keuntungan dari kegiatan usaha dan modal yang diberikan. Koperasi menghasilkan laba yang diperoleh setiap periode tertentu, disebut SHU. Rasio profitabilitas yang digunakan, diantaranya: a. Marjin Laba Kotor Gross Profit Margin Rasio ini merupakan perbandingan antara pendapatan dikurangi HPP dengan pendapatan. Semakin tinggi marjin laba kotor maka semakin baik dan secara relatif semakin rendah harga pokok barang yang dijual. b. Marjin Laba Operasi Operating Profit Margin Rasio ini mengukur laba yang dihasilkan murni dari operasi koperasi tanpa melihat beban keuangan bunga dan beban dari pemerintah pajak. Rasio ini membandingkan antara SHU sebelum pajak dengan pendapatan usaha. c. Marjin Laba Bersih Net Profit Margin Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak dibandingkan dengan pendapatan usaha. Semakin tinggi rasio maka semakin baik kemampuan menghasilkan laba bersih. d. Hasil Atas Aktiva Return On Asset ROA adalah ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi rasio akan semakin baik ROA dirumuskan sebagai perbandingan antara SHU setelah pajak dengan total aktiva. e. Rentabilitas Ekonomi Rentabilitas ekonomi menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dengan modal yang dimiliki. Rentabilitas ekonomi membandingkan SHU setelah pajak dengan total modal. f. Rentabilitas Modal Sendiri Rentabilitas modal sendiri menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dengan modal sendiri. Rasio ini membandingkan antara SHU setelah pajak dengan modal sendiri. 5. Rasio PEARLS Rasio PEARLS merupakan rasio yang digunakan khusus kepada Unit Simpan Pinjam. Rumusan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Sejak tahun 1990, WOCCU World Council of Credit Union telah menerapkan seperangkat rasio keuangan yang dikenal dengan sebutan PEARLS. Setiap huruf dalam PEARLS merupakan singkatan yang digunakan untuk mengukur bidang-bidang pokok dalam pengelolaan usaha simpan pinjam, yaitu: a. Protection Perlindungan Perlindungan diukur dengan cara membandingkan kecukupan cadangan risiko terhadap jumlah jumlah kelalaian pinjaman. Tingkat perlindungan dinyatakan cukup jika suatu unit simpan pinjam mempunyai cadangan risiko yang cukup untuk melindungi 100 jumlah kelalaian pinjaman yang lebih dari 12 bulan dan 35 bagi kelalaian pinjaman antara 1-12 bulan. b. Effective Financial Structur Struktur Keuangan yang Efektif Struktur keuangan unit simpan pinjam merupakan faktor terpenting dalam menentukan potensi pertumbuhan, kepastian pendapatan dan kekuatan keuangan secara keseluruhan. Perbandingan harta, kewajiban dan modal yang ideal sebagai berikut: 1 Harta, 95 harta produktif terdiri dari simpanan beredar 70-80 dan investasi lancar 10-20, 5 harta tidak produktif terutama berupa harta tetap tanah, bangunan, sarana, dll. 2 Kewajiban, 70-80 simpanan non saham anggota. 3 Modal, 10-20 modal saham anggota dan 10 modal lembaga. c. Asset Quality Kualitas Harta Rasio kelalaian pinjaman, kurang dari 5. Rasio kelalaian pinjaman menjadi ukuran terpenting dari kelemahan usaha simpan pinjam. Jika kelalaiannya tinggi, biasanya berpengaruh pada semua bidang pokok pengelolaan USP. Rasio harta tidak menghasilkan non earning asset maksimal 5. Rasio pokok kedua adalah persentase dari harta tidak menghasilkan. Semakin tinggi rasionya, semakin sulit untuk memperoleh pendapatan yang cukup. d. Rates of Return and Cost Tingkat Pengembalian dan Biaya Sistem PEARLS memilah semua komponen utama pendapatan bersih untuk membantu manajemen dalam menghitung hasil investasi dan biaya operasi. Dengan membandingkan struktur keuangan dengan hasil-hasil investasi memungkinkan untuk menetapkan bagaimana usaha simpan pinjam mampu menempatkan secara efektif sumber-sumber produktifnya dalam investasi yang menelurkan hasil terbaik. Informasi pendapatan USP dari: 1 Pendapatan keuangan : pendapatan beredar, investasi lancar dan investasi keuangan. 2 Pendapatan non keuangan dan pendapatan lain-lain. Informasi biaya usaha simpan pinjam dipergunakan untuk: 1 Biaya keuangan : Bunga simpanan non saham anggota, bunga pinjaman dari luar, bunga modal saham anggota. 2 Biaya operasi : Biaya personil, biaya organisasi, biaya pemasaran, biaya administrasi dan biaya penyusutan. e. Liquidity Likuiditas Likuiditas merujuk pada uang kas yang diperlukan untuk melayani penarikan simpanan non saham. Sistem PEARLS menganalisis likuiditas dari tiga perspektif, yaitu: 1 Cadangan likuiditas secara keseluruhan Indikator ini mengukur persentase simpanan non saham yang diinvestasikan dalam harta lancar baik di KSP tingkat sekunder maupun Bank Umum. Nilai idealnya adalah antara 10-20 dari simpanan non saham. 2 Cadangan likuiditas Cadangan likuiditas di tingkat sekunder sebaiknya menjadi kewajiban bagi setiap usaha simpan pinjam. 3 Dana lancar menganggur Cadangan likuiditas ini penting, tetapi juga berarti biaya yang kehilangan peluang. Maka cadangan likuiditas menganggur diupayakan sampai tingkat minimum, bahkan sedekat mungkin dengan titik nadir. f. Sign of Growth Tanda-Tanda Pertumbuhan Satu-satunya cara yang paling berhasil untuk memelihara nilai harta adalah melalui pertumbuhan harta yang kuat dan akseleratif disertai dengan profitabilitas berkelanjutan. Pertumbuhan usaha simpan pinjam diukur dalam bidang- bidang pokok sebagi berikut: 1 Pertumbuhan harta seluruhnya aset 2 Pertumbuhan pinjaman beredar 3 Pertumbuhan simpanan non saham 4 Pertumbuhan simpanan saham 5 Pertumbuhan modal lembaga 6 Pertumbuhan anggota koperasi Sistem PEARLS dirancang sebagai perangkat manajemen yang mampu mengidentifikasi segala permasalahan untuk membantu manajer menemukan solusi yang berarti terhadap kelemahan-kelemahan Usaha Simpan Pinjam. Dengan menggunakan sistem ini manajer dapat menempatkan bidang-bidang pokok yang bermasalah kemudian menyusun peraturan-peraturan yang diperlukan sebelum masalah menjadi serius. Intinya PEARLS adalah sistem peringatan dini yang memberikan informasi manajemen yang berharga. Penggunaan rumus-rumus rasio keuangan yang baku dalam sistem PEARLS akan mengurangi ragam kriteria evaluasi yang terdapat dalam usaha simpan pinjam. Sistem ini juga menciptakan bahasa keuangan yang universal sehingga setiap orang dapat mempelajari dan memahaminya. Apabila dibandingkan dengan sistem rasio keuangan yang lain, ternyata sistem PEARLS mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut: 1 Sistem PEARLS mengevaluasi struktur keuangan dalam neraca. Inilah yang merupakan kerawanan dan keprihatinan sehingga pengelolaan usaha simpan pinjam melakukan restrukturisasi keuangan dalam neraca mencakup harta, kewajiban, dan modal. Struktur neraca mempunyai dampak langsung pada efisiensi dan probabilitas. 2 Sistem PEARLS secara khusus mengevaluasi tingkat pertumbuhan. Pertumbuhan harta seluruhnya merupakan strategi kunci yang digunakan untuk mengatasi masalah- masalah yang akan datang bersama-sama dengan devaluasi moneter dan inflasi yang melaju. Dalam lingkungan makro ekonomi yang relatif tidak bersahabat, usaha simpan pinjam harus memelihara tingkat pertumbuhan yang agresif jika ingin melindungi nilai hartanya.

B. Analisis Horisontal

Analisis horisontal atau yang lebih dikenal dengan analisis trend. Analisis trend digunakan untuk menilai perkembangan usaha perusahaan dari tahun ke tahun dengan cara melihat kecenderungan pergerakan pos-pos dalam laporan keuangan jika dibandingkan dengan pos yang sama pada tahun dasar. Analisis ini merupakan pelengkap bagi analisis rasio, dalam penelitian ini yang dijadikan tahun dasar adalah tahun 1999 karena merupakan tahun pertama dari deretan tahun-tahun yang dianalisis. Secara matematis analisis trend ini dirumuskan sebagai berikut: R xt = xo xt P P x 100........................................................................ 1 Keterangan: R xt = nilai tahun ke-t P xt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis P xo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar

C. Analisis Vertikal

Analisis vertikal adalah analisis proporsi pos-pos laporan keuangan terhadap suatu nilai dalam laporan keuangan yang umum yaitu laporan laba rugi dan neraca keuangan. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai pos dasar adalah tahun 1999 karena menjadi tahun pertama dalam analisis. Secara matematis analisis trend ini dirumuskan sebagai berikut: R yi = yo yi P P x 100 ........................................................................ 2 Keterangan: R yi = nilai pos yang dibandingkan P yi = pos x dalam laporan keuangan tahun ke-i P yo = pos dasar sebagai pembanding

3.4.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Piutang

Faktor-faktor yang mempengaruhi piutang diketahui dari wawancara langsung, yaitu menanyakan secara langsung bertatap muka dengan narasumber yaitu pengelola KOPASJA mengenai permasalahan yang ada. Kemudian hasil wawancara dilakukan analisis deskriptif dan diuraikan secara deskriptif pula.

3.5. Definisi Operasional

1. Koperasi aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir mengadakan RAT atau koperasi yang dalam tahun terakhir melakukan kegiatan usaha. 2. Modal sendiri adalah modal yang menanggung risiko modal ekuitas atau merupakan kumulatif dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. 3. Modal luar adalah modal yang dipinjam koperasi yang berasal dari anggota, koperasi lainnya, banklembaga keuangan, penerbitan obligasisurat berharga dan sumber-sumber lainnya. 4. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota dan tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 5. Simpanan saham terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib. 6. Simpanan non saham terdiri dari simpanan sukarela, simpanan bunga harian, simpanan sukarela berjangka dan lain-lain. 7. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu dan dapat diambil dengan cara-cara yang dapat diatur lebih lanjut. 8. Simpanan sukarela adalah jumlah tertentu yang diserahkan oleh anggota atau bukan anggota terhadap koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan yang dapat diambil sewaktu-waktu. 9. Sisa Hasil Usaha SHU adalah pendapatan koperasi yang di peroleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. 10. Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan organisasi.

IV. GAMBARAN UMUM KOPERASI 4.1. Sejarah KOPASJA

KOPASJA didirikan sejak tanggal 2 September 1989 dengan status belum berbadan hukum walaupun telah memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Awalnya KOPASJA diarahkan sebagai koperasi yang bergerak dalam bidang Jasa Pelayanan Keuangan. Selama tiga tahun, kondisi KOPASJA bertahan sebagai lembaga keuangan bagi anggotanya. Pada tahun 1992, tepatnya pada tanggal 29 Januari KOPASJA memperoleh Status Badan Hukum Koperasi berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi DKI Jakarta No. 4BPLPXI1992. Ruang lingkup bidang usaha KOPASJA menjadi Koperasi Serba Usaha. Namun demikian, pada tahap awal berdasarkan kesepakatan Rapat Anggota KOPASJA masih cenderung diarahkan pada usaha Lembaga Simpan Pinjam yang merupakan dasar terciptanya sumber pembiayaan dari, oleh dan untuk anggotanya dengan jasa yang layak. Kecenderungan usaha dimaksudkan untuk memberikan pelayanan pinjaman kepada anggota terutama kepada pegawai yang berpangkat golongan rendah agar dapat mengurangi ketergantungannya kepada pelepas uang rentenir yang pada gilirannya pelepas uang rentenir tersebut hanya akan menyalahgunakan kelemahan pegawai yang membutuhkan dana. Pada perkembangannya, KOPASJA tidak lagi semata-mata sebagai sumber pinjaman dengan prosedur yang sederhana dan jasa pinjaman yang layak, tetapi telah mengupayakan anggotanya agar dapat merasakan bahwa koperasi dapat pula menguntungkan sebagai tempat menyimpan atau investasi yang aman dan likuid disertai hasil yang baik. Oleh karena itu, KOPASJA yang pada awalnya beranggotakan pegawai yang berorientasi meminjam menjadi berorientasi menyimpan.

Dokumen yang terkait

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA D

0 5 19

SISTEM AKUNTANSI PIUTANG PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KARYA MUKTI KABUPATEN PATI

9 48 97

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Koperasi Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di Kabupaten Sragen.

0 1 13

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Koperasi Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di Kabupaten Sragen.

0 1 10

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA DI SRAGEN.

0 1 7

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 13

Analisis rasio keuangan koperasi (studi kasus di Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Angkasa Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta

2 20 138

FAKTOR-FAKTOR PIUTANG BERMASALAH PADA PUSAT KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (PKPRI) KABUPATEN JEPARA.

5 53 67

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA B

0 0 1

PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG USAHA SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) TRANSMIGRASI SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR - PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG USAHA SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) TRANSMIGRASI SURA

0 0 8