Inhouse Keeping SISTEM PENANGANAN LIMBAH

ruji pickroll dan setelah dimonitor dan dievaluasi selama satu musim gilling, feeder tersebut beroperasi dengan normal. 3. Modifikasi peluncur ampas ketel Takuma. Peluncur ampas ketel Takuma dimodifikasi lebih curam dengan kemiringan mencapai 60 terhadap garis horizontal, sehingga diharapkan ampas tidak akan menumpuk dibagian atas. Modifikasi ini ditujukan untuk penumpukan ampas dan menjaga kontinuitas ampas yang masuk ke ketel Takuma.

2. Metode Out Of Pipe

Metode ini dilakukan untuk mengolah air limbah yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru Kediri agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Rata-rata air limbah yang dihasilkan setiap menitnya adalah 1700 m 3 . Pengolahan limbah yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru Kediri dilakukan di Instalasi Pengolahan Limbah IPAL. Urutan pengolahannya adalah sebagai berikut:

A. Inhouse Keeping

Pengolahan limbah cair di PG Pesantren Baru diawali dengan pengendalianpenurunan beban pencemaran yang dilakukan didalam pabrik inhouse keeping. Tujuan utama dilakukan inhouse keeping adalah a. untuk mengendalikan operasi pabrik agar jumlah kehilangan gula sekecil mungkin kehilangan gula bisa disebabkan oleh kebocoran, luapan dan sebagainya b. untuk menurunkan beban pencemaran. Saluran Inhouse Keeping ini berada di bawah tanah dan menuju ke kolam penampungan awal limbah pengolahan yang berada di bagian timur stasiun gilingan. Di kolam penampungan awal ini limbah diberi susu kapur CaOH 2 untuk menaikkan pH limbah cair yang asam. Dari kolam penampungan awal ini limbah dipompa menuju ke UPLC Unit Penanganan Limbah Cair. 33 Proses Pengolahan Limbah Cair Proses pengolahan limbah cair PG. Pesantren Baru dilakukan di sebuah Unit Pengolahan Limbah Cair UPLC. Letak dari UPLC ini adalah di sebelah samping pabrik. Di UPLC yang terdiri dari 6 kolam aerasi tersebut limbah cair ditangani dan diolah sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Proses pengolahan limbah cair PG Pesantren Baru menggunakan prinsip aerated lagoon dengan penggunaan bakteri INOLA 121 yang didapatkan dari P3GI Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia yang berpusat di Pasuruan, Jawa Timur. Setelah diuji oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan BTKL Surabaya, contoh air limbah yang sudah di-treatment di UPLC adalah di bawah baku mutu limbah cair berdasarkan kepada SK Gubernur No.45Th 2002. Limbah cair yang dihasilkan dari pabrik antara lain: 1. Minyak, oli, dan sejenisnya. 2. Karbohidrat didominasi bahan bergula, yang dibedakan menjadi : a. Kadar pencemar tinggi COD 300 mgL b. Kadar pencemar rendah COD 300 mgL c. Bahan kimia dan logam berat : - beracun - tidak beracun Tahap proses pengolahan dibedakan menjadi : 1. Tahap perlakuan awal Primary Treatment Pada tahap ini dilakukan pemisahan minyak dan pengendapan secara gravitasi. 2. Tahap perlakuan kedua Secondary Treatment Merupakan tahap perlakuan biologis secara aerobik. Pada tahap perlakuan ini, bahan-bahan organik yang merupakan kandungan utama dalam air limbah pabrik gula diuraikan melalui aktivitas mikroorganisme aerob INOLA 121. Pemberian udara dilakukan 34 dengan menggunakan Surface Aerator. Hasil pengujian limbah cair PG. Pesantren Baru Kediri disajikan dalam Tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Hasil Uji Laboratorium Limbah Cair PG. Pesantren Baru Kediri Musim Giling 2004 Hasil Uji Laboratorium No. Parameter Metode Kadar mgL 1. BOD 5 Titrimetri 11 2. COD Spektrofotometri 24 3. TSS Gravimetri 2 4. Minyak dan Lemak Oil Content Analyzer - 5. Sulfida sebagai H 2 S Spektrofotometri - Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Surabaya, 2004. Penanganan limbah cair yang berupa ceceran minyak atau oli dilakukan dalam tempat penangkap minyak atau oli. Sistem pada penangkap minyak tersebut adalah aliran berdasarkan perbedaan berat jenis air dan minyak. Berat jenis minyak kurang dari berat jenis air, sehingga minyak akan berada di lapisan atas dan tidak bercampur dengan air. Untuk memisahkan minyak dari air akan digunakan ampas dan dilakukan secara manual oleh pekerja. Ampas akan menyerap minyak yang terdapat di permukaan air. Minyak dan ampas tersebut akan digunakan sebagai bahan bakar ketel.

B. Limbah Udara