I. PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Gula pasir merupakan salah satu dari sembilan bahan pangan pokok yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan kalori masyarakat. Gula
pasir memberikan kontribusi lebih dari 90 dari pemenuhan konsumsi masyarakat sebagai pemanis disusul oleh gula merah Sawit dkk, 1998
dalam Meiditha, 2003.
Produksi gula pasir di Indonesia mulai diusahakan sejak tahun 1600-an sedangkan kejayaan industri gula terjadi pada tahun 1930. Setelah
kemerdekaan, jumlah pabrik gula di Indonesia semakin berkurang, bahkan sejak awal kemerdekaan hingga tahun 1961 produksi gula pasir dalam
negeri mengalami stagnasi. Saat ini berbagai usaha peningkatan produksi gula sedang diupayakan, terutama yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi masyarakat Mubyarto, 1994. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, pendapatan
masyarakat serta semakin berkembangnya industri pengguna gula pasir non-rafinasi mengakibatkan permintaan gula pasir dalam negeri
mengalami peningkatan. Sebagai akibatnya, produksi gula nasional tidak dapat mencukupi permintaan lokal sehingga impor gula pasir cenderung
mengalami peningkatan. Berikut ini disajikan perkembangan jumlah penduduk, produksi, konsumsi dan impor gula di Indonesia.
Konsumsi gula pasir dalam negeri cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990, konsumsi gula pasir di Indonesia
sebesar 2,4 juta ton untuk memenuhi kebutuhan penduduk sebanyak 178.170 ribu jiwa. Selanjutnya, konsumsi gula konsumsi gula pasir di Indonesia
mencapai puncaknya pada tahun 1999 yaitu sebesar 1,61 per tahun dan pertumbuhan produksi gula pasir rata-rata sebesar 1,44 per tahun
menunjukkan bahwa komoditi gula pasir masih dibutuhkan masyarakat. Produksi gula pasir nasional mengalami penurunan terendah pada
tahun 1998, yaitu sebanyak 1.488,27 ribu ton. Adanya pertumbuhan produksi gula rata-rata sebesar -2,94 per tahun, menunjukkan bahwa
produksi gula pasir mengalami penurunan, yang mengakibatkan kebutuhan gula pasir dalam negeri tidak tercukupi. Hal ini mengakibatkan adanya
upaya untuk melakukan impor gula pasir dalam rangka menambah ketersediaan gula pasir dalam negeri.
Tahun 2005, jumlah produksi gula mencapai 2,3 juta ton dan jumlah konsumsi gula mencapai 2,5 juta ton www.bumnonline.com, sedangkan
jumlah impor untuk awal tahun 2006 adalah sebesar 300 ribu ton dan pelaksanaannya dilakukan dalam satu tahap http:agribisnis.deptan.go.id.
Usaha peningkatan produksi gula tidak terlepas dari usaha untuk memperbaiki kinerja pabrik gula. Rendahnya kinerja lingkungan pabrik gula
antara lain dikarenakan belum adanya pendekatan pengelolaan lingkungan yang efektif, efisien dengan biaya yang terjangkau Perbaikan kinerja pabrik
gula dapat dicapai salah satunya melalui pendekatan pengelolaan lingkungan yang dapat memberikan manfaat lingkungan sekaligus manfaat ekonomi,
yaitu pendekatan pengelolaan lingkungan yang ditujukan ke arah pencegahan terjadinya limbah. Dari pendekatan inilah akhirnya timbul
konsep produksi bersih. Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang
bersifat pencegahan dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan untuk
mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Tujuan dari strategi dan rencana pelaksanaan produksi bersih dapat dicapai apabila semua pihak
terlibat, dan keberhasilannya tergantung pada dukungan dan kerjasama semua pihak berdasarkan prinsip kemitraan Bapedal, 1996.
Produksi bersih mengarah kepada efisiensi produksi sekaligus mengurangi limbah yang dihasilkan sehingga dapat mengurangi biaya untuk
penanganan limbah. Metode ini melakukan penghematan biaya melalui penggunaan teknik-teknik daur ulang, substitusi bahan baku, serta
peningkatan sistem operasi. Penerapan produksi bersih dalam industri memberikan pengaruh
positif bagi perusahaan yang menerapkannya, baik secara finansial maupun non-finansial. Produksi bersih dapat diaplikasikan pada berbagai industri
2
baik industri yang bergerak di bidang pangan maupun industri yang bergerak di bidang non-pangan.
Salah satu perusahaan BUMN Badan Usaha Milik Negara yang melakukan kegiatan penanaman tebu dan memproduksi gula tebu adalah PT.
Perkebunan Nusantara X Persero Jawa Timur, dengan Pabrik Gula Pesantren Baru sebagai salah satu pabriknya yang menghasilkan gula
dengan kapasitas besar 5000 TCD. Tujuan utama perusahaan adalah kontinuitas usaha dalam rangka memaksimalkan keuntungan yang diperoleh
untuk menghindari kerugian. Kajian terhadap penerapan produksi bersih pada industri ini akan dapat memberikan informasi tentang efisiensi dan
efektifitas produksi yang pada akhirnya akan membantu perusahaan dalam mengoptimalkan sumberdaya dan keuntungan yang didapatkan.
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peluang penerapan produksi bersih pada industri gula pasir dengan studi kasus pada PG.
Pesantren Baru Kediri-Jawa Timur.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA A.