Limbah Udara Blotong SISTEM PENANGANAN LIMBAH

dengan menggunakan Surface Aerator. Hasil pengujian limbah cair PG. Pesantren Baru Kediri disajikan dalam Tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Hasil Uji Laboratorium Limbah Cair PG. Pesantren Baru Kediri Musim Giling 2004 Hasil Uji Laboratorium No. Parameter Metode Kadar mgL 1. BOD 5 Titrimetri 11 2. COD Spektrofotometri 24 3. TSS Gravimetri 2 4. Minyak dan Lemak Oil Content Analyzer - 5. Sulfida sebagai H 2 S Spektrofotometri - Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Surabaya, 2004. Penanganan limbah cair yang berupa ceceran minyak atau oli dilakukan dalam tempat penangkap minyak atau oli. Sistem pada penangkap minyak tersebut adalah aliran berdasarkan perbedaan berat jenis air dan minyak. Berat jenis minyak kurang dari berat jenis air, sehingga minyak akan berada di lapisan atas dan tidak bercampur dengan air. Untuk memisahkan minyak dari air akan digunakan ampas dan dilakukan secara manual oleh pekerja. Ampas akan menyerap minyak yang terdapat di permukaan air. Minyak dan ampas tersebut akan digunakan sebagai bahan bakar ketel.

B. Limbah Udara

Gas buang yang berasal dari cerobong boiler akan dilewatkan ke Wet Scrubber terlebih dahulu sebelum keluar melalui cerobong. Pencemaran gas SO2 dihindari dengan cara pemasukan gas SO2 kedalam Reaktor Sulfitasi dilakukan menggunakan sistem hisapan Induced draft. Hisapan udara 35 diperoleh dengan cara mengalirkan nira melalui ventury dengan menggunakan pompa sirkulasi. Sistem seperti ini membuat percampuran difusi gas SO2 dalam nira secara relatif berlangsung lebih sempurna dan pencemaran gas SO2 akibat kebocoran perpipaan dapat dikurangi. Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh Balai Hygienis Perusahaan dan Keselamatan Kerja Hyperkes Jawa Timur pada 15 Juni 2004, pengukuran udara ambien kadar gas-gas Sulfur Dioksida SO 2 , Karbonmonoksida CO, Oksida Nitrogen NO X , Amonia NH 3 , Oksidan Ox, Hydrogen Sulfida H 2 S dan kadar debu masih dibawah ambang batas atau baku mutu udara ambien berdasarkan SK. Gubernur KDH Tk I Jatim No. 1291996. Untuk pengukuran emisi cerobong, kadar gas-gas sulfur dioksida SO2, Karbon monoksida CO dan oksida nitrogen NOx juga masih dibawah ambang batas. Selain dengan pemasangan wet scubber dan dust collector untuk menangani pencemaran udara, PG. Pesantren Baru juga mengadakan penanaman pohon di sekitar pabrik dan mengadakan penghijauan sehingga dapat mengurangi pencemaran udara. Gas CO 2 dapat ditangkap oleh pohon hijau sehingga dapat digunakan untuk proses assimilasi dan akhirnya dengan bantuan sinar matahari akan menghasilkan oksigen. Selain itu hal tersebut juga akan menyebabkan keadaan sekitar pabrik menjadi segar.

C. Limbah B3

Limbah B3 yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru antara lain : 1. Bahan pelumas oli bekas. 2. Kertas saring dan residu bekas bahan penjernih larutan nira Pb – Acetat. 3. Timah hitam Pb hasil elektrolisa filtrat nira. Limbah di atas dihasilkan dari proses: 1. Bahan pelumasoli bekas berasal dari penggantian oli kendaraan bermotor dan bekas pendingin rol-rol gilingan. 2. Pb-Acetat berasal dari bahan penjernih penyaringan larutan nira. 3. Timah hitam Pb berasal dari sisa filtrat penyaringan larutan nira. 36 Sejauh ini pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pabrik adalah 1. Bekas kertas saring dan residunya dikumpulkan, dikeringkan kemudian disimpan dalam drum plastik. 2. Timah hitam Pb hasil dari Elektrolisa Filtrat dikeringkan dan disimpan dalam toples plastik tertutup. Penanganan limbah B3 adalah spesifik karena bersifat racun toxic, mudah terbakar dan meledak, bersifat korosif, dan juga dapat menyebabkan infeksi baik pada manusia, hewan, ataupun tumbuhan. Limbah B3 PG. Pesantren Baru tersebut akan dikumpulkan dan dikoordinir dari direksi PTPN X untuk selanjutnya ditangani oleh PPLI Prasadha Pamunah Limbah Industri.

3. Penanganan Produk Samping A. Ampas

Bagasse Ampas tebu adalah produk samping yang dihasilkan dari stasiun gilingan. Ampas tebu yang dihasilkan digunakan untuk bahan bakar pada ketel. Ampas tebu dari gilingan akan dibawa oleh conveyor belt untuk dimasukkan ke ketel Yoshimine I, Yoshimine II, dan ketel Takuma sebagai bahan bakar. Ampas tebu yang tersisa pada akhir giling juga digunakan sebagai bahan campuran pembuatan kertas. PG Pesantren Baru hanya menyediakan dan menjual kemudian perusahaan tersebut yang mengambil ke pabrik. Kelebihan ampas dari stasiun gilingan akan ditumpuk di bagasse house setinggi ± 2.5 meter. Ampas dari gudang ini akan digunakan untuk bahan bakar pada awal masa giling untuk periode berikutnya. Ampas ini juga dipakai untuk menjaga kebersihan pabrik yaitu untuk mengepel lantai, seperti lantai laboratorium dan sebagainya. Jumlah ampas yang dihasilkan PG. Pesantren Baru Kediri selama musim giling 2004 yang dihitung tiap 15 hari dengan awal musim giling pada tanggal 9 Mei 2004. disajikan dalam Gambar 6 dibawah ini. 37 Gambar 6. Jumlah ampas yang dihasilkan PG. Pesantren Baru Kediri selama musim giling 2004.

B. Blotong

Blotong merupakan hasil samping dari proses penjernihan yang merupakan endapan dari sekumpulan kotoran nira, karena blotong adalah bahan organik yang dapat mengalami perubahan secara alami, maka bau yang ditimbulkannya pun kurang enak. Blotong merupakan endapan kapur yang mengadsorbsi bahan-bahan non-gula dalam nira kotor, sehingga blotong banyak mengandung senyawa-senyawa nira kotor. Secara fisik blotong merupakan gumpalan-gumpalan tipis berwarna cokelat dan berbau kurang sedap. Blotong terdiri dari kalsium posphat dari hasil proses defekasi, kalsium sulfit dari hasil sulfitasi, ampas halus dan sebagainya. Pemanfaatan blotong di PG Pesantren Baru digunakan sebagai bahan untuk pembuatan pupuk organik kompos. Blotong yang dimanfaatkan sebagai biokompos menyebabkan pertumbuhan yang cukup baik pada tanaman batang tebu, karena dapat meningkatkan rendemen produk dan efisiensi penyerapan unsur hara dari pupuk. Sejauh ini, kompos ini hanya diperuntukkan sawah milik pabrik dan belum dipasarkan ke petani bebas karena kapasitas produk kompos yang dihasilkan masih belum mencukupi untuk dipasarkan kepada umum. Harga jual kompos dibuat agar dapat terjangkau oleh petani yaitu Rp. 250,00 Kg, sehingga harga untuk satu karung berisi 50 Kg adalah sebesar Rp. 12.500,00. Berikut ini disajikan dalam Gambar 7 jumlah blotong yang dihasilkan PG. Pesantren Baru Kediri selama musim giling 2004 yang dihitung tiap 15 hari dengan awal musim giling pada tanggal 9 Mei 2004. Jumlah Ampas Musim Giling 2004 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Periode Jumlah Ampas Ton 38 Gambar 7. Jumlah blotong yang dihasilkan PG. Pesantren Baru Kediri selama musim giling 2004.

C. Abu Ketel