Gambar 7. Jumlah blotong yang dihasilkan PG. Pesantren Baru Kediri
selama musim giling 2004.
C. Abu Ketel
Abu ketel adalah produk samping yang dihasilkan dari ketel atau boiler. Pabrik menggunakan abu ketel sebagai campuran pupuk kompos.
Kompos ini merupakan pupuk organik yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah sekaligus decomposer pupuk anorganik, sehingga menjadi
bahan atau unsur hara yang siap digunakan oleh tanaman. Abu ketel berasal pada saat proses pembakaran yang terjadi pada
stasiun boiler yang bahan bakarnya berasal dari ampas tebu yang berasal dari proses penggilingan.
D. Tetes Molasses
Produk samping lain yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru Kediri adalah tetes. Tetes dihasilkan dari stasiun sentrifugasi yaitu hasil sentrifugasi
dari gula D. Tetes yang dihasilkan ini ditampung ke tangki penampungan. Tangki penampungan tetes ditempatkan di halaman pabrik untuk
memudahkan pengambilannya perusahaan pengguna. Berikut ini disajikan jumlah tetes yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru Kediri selama musim
giling 2004.
Jumlah Blotong Musim Giling 2004
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Periode Jumlah
Blotong Ton
39
Gambar 8. Jumlah tetes yang dihasilkan PG. Pesantren Baru Kediri selama musim giling 2004.
Hampir di setiap stasiun dihasilkan bahan pencemar dengan karakteristik yang berbeda-beda. Tabel 3 di bawah ini menunjukkan daftar
sumber pencemar yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru Kediri.
Jumlah M olasses Musim Giling 2004
1000 2000
3000 4000
5000 6000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Periode Jumlah
Molasses Ton
40
Tabel 3. Daftar Sumber Pencemar Limbah Pabrik Gula dan Karakteristiknya
Stasiun Sumber Pencemar
Jenis Bahan
Intensitas Sifat
MinyakOli Tinggi
Berat Jenis:1 Viskositas tinggi
Larut pH 5.5
Gilingan Ekstraksi
Limbah Cair
Air pendingin
Rendah Asam Pendingin
Vakum Rendah
Suhu Normal pH normal
Limbah Cair
Pendingin Sublimator
Rendah Suhu 60-70
o
C Pemurnian
Purifikasi Limbah
Udara SO
2
Tinggi Asam
B3 Soda Tinggi Suhu
40
o
C Limbah
Cair Pending
Kondensor Rendah
Basa Suhu 40
o
C Penguapan
Evaporasi Limbah
Padat Hasil Skrap
Tinggi Basa
Masakan Kristalisasi
Limbah Cair
Pendingin Kondensor
Rendah Suhu 40
o
C
Limbah Cair
Bahan Kimia
Rendah Bervariasi
Pb Laboratorium
Limbah Padat
Bekas Kertas
Saring Rendah B3
Air Kurasan
Rendah Suhu 90
o
C PH 8
Ketel Limbah
Cair Abu dalam
air Rendah Mengendap
41
VI. POTENSI PRODUKSI BERSIH A. POTENSI PENGHEMATAN PENGGUNAAN RESIDU MELALUI
PENURUNAN KADAR AIR PADA AMPAS Moerdokusumo 1993 menjelaskan bahwa air imbibisi digunakan di
muka gilingan akhir yang bisa dilakukan dengan air panas dengan tujuan untuk memperbaiki ekstraksi gula dari ampas. Sistem imbibisi yang baik dapat
mengurangi adanya kehilangan gula dalam ampas. Pemberian air imbibisi yang belum terkontrol dengan baik pada stasiun gilingan di PG. Pesantren
Baru, memberikan peluang diterapkannya produksi bersih melalui penghematan air imbibisi. Penghematan ini dilakukan untuk mencegah
pemberian air imbibisi yang berlebihan yang dapat meningkatkan biaya pengolahan air dan meningkatkan kadar air ampas yang dihasilkan.
Pada kondisi pertama Lampiran 4, jumlah air imbibisi yang diberikan adalah sebanyak 38,88 dari tebu yang masuk ke gilingan. Tebu yang masuk
sebanyak 100 dengan brix dan pol masing-masing adalah 14,88 dan 9,35 persen serta kadar sabut 34,69 persen, maka dihasilkan nira mentah 102
dengan brix dan pol sebesar 14,31 dan 9,10 persen. Selain itu, ampas yang dihasilkan adalah 34,88 dan memiliki kadar air 53 persen dengan
brix dan pol adalah 0,57 dan 0,25 persen. Kondisi ini merupakan data yang diperoleh dari data pengawasan giling tahun 2003. Perhitungan neraca massa
di stasiun gilingan ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Peluang penerapan produksi bersih di stasiun boiler dapat dilakukan
melalui optimalisasi penggunaan ampas. Kadar air sebesar 53 persen ini diharapkan bisa diturunkan dengan mengurangi penggunaan air imbibisi. Dari
identifikasi ini, maka alternatif dari penerapan produksi bersih di stasiun gilingan adalah penghematan penggunaan air imbibisi.
Pada kondisi kedua Lampiran 4 yang menjadi rekomendasi penerapan produksi bersih, air imbibisi yang digunakan adalah sebanyak
32,36, sedangkan tebu yang masuk adalah sebanyak 100 dengan brix dan pol adalah 16,33 dan 11,11. Persentase input tebu yang berbeda