rata-rata 262 mikron, dan diantara lingkaran tumbuh rata-rata 170 mikron, frekuensi 7,7 per mm persegi Martawijaya A dan Kartasujana I 1977.
b. Jari‐jari
Pada bidang radial, jari-jari tampak seperti pita putu-putus kearah horisontal. Jika tingginya cukup maka jari-jari akan tampak seperti sapuan-sapuan
kuas ke arah horizontal. Jari-jari sukar diamati pada bidang tangensial. Jika ukurannya cukup lebar, jari-jari dapat dilihat dengan mata telanjang seperti bintik-
bintik lensa cembung atau garis-garis tipis pendek ke arah longitudinal, seperti misalnya pada kayu palapi. Sifat jari-jari yang penting untuk identifikasi jenis
kayu di lapangan meliputi : lebar, frekuensi, atau jumlah per mm arah tangensial, dan tinggi. Sifat-sifat tersebut digolongkan berturut-turut dalam buku. Jari-jari
kayu tampak dengan lup pada penampang lintang kayu garis-garis yang hampir sejajar satu-sama-lain. Jika ukurannya cukup lebar, jari-jari dapat dilihat jelas
dengan bantuan lup Martawijaya A dan Kartasujana I 1977.
c. Kayu Awal dan Kayu Akhir
Pada beberapa jenis kayu, misalnya jati dan surian, lapisan kayu yang dibentuk dalam suatu periode tumbuh mempunyai batas yang tegas dengan
lapisan kayu yang dibentuk selama periode berikutnya. Adanya batas yang tegas antara lapisan kayu yang satu dengan yang lainnya menimbulkan gambar pada
penampang lintang batang pohon yang menyerupai lingkaran-lingkaran dari yang kecil sampai yang besar. Gambar-gambar ini dikenal dengan nama lingkar tumbuh
Kartasujana I dan Martawijaya A 1995. Ciri pembuluh dapat berbeda dari satu jenis kayu ke jenis lain, sehingga
berguna untuk keperluan identifikasi. Ciri yang dimaksud meliputi : sebaran, susunan, diameter, frekuensi, bentuk bidang perforasi, dan isi. Pembuluh dapat
kelihatan kosong tetapi dapat pula berisi sesuatu. Isinya dapat berupa tilosis yaitu benda yang tampak dengan bantuan lup seperti gelembung mengkilap yang
menyumbat pembuluh. Isi pembuluh dapat berupa endapan yang dapat berwarna putih, coklat, kuning, hitam, tetapi tidak mengkilap Sarajar 1975.
d. Parenkim
Parenkim pada kayu sungkai umumnya paratrakeal berbentuk selubung lengkap atau tidak lengkap. Pada batas lingkaran tumbuh terdapat parenkim
terminal. Terdapat jari-jari heterogen dan heteroselular, lebar 40-60 mikron, tinggi 200-800 mikron, frekuensi 4 per mm. Panjang serat 1.093 mikron dengan
diameter 19 mikron, tebal dinding 3,5 mikron dan diameter lumen 12 mikron. Kegunaan kayu sungkai cocok untuk rangka atap, karena ringan dan cukup kuat.
Selain daripada itu dipakai juga untuk tiang rumah dan bangunan jembatan. Karena mempunyai gambar menarik berupa garis-garis indah, mungkin baik
untuk vinir mewah, mebel, kabinet Martawijaya 1989. Ciri parenkim yang penting untuk identifikasi adalah susunannya sebagai
mana yang terlihat pada penampang lintang kayu. Susunan parenkim bermacam- macam dan seringkali sukar dipertelakan. Akan tetapi justru karena
keanekaragaman susunannya, maka parenkim sangat berguna untuk dasar identifikasi kayu. Secara garis besar susunan parenkim dapat dibagi atas dua tipe
berdasarkan hubungannya dengan pembuluh Mandang dan Pandit 1997.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2011 di Laboratorium Anatomi Kayu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil
Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah sampel kayu yang diambil dari delapan jenis kayu perdagangan. Kedelapan jenis kayu yang digunakan sebagai bahan
penelitian tersebut disajikan dalam tabel 1. Tabel 1 Delapan Jenis Kayu yang Digunakan Sebagai Bahan Penelitian.
No Nama Perdagangan
Nama Botani Famili
1 Tusam
Pinus merkusii Pinaceae
2 Jati
Tectona grandis Verbenaceae
3 Sungkai
Peronema canescens Verbenaceae
4 Surian
Toona sureni Meliaceae