Hubungan Struktur Mikroskopis dengan Sifat Pengerjaan Struktur Anatomi Hardwood Pori Tatalingkar

karena itu kriteria bahan baku untuk industri mebel mempersyaratkan sifat kekuatan kayunya yang dapat disesuaikan untuk menahan beban yang diperkirakan Pandit 2010. Bahan baku untuk industri mebel tidak menghendaki kayu yang memiliki kekerasan dan berat yang terlalu tinggi. Kriteria bahan baku kayu untuk industri mebel umumnya lebih menyukai bahan baku kayu yang mempunyai kekerasan dan berat yang moderat, artinya lebih menginginkan kayu yang tidak terlalu keras dan berat. Kayu yang terlalu keras dan berat akan menyulitkan dalam proses pengerjaan kayu. Disamping itu untuk bahan baku mebel kayu yang terlalu berat kurang disukai, karena mebel merupakan perabot rumah tangga yang sering digeser‐geser atau dipindahkan posisinya Martawijaya dan Kartasujana 1977.

5. Corak Kayu Figure of Wood

Mebel sebagai alat perabot rumah tangga yang juga berfungsi sebagai barang pajangan atau hiasan dituntut untuk menampilkan kesan yang unik dan menarik. Sifat dasar kayu yang mampu menampilkan kesan yang menarik mensyaratkan bahan baku yang mempunyai corak kayu yang indah. Corak kayu yang aktraktif dan berkesan indah sangat berhubungan dengan struktur anatomi sel‐sel penyusunya. Struktur anatomi kayu dapat menimbulkan corak permukaan kayu yang indah Pandit 2010. Susunan pori yang teratur dimana pori‐pori yang besar tersusun konsentris pada daerah kayu awal dan pori kecil tersusun pada daerah kayu akhir. Pola penyusunan pori seperti ini akan menyebabkan riap pertumbuhan kayu terlihat jelas sehingga terdapat kesan pada permukaan kayu menimbulkan corak yang indah. Corak kayu yang indah akibat pola penyusunan pori tatalingkar ini berbeda menurut bidang orientasinya. Papan flatsawn pada kayu yang porinya tatalingkar akan menyebabkan corak kayu yang atraktif menyerupai corak garis parabola yang saling menutupi. Tetapi papan flatsawn umumnya mempunyai stabilitas dimensi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan papan quartersawn Pandit 2010. Sifat alami kayu sebagai bio‐material menunjukan arah tangensial kayu mempunyai sifat penyusutan dan pengembangan rata‐rata dua kali lebih besar dibandingkan arah radial. Berbeda dengan papan quartersawn, pola corak yang ditimbulkan dengan adanya susunan pori tatalingkar membentuk corak garis sejajar satu dengan lainnya yang indah Pandit dan Kurniawan 2008.

2.5 Hubungan Struktur Mikroskopis dengan Sifat Pengerjaan

Struktur mikroskopis kayu adalah sifat dasar kayu yang menyangkut susunan sel-sel penyusun kayu yang mampu diamati dengan bantuan mikroskop meliputi : macam sel, bentuk sel, ukuran dan sifat sel-sel penyusun kayu. Sifat mikroskopis kayu bersifat lebih renik dibanding sifat makroskopis sehingga memerlukan pengamatan yang lebih teliti. Sifat mikroskopis yang sangat berpengaruh terhadap pengerjaan kayu adalah struktur dinding sel kayu Pandit 1989. Kayu yang disusun oleh mayoritas sel-sel berdinding tebal dan lumen sel yang sempit akan menyebabkan kerapatan kayu yang tinggi. Kayu dengan kerapatan tinggi umumnya merupakan kayu yang memiliki kekerasan yang tinggi pula. Pada hardwood yang mempunyai ukuran diameter pori yang sangat kecil diameter pori kurang dari 50 mikron akan menyebabkan kayu mempunyai kerapatan tinggi. Kayu dengan kerapatan yang tinggi akan sulit dalam pengerjaannya. Selain itu, kayu dengan kerapatan yang tinggi akan mengkonsumsi banyak energi dalam pengerjaannya dan barang yang dihasilkan akan terlalu berat. Kayu yang memiliki kerapatan terlalu tinggi juga sering menimbulkan masalah dalam proses perekatan. Untuk bahan baku industri mebel sifat kayu yang disenangi umumnya memiliki kekerasan yang moderat. Kayu yang kerapatannya sangat rendah umumnya kurang mampu memikul beban dan kurang efisien dalam proses finishing sehingga permukaan kayu terkesan buram atau kurang mengkilap Pandit dan Kurniawan 2008.

2.6 Struktur Anatomi Hardwood

a. Pori Tatalingkar

Hanya beberapa jenis kayu yang diketahui mempunyai pembuluh yang tersebar menurut pola tatalingkar. Ciri dari pembuluh tatalingkar adalah pembuluh yang berdiameter besar tersusun dalam deret konsentris pada awal lingkar tumbuh sedangkan pembuluh yang kecil tersusun dalam deret konsentris pada akhir lingkar tumbuh. Kayu sungkai memiliki pori yang tersusun dalam tata lingkar dengan batas kayu awal dan kayu akhir yang nampak jelas. Bentuk pori bundar, jarang berbentuk lonjong, hampir seluruhnya soliter, sebagian kecil berpasangan. Bidang perforasi berbentuk sederhana. Diameter pori pada batas lingkaran tumbuh rata-rata 262 mikron, dan diantara lingkaran tumbuh rata-rata 170 mikron, frekuensi 7,7 per mm persegi Martawijaya A dan Kartasujana I 1977.

b. Jari‐jari