Struktur Pori Tatalingkar Pada Hardwood

Gambar 10 Cacat Mata Kayu Hidup Pada P. merkusii. Pada papan tangensial yang diteliti ternyata kayunya menampilkan corak berupa pola melingkar akibat adanya tight knot. Cacat mata kayu hidup mempengaruhi corak yang ditampilkan pada permukaan kayu. Namun cacat tight knot menurut Pandit 2009, tight knot tidak akan mempengaruhi nilai suatu kayu jika tidak menimbulkan kesulitan yang berarti dalam pengerjaan kayu dan tidak menurukan nilai tambah kayu tersebut. Corak yang ada pada suatu jenis kayu dapat ditimbulkan oleh perbedaan warna antara kayu awal dan kayu akhir dari lingkaran tahun, perbedaan warna pada jaringan juga dapat ditimbulkan oleh perbedaan intensitas pewarnaan pada lapisan-lapisan kayu yang dibentuk dalam jangka waktu berlainan Sarajar 1975. Kayu pinus merupakan salah satu jenis kayu yang memperlihatkan adanya perbedaan antara kayu awal dan kayu akhir didalam riap pertumbuhannya. Apabila suatu jenis kayu memiliki struktur kayu awal yang sangat berbeda dengan kayu akhirnya maka kayu tersebut akan menampilkan corak. Semakin signifikan perbedaan antara kayu awal dan kayu akhir ini akan menyebabkan corak yang semakin jelas dan menarik Pandit 2008.

4.2 Struktur Pori Tatalingkar Pada Hardwood

Hasil penelitian corak kayu yang unik dan menarik pada jenis kayu jati, suren, sungkai dan mindi menunjukan bahwa pola pori tatalingkar menyebabkan adanya penampilan yang unik dan menarik. Struktur anatomi kayu daun lebar yang mempunyai susunan sel pembuluh tata lingkar ring porous hardwood dapat menampilkan corak yang indah Panshin 1980.

4.2.1 Susunan Pori Tatalingkar Pada Kayu Jati Tectona grandis

Struktur pori tatalingkar menyebabkan pola riap tumbuh terlihat jelas di permukaan. Pori atau sel pembuluh bentuknya bundar sampai oval, pada bagian kayu awal early-wood diameter tangensialnya berukuran 320-370 mikron, sedangkan pada bagian kayu akhirnya late-wood berukuran 50-210 mikron Sarajar 1975. a b Gambar 11 Jati T.grandis : a. Struktur anatomi penampang melintang 30x b. Corak dekoratif penampang tangensial Hardwood berbeda dengan softwood karena adanya struktur sel-sel pembuluh pori Bowyer 2003; Panshin 1980. Hasil penelitian menunjukan pola penyebaran sel pembuluh yang tatalingkar pada bidang melintang menyebabkan adanya penampilan corak yang menarik dan dekoratif terutama pada kayu jati, sungkai, dan suren. Pada lumen sel pembuluh T.grandis sering ditemukan tylosis dan amorf berwarna putih. Parenkim aksial umumnya berupa parenkim paratrakeal bentuk selubung tipis sampai bentuk pita marginal. Parenkim jari-jari umumnya lebar multiseriate terdiri dari empat seri atau lebih, komposisinya homoseluler yang terdiri hanya dari sel-sel baring procumbent cells. Semakin jelas perbedaan diameter sel pembuluh pada kayu awal dengan diameter sel pembuluh pada kayu akhir, semakin aktraktif corak yang ditampilkan Pandit 2008. Corak pada kayu jati yang sangat menarik juga diperkuat dengan adanya pola penyebaran parenkim marginal di sekitar kayu awal. Gambar 12 Struktur Anatomi Kayu Jati Parenkim Marginal, Sel Pembuluh Pada Kayu Awal dan Kayu Akhir. Penyusunan pori pada struktur anatomi kayu jati terlihat pada gambar 12 bahwa pori-pori tersusun secara soliter. Penyusunan pori-pori pada kayu jati dinyatakan soliter jika pori-pori pada bidang lintang terpisah satu dari yang lainnya oleh jaringan sel-sel lain nomer 1. Jika pori-pori ada yang bersinggungan, tetapi dinding-dinding yang bersentuhan itu tetap lengkung bentuknya, maka pori-pori itu termasuk golongan soliter nomer 2. Pada struktur pori kayu jati terdapat parenkim marginal yang penyebarannya berkelompok dengan berbentuk seperti pita nomer 3. Parenkim marginal merupakan pengelompokan perenkim berupa pita yang terdapat pada batas riap tumbuh, jadi sering disebut juga dengan istilah parenkim batas. Selain pada kayu jati, parenkim marginal juga terdapat pada kayu kempas dan ulin. Corak pada kayu jati yang sangat menarik juga diperkuat dengan adanya pola penyebaran parenkim marginal disekitar kayu awal. 2 1 3 Penyusunan pori sangat mempengaruhi sifat makroskopis yang ditampilkan pada permukaan kayu. Pori dapat mengandung zat-zat pengisi tertentu, yang dapat dipakai sebagai tanda identifikasi kayu. Pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras, didalam pori-porinya dapat diendapkan atau dibentuk zat-zat pengisi yang mempunyai sifat khusus. Salah satu dari zat pengisi pori-pori adalah tylosis. Tylosis adalah suatu zat didalam pori yang dapat diumpamakan seperti selaput-selaput tipis, yang tidak beraturan letaknya didalam pori Sarajar 1975. Selaput itu dapat memantulkan cahaya sehingga dapat terlihat warna apabila permukaan lintang batang yang mempunyai pori-pori yang mengandung tylosis diarahkan ke cahaya dengan sudut yang tepat. Keberadaan tylosis dapat terlihat jelas jika permukaan masih dalam keadaan bersih dan tertutup kotoran. Zat pengisi lainnya yang dapat terlihat jelas didalam pori bersifat padat dan amorf. Zat-zat ini menunjukan warna tertentu Pandit 2008. Misalnya kayu yang mengandung zat padat berwarna hitam atau gelap seperti pada kayu merbau, zat pada yang berwarna kuning terdapat pada kayu ulin sedangkan pada kayu jati terdapat zat padat berwarna putih didalam porinya. Dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa tylosis dan amorf tidak termasuk kedalam struktur anatomi penyebab tampilan corak dipermukaan kayu. Akan tetapi tylosis dan amorf dapat membantu dalam proses identifikasi kayu karena bersifat unik sehingga dapat menjadi tanda pada suatu jenis kayu seperti kayu jati. Berdasarkan hasil observasi terbukti bahwa struktur anatomi penyusun T.grandis mempengaruhi corak yang ditampilkan pada permukaan kayunya. Penyebaran pori yang tersusun dengan pola tatalingkar menyebabkan pola corak seperti parabola pada papan tangensial. Penyebaran pori tatalingkar merupakan ciri dari kayu hardwood. Pada dasarnya hardwood berbeda dengan softwood karena struktur sel-sel pembuluhnya berlainan. Pada softwood sel penyusunnya disebut sel trakeida sedangkan pada hardwood sel penyusunnya disebut sel pembuluh atau sel pori. Pori sebenarnya adalah suatu sel pembuluh yang berbentuk tabung atau gendang, dengan kedua dinding ujungnya yang terletak horizontal sampai miring. Suatu sel pembuluh pada bidang lintang berbentuk seperti suatu lubang kecil bila dilihat dengan mata biasa, dan karena itu sel pembuluh disebut juga sel pori. Ukuran atau diameter pori dapat dijadikan salah satu sifat yang dipakat sebagai alat identifikasi kayu Pandit 2008. Pola pori tatalingkar atau zona-zona yang terbentuk seperti cincin mengelilingi sumbu batang yang terdiri dari atas bagian-bagian renggang berwarna lebih terang dan bagian-bagian rapat berwarna lebih gelap secara bergilir. Berbagai jenis ukuran diameter pori dapat digolongkan dalam tiga kelas ukuran seperti pada tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2 Jenis Ukuran Diameter Pori. Diameter Pori Kelas Ukuran Lebih kecil dari 0,1 mm Kecil Antara 0,1 sampai 0,2 mm Sedang Lebih besar dari 0,2 mm Besar Pembentukan pola tatalingkar dipengaruhi oleh kondisi iklim yang berbeda untuk masa tumbuh yang baik dan untuk masa tumbuh yang kurang baik. Periode di dalam pertumbuhan yang demikian itu tidak nyata pada jenis-jenis kayu yang hidup di iklim tropis Pandit 2008. Hal ini nyata terlihat dari pembentukan jaringan kayu yang berganti-ganti, terdiri atas bagian dengan sel-sel yang berukuran besar, berdinding tipis dan bagian dengan sel-sel yang berukuran kecil dan berdinding tebal. Keadaan inilah yang menimbulkan menampilan corak yang indah dan menarik pada permukaan kayu. Corak kayu sangat erat hubungannya dengan struktur anatomi sel-sel penyusunnya. Susunan pori tampak teratur jika terdapat pori-pori berukuran besar tersusun konsentris pada daerah kayu awal dan pori-pori berdiameter lebih kecil pada kayu akhir. Pola penyusunan pori seperti ini akan menampilkan pola riap pertumbuhan kayu yang jelas sehingga permukaan kayu memiliki corak yang indah. Akibat pola penyusun pori tatalingkar yang berbeda menurut bidang orientasinya sampel T. grandis menampilkan corak dekoratif. Pada sampel flatsawn terdapat corak yang aktraktif menyerupai corak garis parabola yang saling menutup. Tetapi arah pemotongan flatsawn umumnya menghasilkan kayu berstabilitas dimensi yang rendah dibandingkan dengan quartersawn.

4.2.2 Susunan Pori Tatalingkar Pada Kayu Sungkai Peronema canescens

Hasil penelitian corak kayu yang unik dan menarik pada P.canescens menunjukan bahwa pola pori tatalingkar menyebabkan adanya penampilan yang unik dan menarik. a b Gambar 13 Kayu Sungkai P.canescens : a. Struktur anatomi penampang melintang 30x b. Corak dekoratif penampang tangensial Kayu sungkai yang merupakan jenis kayu daun lebar mempunyai sel pembuluh atau pori yang tersusun tata lingkar ring porous hardwood sehingga menimbulkan corak seperti parabola yang indah Panshin 1980. Kayu sungkai termasuk kedalam famili Verbenaceae yang memiliki ciri umum kayu teras berwarna krem atau kuning muda Sarajar 1975. Tekstur permukaan kayu sungkai agak kasar dan tidak merata dengan arah serat lurus atau kadang-kadang agak bergelombang Pandit 2008. Hasil penelitian pola penyebaran sel pembuluh pada P.canescens tersusun tatalingkar menyebabkan adanya penampilan corak kayu yang unik dan dekoratif. Dapat terlihat jelas perbedaan diameter pori pada kayu awal dan kayu akhir pada kayu sungkai. Dari hasil penelitian terlihat kayu sungkai memiliki diameter sel pembuluh pada kayu awal memiliki diameter yang lebih besar daripada diameter sel pembuluh pada kayu akhir. Perbedaan sel pembuluh pada kayu awal dan kayu akhir akan menimbulkan corak pada kayu sungkai. Lingkaran tumbuh nampak sangat mencolok sehingga menjadi ciri khas corak kayu sungkai dan pada bidang radial merupakan corak berbentuk garis-garis lurus. Pada penampang melintang riap tumbuh terlihat seperti lingkaran-lingkaran memusat. Corak pada kayu sungkai disebabkan oleh struktur anatominya yaitu penyusunan pori. Penyusunan pori yang tersusun secara tata lingkar menjadi ciri khas struktur anatomi kayu daun lebar. Selain itu juga sangat jelas pori pada kayu sungkai tersusun konsentris sehingga menimbulkan bentuk pola parabola yang saling menutup. Corak pada papan tangensial kayu sungkai terlihat bahwa gradasi corak kayu awal kayu akhir yang tersusun dari diameter sel pembuluh yang berbeda menghasilkan warna dan corak yang atraktif. Dapat dengan jelas tampilan kayu awal yang berdiameter sel pembuluh lebih besar menghasilkan pori yang lebih renggang dan berwarna lebih muda. Kayu sungkai mempunyai corak yang menarik berupa garis-garis indah dan pola parabola yang saling menutup oleh karena itu kayu sungkai sangat baik untuk menjadi vinir mewah, mebel, kabinet, dan produk lainya yang bernilai tinggi.

4.2.3 Susunan Pori Tatalingkar Pada Kayu Surian Toona sureni

Kayu surian merupakan jenis kayu yang memiliki pola corak yang menarik pada bidang tangensial, bidang radial, dan bidang melintang. Corak pada kayu surian terlihat seperti parabola yang saling menutup pada tampilan di papan tangensial. Lingkaran tumbuh pada kayu surian nampak jelas pada bidang melintang. Sedangkan pada bidang radial corak yang timbul berupa garis-garis lurus. Riap tumbuh pada kayu surian sangat jelas dicirikan oleh adanya perbedaan yang kontras antara struktur kayu awal dan kayu akhir Pandit 2008. Riap tumbuh yang jelas ini menyebabkan adanya corak yang dekoratif pada permukaan kayu untuk arah tangensial. Kayu surian memiliki karakteristik kayu yang tergolong kayu lunak sampai agak keras. a b Gambar 14 Kayu Surian T.sureni : a. Struktur anatomi penampang melintang 30x b. Corak dekoratif penampang tangensial Corak dekoratif yang ditampilkan oleh kayu surian dipengaruhi oleh sifat dasar dari struktur anatomi kayu pembentuknya. Ciri anatomi yang khas pada kayu surian adalah penyebaran sel pembuluh yang menyebar melingkar ring- porous sebagian pori tergolong soliter dan lainnya bergabung radial yang terdiri 2-3 pori. Diameter pori pada kayu awal relatif lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pori pada kayu akhir. Dapat dilihat pada gambar 16.a, bahwa terdapat parenkim apotrakeal dan paratrakeal pada pori. Parenkim apotrakeal menyebar berupa pita-pita tipis yang terminal sedangkan paratrakeal menyebar menyelubungi pori. Namun, terdapatnya parenkim paratrakeal dan apotrakeal pada kayu surian bukan merupakan penyebab dari corak yang ditampilkan. Melainkan penyebaran pori secara tata lingkar yang menjadi penyebab munculnya corak dekoratif pada kayu surian. Disamping itu juga yang menjadi penyebab lain tampilan corak dekoratif adalah batas yang kontras antara struktur kayu awal dan kayu akhir pada kayu surian. Kayu teras pada surian berwarna coklat-merah muda sampai hampir coklat-merah tua. Namun pada foto penampang tangensial, corak kayu surian tidak terlihat jelas karena warna kayu awal dan kayu akhirnya tidak terlalu kontras. Hal ini disebabkan kayu HTR mengandung kayu juvenile yang tinggi. Tekstur kayu surian agak kasar atau agak halus, kasar pada batas lingkaran tumbuh. Arah seratnya lurus atau bergelombang, biasanya agak berpadu. Permukaan kayu terasa kesat sampai licin, mengkilap indah. Kayu surian sangat cocok untuk industri kerajinan tangan kayu kayu nya lunak dan ringan. Kerajinan tangan seperti kerajinan kotak cerutu, kayu lapis, papan dekoratif, dan bahan alat music Anonim 2010.

4.2.4 Susunan Pori Tatalingkar Pada Kayu Mindi Melia azedarach

Hasil observasi pada kayu mindi Melia azedarach menunjukan bahwa corak kayu meransi dipengaruhi oleh pola penyebaran sel pembuluh tatalingkar. Hasil penelitian membuktikan bahwa penampilan corak tersebut disebabkan oleh susunan pori tatalingkar pada kayu mindi. Penyusunan pori yang konsentris terlihat signifikan perbedaannya pada kayu awal dan kayu akhirnya. Pori yang konsentris tersusun pada kayu awal terdiri dari sel pori yang berdiameter lebih besar sehingga pada kayu awal terlihat lebih renggang sehingga warna yang dihasilkan terlihat lebih muda. Kayu awal terbentuk pada saat awal masa tumbuh maka kayu awal sering juga disebut early-wood. Sedangkan kayu akhir terbentuk pada akhir masa tumbuh disebut late-wood dan menghasilkan kayu yang lebih gelap dan lebih rapat. a b Gambar 15 Kayu Mindi M.azedarach : a. Struktur anatomi penampang melintang 30x b. Corak dekoratif penampang tangensial Struktur anatomi kayu mindi mempengaruhi sifat makroskopis yang tampil pada permukaan kayunya. Struktur penyusun sel pembuluh pada kayu mindi berupa susunan tatalingkar yang menyebabkan tampilan corak pada kayu. Perbedaan sel pori yang signifikan pada kayu awal dan kayu akhir menghasilkan corak dengan batas yang jelas pada bidang lintang kayu. Perbedaan sel pori meliputi diameter dan tebalnya dinding sel berpengaruh pada corak yang ditampilkan. Pada kayu awal terdapat sel pori dengan diameter yang lebih besar dan dinding sel yang lebih tipis sehingga warna garis corak menjadi lebih muda. Sedangkan pada kayu akhir disusun oleh sel pori dengan diameter yang lebih sempit dan dinding sel lebih tebal sehingga menampilkan warna garis corak lebih gelap. Sel pori yang tersusun konsentris mengikuti lingkar tumbuh serta adanya parenkim menghasilkan pola seperti parabola. Sifat kayu mindi yaitu memiliki tekstur permukaan kayu yang halus, terdapat batas yang jelas antara kayu awal dan kayu akhir sehingga menampilkan corak pada permukaan kayu Pandit 2008. Pada permukaan bidang tangensial corak yang muncul berupa parabola yanga saling menutup. Sedangkan pada bidang radial corak terlihat seperti garis-garis lurus beraturan.

4.3 Struktur Jari-jari Multiseriate