Kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya digunakan adalah kayu
jati, mahoni, sawo, nangka dan lain-lain. Gambar dibawah ini adalah ukiran yang dikerjakan oleh tenaga ukir professional yang menggunakan kombinasi kayu
bercorak dengan bahan lainnya sehingga didapatkan bentuk mebel ukiran yang menarik Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2008.
Gambar 2 Ukiran Kayu Pada Mebel.
b. Ornamen Kayu
Keterampilan ukiran kayu ornamen adalah seni ukiran kayu yang menampilkan bentuk lain dari ukiran kayu yang memiliki makna seni atau nilai
estetika mewah. Seringkali ornamen kayu yang akan dikerjakan sebelumnya disesuaikan dengan keinginan konsumen. Ukiran yang laris dipesan oleh pembeli
domestik adalah ukiran tua dengan motif unik. Hal ini berarti bahwa ornamen kayu yang akan dikerjakan perlu persiapan dari berbagai aspek. Seni ukiran yang
mementingkan aspek estetika, dekoratif, dan corak kayu. Dengan menggunakan jenis kayu yang sesuai dan cocok untuk pembuatan ornamen ukiran kayu maka
kayu berukir ornamen bisa benar-benar klasik, kontemporer, dan bernuansa alam dalam gaya yang unik Anonim 2011.
Ornamen ukiran kayu dalam banyak hal dapat menjadi ciri khas dari suatu ruangan atau bangunan. Hal ini dapat menciptakan sekaligus mencerminkan
kepribadian seseorang, apakah motif kayu ukiran terdapat pada lemari dapur, ukiran perapian, langit-langit balok atau detail ukiran dapat dipilih disekitar
ruangan. Detail ukiran dapat elegan atau unik. Ornamen ukiran kayu tidak harus berupa perabot berukuran besar tetapi bisa berupa barang seni berbahan dasar
kayu yang sering diletakan sebagai hiasan berciri khas dan unik dalam suatu ruangan Anonim 2011.
2.3 Kriteria Bahan Baku Industri Mebel
Pengolahan dan pemanfaatan kayu yang sesuai dengan sifat dasarnya akan mampu memberikan nilai tambah yang tinggi. Semakin tinggi manfaat yang
diharapkan dari kayu maka, semakin dalam pengetahuan sifat-sifat dasar kayu yang harus dimiliki. Dalam industri mebel, kualitas atau mutu hasil pengerjaan
kayu akan sangat ditentukan oleh struktur anatomi kayu yang dipakai. Untuk bahan baku mebel terdapat beberapa kriteria kayu yang lebih disenangi sebagai
bahan baku. Diantaranya adalah kayu dengan stabilitas dimensi yang baik. Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh ratio kayu teras dan kayu gubal. Sifat
kayu gubal sebagai bahan baku industri mebel memiliki moisture contents lebih tinggi, stabilitas dimensi dan keawetan alaminya umumnya lebih rendah. Bagian
kayu gubal umumnya kurang disenangi untuk bahan baku industri mebel. Oleh karena itu, kayu untuk bahan baku mebel lebih disenangi yang memiliki ratio
kayu gubal rendah dengan kayu teras yang lebih tinggi Pandit 2009. Perubahan kayu gubal menjadi kayu teras juga menyebabkan adanya
perubahan warna, sebagai contoh kayu kempas Koompassia malaccensis bagian terasnya berwarna kemerahan, kayu mangium Acacia mangium kayu terasnya
berwarna coklat, kayu eboni Diospyros celebica bagian terasnya berwarna hitam. Banyak juga jenis pohon dimana bagian teras tidak berubah warnanya
sehingga sama dengan bagian gubal, seperti pada kayu pulai Alstonia scholaris dan kayu ramin Gonystylus bancanus warna kayu terasnya tetap berwarna putih
Sarajar 1975.
Bahan baku kayu untuk industri mebel umumnya lebih menyukai bahan baku kayu yang mempunyai ratio kayu teras dan kayu gubal RTG yang tinggi,
artinya persentase kayu terasnya yang jauh lebih tinggi dibanding bagian gubalnya. Kriteria bahan baku kayu yang mempunyai RTG yang tinggi akan
menyebabkan : a.
Stabilitas dimensinya meningkat b.
Keawetan alaminya meningkat c.
Moisture content yang lebih rendah d.
Corak kayunya menjadi lebih menarik e.
Warna kayu umumya menjadi semakin gelap f.
Permeabilitas kayu menurun
Selain ratio kayu gubal dan teras, kriteria untuk bahan baku mebel juga dipengaruhi oleh ratio kayu juvenile dan kayu dewasa. Karakteristik kayu juvenile
umumnya mempunyai kerapatan yang rendah, persentase kadar air yang tinggi dan penyusutan longitudinal yang tinggi sehingga mudah mengalami cacat
bentuk. Jadi karena struktur anatomi sangat berbeda dengan kayu dewasa sering kayu juvenile ini dianggap sebagai cacat kayu yang sangat ditakuti, khususnya
untuk kayu struktural. Untuk bahan baku industri mebel adanya persentase kayu juvenile yang tinggi juga akan menimbulkan banyak masalah selama proses
pengerjaan Pandit 2010.
Untuk bahan baku industri mebel atau furniture umumnya lebih disenangi
bahan baku kayu yang mempunyai serat lurus, karena kayu yang arah seratnya miring
umumnya sifat kekuatannya akan tereduksi Pandit 2009. Kayu yang mempunyai
tekstur halus sampai sedang lebih disukai untuk bahan baku mebel dan kurang
menyukai kayu dengan tekstur kasar. Tekstur kayu yang halus secara alami sangat
berpengaruh dalam proses finishing Mandang dan Pandit 1997. Bahan baku kayu
untuk industri mebel yang mempunyai kilap alami yang baik akan sangat mempermudah
dalam proses finishing dan contoh kayu yang mempunyai kilap alami yang baik yaitu
seperti kayu jati Tectona grandis dan kayu eboni Diospyros celebica Pandit dan
Kurniawan 2008.
Bahan baku untuk industri mebel tidak menghendaki kayu yang memiliki
kekerasan dan berat yang terlalu tinggi. Kriteria bahan baku kayu untuk industri mebel
umumnya lebih menyukai bahan baku kayu yang mempunyai kekerasan dan berat yang
moderat, artinya lebih menginginkan kayu yang tidak terlalu keras dan berat. Kayu yang
terlalu keras dan berat akan menyulitkan dalam proses pengerjaan kayu. Di samping itu
untuk bahan baku mebel kayu yang terlalu berat kurang disukai, karena mebel
merupakan perabot rumah tangga yang sering digeser‐geser atau dipindahkan posisinya
Pandit 2010.
2.4 Hubungan Struktur Makroskopis dengan Sifat Pengerjaan