Dampak perubahan peningkatan harga bibit DOC
perkembangan industri broiler. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan untuk mengembangkan industri broiler oleh pemerintah akan lebih efektif dengan
mendorong terjadinya peningkatan permintaan dibanding hanya dengan mendorong peningkatan produksi atau industri. Penawaran produk-produk
peternakan akan meningkat dengan meningkatnya jumlah usaha peternakan dan perkembangan usaha peternakan didorong oleh meningkatnya permintaan akan
produk-produk peternakan. Kondisi ini dapat tercapai jika daya beli dan kesejahteraan masyarakat serta kesadaran akan pentingnya protein hewani di
tingkat masyarakat meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa faktor konsumen produk hasil ternak menjadi faktor penting dalam pengembangan industri
peternakan karena permintaan akan produk yang tinggi akan mendorong masuknya pelaku baru dalam industri peternakan sehingga industri menjadi lebih
bersaing dan efisien.
Namun yang perlu diperhatikan bahwa peningkatan produksi ini akan semakin meningkatkan konsentasi. Adapun kenaikan konsentrasi secara positif
berkorelasi dengan tingkat keuntungan. Konsentrasi dapat menyebabkan efisiensi biaya atau inefisiensi biaya atau biaya netral. Ketiadaan persaingan yang ketat
dapat mengurangi tekanan bagi produsen dalam penggunaan sumber daya secara efisien. Sebagai hasilnya, kekuatan pasar yang muncul dari konsentrasi industri
dapat meningkatkan biaya produksi serta mengurangi efisiensi ekonomi secara agregat. Ada atau tiadanya efek efisiensi yang mampu mengimbangi atau
memperkuat efek kekuatan pasar sangat penting untuk kinerja sistem pangan. Dengan demikian, konsentrasi dapat berdampak tidak hanya pada konsumen
sejauh bahwa tabungan atau inefisiensi biaya yang diteruskan kepada mereka, tetapi juga pada daya saing internasional dan profitabilitas perusahaan Lopez dan
Lirón-España, 2005.
Hal ini perlu kiranya menjadi perhatian oleh pemerintah, sehingga disamping perlunya upaya mendorong konsumsi produk pangan hewani ini,
pemerintah juga harus menciptakan iklim usaha bersaing yang sehat dan kondusif. Untuk itu sangat diperlukan kebijakan persaingan usaha yang memungkinkan
pasar dapat bekerja secara sehat. Kompetisi merupakan elemen penting critical elemen
bagi price-oriented market economy. Tanpa persaingan yang fair, ekonomi menjadi tidak produktif, industri bekerja secara tidak efisien, mendorong
konsentrasi ekonomi yang diikuti oleh abuse of dominant position, kehilangan daya inovasi dan kreativitas.
Program kemitraan antara perusahaan dengan peternak merupakan salah satu upaya yang harus terus dikembangkan selain mengembangkan usaha
peternakan yang terintegrasi business integration. Integrasi vertikal yang terjadi saat ini masih jauh dari sempurna. Pada sisi lain integrasi semu ini dapat
cenderung tumbuh membentuk monopoli atau oligopoli. Thailand negara Asia yang sudah maju dalam industri broilernya, telah sejak semula membangun secara
terintegrasi, tetapi terjerumus kedalam bentuk monopoli Panayotou, 1989 dalam Yusdja et al, 2000. Sekalipun integrasi tidak saja merupakan suatu keharusan,
tetapi memang harus begitu, namun tidak harus disertai watak monopoli. Analisis Kesejahteraan Sosial
Peningkatan konsentrasi industri menimbulkan kekhawatiran tentang dampak potensial terhadap kekuatan pasar. Namun, seperti yang ditunjukkan
dalam makalah awal Williamson, mungkin ada tradeoff antara peningkatan kekuatan pasar dan efisiensi yang dihasilkan dari peningkatan konsentrasi baik
melalui merger integrasi horisontal, integrasi vertikal atau kombinasi keduanya. Untuk kasus industri broiler, jika dampak kekuatan pasar bersifat lebih dominan,
konsentrasi di industri dapat meningkatkan keuntungan industri dan margin, sementara konsumen mungkin membayar harga yang lebih tinggi dibandingkan
dari pasar yang kompetitif untuk produk ayam broiler. Di sisi lain, jika efisiensi atau pengurangan biaya memiliki efek lebih besar daripada efek kekuatan pasar,
konsentrasi dapat bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil simulasi peningkatan rasio konsentrasi pada berbagai tingkatan, didapatkan perhitungan beberapa variabel yang mewakili surplus
produsen dan surplus konsumen, seperti terlihat pada Tabel 14 dibawah ini: Tabel 14. Dampak peningkatan rasio konsentrasi pada beberapa tingkatan
terhadap kesejahteraan
Indikator Nilai
Kenaikan rasio konsentrasi Dasar
5 10
15 20
Harga broiler perusahaan 12495.3
4.05 8.11
12.16 16.22
Produksi broiler domestik 104635.0
7.62 15.45
23.28 31.11
Tingkat keuntungan 219.1
24.19 48.43
72.66 96.90
Kekuatan pasar 0.4858
4.08 8.07
12.04 16.04
Harga eceran broiler 16702.7
0.24 0.48
0.73 0.97
Konsumsi broiler domestik 134843.0
-0.09 -0.17
-0.26 -0.34
Biaya per unit 0.5546
-3.59 -7.18
-10.78 -14.39
Produktivitas tenaga kerja 229.4
14.17 28.38
42.59 56.76
Ketimpangan 2.245
9.65 19.28
28.92 38.55
Hasil simulasi diatas menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya rasio konsentrasi, produksi daging ayam broiler makin meningkat. Dari sisi
produsen, terjadi peningkatan kesejahteraan dikarenakan dengan meningkatnya produksi maka keuntungan usaha makin meningkat. Produktivitas tenaga kerja
juga berhubungan positif dengan rasio konsentrasi. Produktivitas mencerminkan tingkat inovasi, artinya dalam jangka panjang terjadi perbaikan dalam teknologi
usaha. Inovasi dapat dilakukan apabila suatu usaha menguntungkan dan dalam jangka panjang suatu perusahaan dapat memiliki modal yang cukup dalam
advanced
teknologi. Sesuai dengan pernyataan Weng 2012 bahwa surplus produsen berkorelasi positif dengan rasio konsentrasi, yaitu surplus produsen
meningkat bila rasio konsentrasi meningkat, menurun ketika rasio konsentrasi menurun.
Selanjutnya dari sisi konsumen, dengan meningkatnya rasio konsentrasi akan semakin meningkatkan harga produk ayam broiler. Namun persentase
kenaikan harga produk lebih rendah dari persentase kenaikan jumlah produksi. Pada kondisi ini kerugian ditingkat konsumen dapat ditutupi dengan peningkatan
produksi dimana terlihat bahwa tingkat konsumsi meskipun turun namun dengan persentase yang cukup kecil. Pada pasar persaingan sempurna, peningkatan
produksi akan menyebabkan penurunan harga dari produk yang diminta.
Hasil perhitungan surplus produsen dan surplus konsumen sebagai dampak perubahan konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini:
Tabel 15. Perhitungan surplus produsen dan surplus konsumen sehubungan dengan peningkatan konsentrasi industri
Indikator Satuan
Perubahan kesejahteraan kesejahteraan
Sim 1 Sim 2
Sim 3 Sim 4
Surplus produsen Milyar Rp
50.93 97.80
140.50 179.06
Surplus konsumen Milyar Rp
-5.46 -10.92
-16.36 -21.74
Ket : Simulasi 1 : Kenaikan tingkat konsentrasi industri broiler sebesar 5 persen
Simulasi 2 : Kenaikan tingkat konsentrasi industri broiler sebesar 10 persen Simulasi 3 : Kenaikan tingkat konsentrasi industri broiler sebesar 15 persen
Simulasi 4 : Kenaikan tingkat konsentrasi industri broiler sebesar 20 persen
Berdasarkan perhitungan surplus produsen dan surplus konsumen yang mengacu kepada perhitungan Sinaga 1989 didapatkan hasil surplus produsen
sebesar 50.928 sementara surplus konsumen didapatkan hasil sebesar -5.463 pada kenaikan rasio konsentrasi sebesar 5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
kenaikan konsentrasi sebesar 5 persen akan meningkatkan surplus produsen sebesar 50.928 milyar rupiah dan menurunkan surplus konsumen sebesar 5.463
milyar rupiah. Artinya, produsen jauh diuntungkan dengan kenaikan konsentrasi ini. Selanjutnya dengan meningkatnya konsentrasi maka surplus produsen juga
semakin besar.
Kenaikan konsentrasi industri sampai pada taraf 20 persen semakin meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja serta kekuatan pasar. Dari
sisi produsen masih diuntungkan dengan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja, namun kekuatan pasar makin mendorong kenaikan harga produk sehingga
konsumen dirugikan. Berdasarkan hasil estimasi sebelumnya bahwa peubah integrasi vertikal dan hambatan masuk berhubungan positif dan signifikan
terhadap konsentrasi. Sementara integrasi vertikal berhubungan positif terhadap efisiensi dan kekuatan pasar. Kekuatan pasar yang besar akan menciptakan
hambatan masuk yang besar pula, demikian pula sebaliknya. Artinya, meningkatnya integrasi vertikal di industri ini berdampak terhadap meningkatnya
konsentrasi yang secara tidak langsung meningkatkan kekuatan pasar melalui efisiensi yang meningkat. Menurut George et al. 1992, meskipun integrasi
vertikal mungkin akan mengurangi biaya terhadap transaksi di pasar, integrasi semacam ini dapat saja memunculkan perusahaan yang memiliki kekuatan pasar
yang sangat besar dengan menciptakan hambatan masuk. Selain itu, semakin terintegrasi suatu perusahaan maka semakin baik posisinya dalam bisnis sebagai
hasil dari usaha yang efisien, lebih terdiversifikasi menyangkut resiko usaha dan tingginya barriers to entry.
Beberapa perusahaan yang memiliki keterkaitan proses produksi melakukan suatu bentuk pengintegrasian secara vertikal sebagai strategi untuk meningkatkan
efisiensi sehingga produk yang dihasilkan menjadi lebih kompetitif. Namun dari hasil estimasi terdapat hubungan positif antara kekuatan pasar dan efisiensi.
Artinya semakin efisien industri maka kekuatan pasar semakin meningkat. Namun jika dilihat dari persentase kenaikannya, maka dampak peningkatan konsentrasi
memberikan efek kekuatan pasar yang lebih besar dibandingkan efek efisiensi.
Artinya secara keseluruhan atau agregat, kenaikan konsentrasi lebih lanjut akan menurunkan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan perhitungan penulis, jika pada tahun 2003, konsentrasi industri di Indonesia berada pada kisaran 50.26 persen, dan meningkat menjadi 54.81
persen pada 2012. Tujuh perusahaan dari sekitar 956 perusahaan di industri ini menguasai sekitar 53.52 persen di tahun 2003, dan sekarang di tahun 2012
dimana hanya tinggal sekitar 108 perusahaan broiler seluruh Indonesia, tujuh perusahaan menguasai sekitar 60.32 persen. Maka diprediksi, dominasi pasar dari
perusahaan besar di industri broiler pada tahun 2025 mencapai 70 persen.
Rumusan Kebijakan Pengembangan Usaha Broiler
Salah satu yang menyebabkan kenaikan tingkat konsentrasi di industri broiler adalah integrasi vertikal sebagaimana yang terlihat pada hasil estimasi
peubah endogen konsentrasi industri pada bab sebelumnya. Semestinya, peningkatan konsentrasi pasar berkaitan dengan economies of scale dan technical
efficiency improvements
, yang mana dapat mendorong harga output turun dan meningkatkan harga input bahan baku utama dan meningkatkan output Stiegert
dan Carton, 1998. Namun integrasi vertikal yang terjadi di industri broiler sekarang ini menyebabkan turunnya tingkat persaingan sehingga konsentrasi
industri meningkat. Selanjutnya, meningkatnya konsentrasi dan integrasi menyebabkan meningkatnya harga output. Seperti prediksi awal dari lembaga
yang ahli dan pemerhati masalah industri, mereka umumnya sepakat bahwa konsentrasi kemungkinan akan meningkat di masa depan, berpotensi
meningkatkan kekhawatiran tentang kekuatan pasar dan manipulasi harga komoditas dan pangan Shields, 2010.
Hal ini mengindikasikan bahwa integrasi vertikal yang dijalankan di industri broiler merupakan integrasi semu, dimana semestinya dengan integrasi, usaha
menjadi lebih efisien dan harga produk menjadi rendah. Hal ini mengingat bahwa, di dalam usaha budidaya ayam ras, baik petelur maupun pedaging, ada empat pola
usaha ternak budidaya, yakni : 1 usaha ternak ayam ras menyediakan sendiri seluruh sapronaknya baik langsung maupun melalui perusahaan afiliasi, 2 usaha
ternak ayam menyediakan sendiri sebagian sapronaknya, misalnya usaha ternak menghasilkan sendiri pakan ayam ras tetapi tidak menyediakan Day Old Chick
DOC atau sebaliknya, 3 usaha ternak yang membeli sendiri seluruh sapronaknya langsung dari pabrik, dan 4 usaha ternak ayam ras yang membeli
seluruh sapronaknya melalui poultry shop. Dari empat pola usaha ini, pola satu dan dua mempunyai peluang yang lebih baik dalam berbagai kondisi pasar.
Sedangkan usaha ternak pola empat berada pada posisi bersaing yang lemah dan sangat peka terhadap perubahan harga sapronak. Dalam keadaan harga sapronak
naik, sedangkan harga produk ayam ras tidak naik, maka usaha ternak pola keempat ini akan sangat menderita Alim, 1996.
Karena sesungguhnya suatu perusahaan akan melakukan integrasi vertikal apabila manfaat yang diperolehnya
jauh lebih besar daripada biaya-biaya yang mungkin akan dihadapinya Mulyaningsih dan Karseno, 2002
Kekuatan pasar berhubungan positif dengan pengurangan biaya. Artinya makin efisien industri maka kekuatan pasar makin meningkat. Namun jika dilihat
dari persentase kenaikannya, maka efek kekuatan pasar lebih besar dari efek
efisiensi. Efek kekuatan pasar yang berhubungan dengan perusahaan-perusahaan dominan adalah rente ekonomi di industri yang wajib dibayar, sehingga
berdampak pada harga produk yang lebih tinggi, sehingga mengurangi pendapatan bersih peternak dari tingkat yang mungkin sebaliknya jika ada di kondisi pasar
persaingan sempurna. Di samping itu, efek dari pasar yang kuat di industri broiler memiliki implikasi bagi stabilitas baik pasokan dan harga produk untuk
konsumen.
Mc. Donald dan Key 2012 mengungkapkan bahwa kekuatan pasar oleh perusahaan pengolahan ayam pedaging integrator adalah masuk akal karena
pasar lokal untuk pembudidaya grower telah terkonsentrasi dan karena peternak pembudidaya harus menghadapi resiko yang timbul dari investasi besar dalam
aset tertentu yang ditetapkan terhadap komitmen pembelian yang terbatas di integrator. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi di integrator
meskipun kecil namun secara ekonomi bermakna dalam mengurangi kompensasi yang diterima peternak.
Sebagaimana industri pangan yang semakin maju, dan didorong oleh permintaan konsumen, maka koordinasi vertikal, sebagai strategi bisnis menjadi
sangat penting sekarang karena hal ini memungkinkan petani dan industri pangan untuk mengatur dan menyesuaikan produksi mereka berdasarkan kebutuhan pasar.
Hal ini dipercaya bahwa integrasi vertikal dan kontrak sistemnya pada akhirnya menyebabkan perubahan, dimana secara konsisten terjadi peningkatan kualitas,
produk lebih beragam dan lebih banyak pilihan produk bagi konsumen. Williamson 1974 dalam Bhuyan 2005, berpendapat bahwa integrasi vertikal
menciptakan efisiensi dengan mengurangi biaya transaksi terkait dengan pertukaran market exchange. Perusahaan terintegrasi akan mampu mengurangi
inefisiensi alokatif dengan melakukan diversifikasi resiko, memastikan penawaran atau pasar, menangkap peluang atau skala ekonomis, menginternalkan
eksternalitas di produksi, penentuan harga dan keputusan pasar Klein et al. 1978.
Konsentrasi disertai konsolidasi integrasi di industri akan menurunkan margin pemasaran jika dampak ukuran ekonomi berlaku dan akan meningkatkan
margin pemasaran jika dampak kekuatan pasar berlaku. Implikasi dari kenaikan konsentrasi di industri broiler ini bagi para penentu kebijakan, dimana jika
perusahaan agribisnis yang memegang kekuatan pasar berusaha menambah keuntungan yang berlebihan, maka peternak harus makmur bersama dengan
perusahaan-perusahaan agribisnis swasta.
Kebijakan peternakan unggas oleh pemerintah diarahkan pada visi pemberdayaan peternak dan usaha agribisnis
peternakan, peningkatan nilai tambah dan dayasaing dengan misi mendorong pembangunan peternakan. Program peningkatan produktivitas dan produksi ayam
broiler lebih diarahkan pada pengembangan transformasi skala usaha rakyat mencapai skala menengah melalui pendekatan pola produksi yang lebih efisien
dan kelembagaan.
Bagi peternak, kehadiran koperasi produsen dapat mengurangi kesempatan untuk eksploitasi oleh perusahaan besar. Mereka sulit makmur dalam persaingan
dengan perusahaan swasta. Peternak mesti berkonsolidasi kedepannya untuk dapat bersaing dan bertahan. Koperasi dapat berintegrasi secara vertikal untuk
beroperasi di hampir semua fase pasokan input pertanian, kontraktor, pengolahan hasil, dan pemasaran produk. Koperasi dihadirkan untuk dapat memberikan
kekuatan penyeimbang terhadap perusahaan swasta besar, sehingga keuntungan agregat keseluruhan perusahaan agribisnis yang mengolah dan memasarkan
produk-produk pertanian dapat dinikmati masyarakat keseluruhan.
Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi
usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk dari produk-produk unggas luar negeri. Produk unggas, yakni daging ayam dan telur, dapat menjadi
lebih murah sehingga dapat menjangkau lebih luas masyarakat di Indonesia.
Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan yang cukup berat baik secara global maupun lokal karena dinamika lingkungan strategis di dalam
negeri. Tantangan global ini mencakup kesiapan dayasaing produk perunggasan, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan,
yang merupakan 70-80 persen dari biaya produksi karena sebagian besar masih sangat tergantung dari impor. Upaya meningkatkan dayasaing produk
perunggasan harus dilakukan secara simultan dengan mewujudkan harmonisasi kebijakan yang bersifat lintas Departemen. Hal ini dilakukan dengan tetap
memperhatikan faktor internal seperti menerapkan efisiensi usaha, meningkatkan kualitas produk, menjamin kontinuitas suplai dan sesuai dengan permintaan pasar.
Terwujudnya industri perunggasan yang berdayasaing dicirikan oleh ketidak- tergantungan terhadap komponen bahan baku impor dan terjadinya transformasi
dari skala usaha yang subsisten ke skala menengah maupun skala besar.
Dua hal pokok harus digarap oleh industri perunggasan Indonesia saat ini demi pertumbuhan bisnis ini secara sehat. Pertama adalah promosi, dan kedua
adalah peningkatan jumlah kandang peternak komersial secara signifikan. Sebagian besar persoalan industri broiler tanah air muaranya pada rendahnya
daya serap konsumen. Pertumbuhan tingkat konsumsi daging ayam oleh publik tidak secepat tumbuhnya industri tersebut. Upaya promosi atau kampanye
peningkatan konsumsi daging ayam terbukti di berbagai belahan dunia mampu memperbesar pasar, dan berikutnya akan berkontribusi menekan fluktuasi harga
produk live bird.
Selama ini, industri perunggasan di hulu, dalam hal ini breeding perusahaan pembibitan produsen DOC anak ayam umur sehari maupun
feedmill pabrikan pakan berkembang demikian pesat dan produksinya jauh
meningkat dibandingkan kurun waktu sebelumnya. Tetapi pertumbuhan dan perkembangan ini tidak diimbangi penambahan kandang budidaya dan
peningkatan kualitas cara-cara budidaya yang setara. Alhasil, tak jarang produsen DOC dan pakan berebut peternak pelanggan, dan perang harga acapkali tak
terelakkan. Sebagaimana terjadi di waktu-waktu terakhir ini, DOC diperdagangkan dengan harga tidak wajar, seolah tak ada harganya Dawami,
2012.
Upaya penambahan kandang budidaya pembesaran secara signifikan akan berpengaruh pada serapan DOC dan berpengaruh pada stabilisasi harga. Peternak
harus diberi rangsangan modal untuk mampu menambah kapasitas kandang atau mampu menarik pelaku-pelaku baru di segmen budidaya. Rangsangan dapat
berupa kredit dari perbankan maupun program kredit dari pemerintah. Berikutnya diikuti dengan upaya peternak meningkatkan efisiensi sehingga HPP harga pokok
produksi dapat ditekan dan harga jual tidak di bawah ongkos produksi. Dengan
kata lain, berapa pun banyaknya produksi ayam, peternak tidak merugi tetapi konsumen juga tidak diberatkan dengan harga yang terlalu mahal.
Efisiensi bisa ditingkatkan melalui beberapa strategi. Diantaranya dengan meningkatkan utilitas. Melalui sentuhan teknologi, kepadatan kandang dapat
ditingkatkan, okupansi tenaga kandang dapat ditambah, tingkat stres dapat ditekan, masa budidaya dapat lebih singkat, dan beberapa perbaikan performa
lainnya yang berujung pada meningkatnya efisiensi.
Pada sisi lain, industri perunggasan menghadapi berbagai tantangan diantaranya pasar bebas baik regional maupun pasar dunia. Untuk itu perlu
dilakukannya pembenahan guna menghadapi berbagai perubahan-perubahan lingkungan strategis. Semua tantangan yang ada didepan dan permasalahan yang
ada saat ini, menjadi bahan pertimbangan utama dalam menciptakan industri perunggasan yang tangguh, mandiri dan efisien. Untuk itu diperlukan strategi dan
program yang pas dari pemerintah dalam menyusun strategi dan program pembangunan industri unggas nasional. Perlu adanya kesamaan persepsi tentang
dasar pemikiran dan konsepsi tentang perunggasan. Pembenahan dalam industri perunggasan akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam pembenahan sub-
sektor peternakan dari hulu hingga ke hilir.
Hasil penelitian MacDonald dan Key 2012 menemukan hal yang kecil tapi bermakna secara ekonomi sebagai dampak dari jumlah integrator terhadap
kompensasi yang diterima peternak produsen broiler di Amerika pada 2007. Peternak yang menghadapi integrator tunggal dibayar 7-8 persen lebih sedikit
secara rata-rata, dibandingkan peternak yang menghadapi empat atau lebih integrator. Temuan ini diperkuat untuk kontrol di tingkat kompensasi lokal untuk
operasi dan fitur kontrak, faktor yang juga terbukti mempengaruhi kompensasi kontrak dan bervariasi di seluruh peternak. Meskipun mereka mencirikan dampak
kompetisi yang kecil dari harga integrator, perbedaan sederhana dalam pendapatan dapat diterjemahkan ke dalam perbedaan substansial dalam laba
bersih seluruh operasi. Untuk kondisi di industri broiler Indonesia saat ini dimana struktur usaha masih dominan dikuasai dua perusahaan asing yang terintegrasi
menyebabkan rendahnya tingkat kompetisi di tingkat industri. Hal ini tentu sedikit banyak berpengaruh terhadap kinerja sistem kontrak kemitraan di tanah air.
Untuk itu industri peternakan ayam perlu dibenahi agar produksinya bisa maksimal dan bersaing, di samping meningkatkan kesejahteraan peternak ayam,
dan menaikkan daya beli masyarakat. Penanganan jangka panjang ketersediaan bahan baku sangat penting agar peternak rakyat bisa berkompetisi. Kondisi
peternak saat ini sangat sulit, dimana di satu sisi harus berhadapan dengan perusahaan besar yang menguasai peternakan unggas dari hulu sampai hilir
integrasi vertikal dan horisontal sehingga bisa mengendalikan harga, sementara di sisi lain harus bersiap dengan serbuan produk impor.
Tabel 16. Implikasi kebijakan pemerintah di dalam memperbaiki Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Broiler sehubungan dengan simulasi
Simulasi Implikasi Kebijakan
Kenaikan permintaan
- Mendorong perkembangan industri broiler dengan mempermudah regulasi dan deregulasi
- Menciptakan iklim usaha bersaing yang sehat dan kondusif
Kenaikan penawaran
- Meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat - Terus mengkampanyekan pentingnya konsumsi pangan
asal protein hewani di masyarakat Kenaikan
harga broiler
- Mendorong perkembangan usaha broiler rakyat yang efisien, sebagai contoh dengan memberikan bantuan
kredit lunak untuk penyediaan sarana dan prasarana - Memberikan penyuluhan ke peternak mengenai
introduksi kandang tertutup yang efisien close-house Kenaikan
harga pakan
- Mendorong kegiatan riset dan pengembangan bahan baku penyusun pakan alternatif sumber protein
- Memperbaiki infrastruktur pemasaran pakan yang efisien
Kenaikan harga
DOC - Meningkatkan koordinasi antara pabrik pembibitan dan
sektor budidaya - Mengupayakan
penambahan kandang
budidaya pembesaran dengan bantuan kredit lunak
Kenaikan konsentrasi
- Beberapa usaha rakyat yang memiliki keterkaitan proses
produksi melakukan
suatu bentuk
pengintegrasian secara vertikal sebagai upaya strategi untuk meningkatkan efisiensi
- Konsolidasi koperasi
dapat dilakukan
untuk memperkuat
posisi bargaining
dan sebagai
penyeimbang kekuatan perusahaan besar
8 KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang dampak konsentrasi industri terhadap kinerja dan kesejahteraan masyarakat di industri broiler
Indonesia maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat keterkaitan erat antara tingkat konsentrasi industri terhadap kinerja
industri broiler dimana konsentrasi yang meningkat akan meningkatkan strategi integrasi vertikal. Perilaku Integrasi vertikal selanjutnya berdampak
kepada efisiensi dan kekuatan pasar. Konsentrasi dan integrasi vertikal yang meningkat akan mengurangi tingkat persaingan di industri dan akan
menguntungkan perusahaan yang terintegrasi. Tingkat keuntungan yang meningkat akan semakin meningkatkan kekuatan pasar. Secara tidak
langsung peningkatan konsentrasi berdampak terhadap peningkatan kekuatan pasar. Perusahaan-perusahaan besar yang melakukan integrasi vertikal akan
semakin memperbesar pangsa pasarnya sehingga efisiensi atau penghematan akan mudah diperoleh. Terciptanya suatu hambatan masuk bagi perusahaan-
perusahaan baru menyebabkan kondisi pasar semakin mendekati monopoli.
2. Berdasarkan hasil simulasi peningkatan permintaan daging ayam broiler, terlihat bahwa upaya menurunkan tingkat konsentrasi dan kekuatan pasar
dapat dilakukan dengan meningkatkan permintaan akan produk. Permintaan akan berdampak terhadap perluasan penyebaran produksi dan akan
meningkatkan persaingan. Penawaran produk-produk peternakan akan meningkat dengan meningkatnya jumlah usaha peternakan dan perkembangan
usaha peternakan didorong oleh meningkatnya permintaan akan produk- produk peternakan demand creates supply.
3. Kenaikan konsentrasi industri sampai pada taraf 20 persen meningkatkan efisiensi, produktivitas tenaga kerja dan kekuatan pasar. Dari sisi produsen
masih diuntungkan dengan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja, namun kekuatan pasar akan semakin mendorong kenaikan harga produk sehingga
konsumen dirugikan. Kemudian jika dilihat dari persentase kenaikannya, maka efek kenaikan kekuatan pasar lebih besar dari efek kenaikan efisiensi.
Artinya secara keseluruhan atau agregat, kenaikan konsentrasi lebih lanjut akan menurunkan kesejahteraan masyarakat.
Implikasi Kebijakan
Berdasarkan hasil pembahasan struktur, perilaku dan kinerja perusahaan broiler dan dilanjutkan dengan simulasi kebijakan maka beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk mendorong perkembangan industri broiler adalah: 1. Pemerintah perlu menyediakan berbagai regulasi untuk mendorong perubahan
struktur industri menuju pasar
yang lebih bersaing. Pengembangan pasar input bahan baku pakan, lembaga penunjang perbankan dan koperasi, pengembangan
industri pakan dan DOC serta sarana dan prasarana budidaya unggas dan
pengolahan hasil ternak harus dilakukan secara terintegrasi dalam kerangka pengembangan agribisnis peternakan unggas.
2.
Terkait perkembangan usaha broiler agar dapat memberikan manfaat bagi produsen dan konsumen serta masyarakat keseluruhan, pemerintah perlu
menyusun kebijakan industri ayam broiler untuk jangka panjang dengan memperhatikan perubahan lingkungan yang mempengaruhinya baik lingkungan
regional dan nasional maupun wilayahdaerah agar kebijakan tersebut tepat sasaran, mengingat peran usaha ayam broiler yang sangat strategis.
3. Mengingat semakin timpangnya struktur produksi di industri broiler maka kiranya pengembangan agribisnis peternakan unggas oleh pemerintah
diarahkan pada visi pemberdayaan peternak dan usaha agribisnis terpadu, peningkatan nilai tambah dan daya saing dengan misi mendorong
pembangunan perunggasan. Pada p
enelitian ini diperoleh hasil bahwa integrasi vertikal dapat meningkatkan efisiensi melalui biaya produksi yang rendah.
Untuk itu upaya peningkatan efisiensi usaha broiler perlu dilakukan dengan penyuluhan-penyuluhan secara berkesinambungan.
Program peningkatan produktivitas dan produksi ayam broiler lebih diarahkan pada pengembangan
transformasi skala usaha rakyat mencapai skala menengah melalui pendekatan pola produksi yang lebih efisien dan kelembagaan.
4. Peningkatan efisiensi usaha peternakan ayam broiler di tingkat perusahaan dapat menjadi role model bagi pemerintah dalam pengembangan usaha
broiler rakyat. Kebijakan pemerintah seharusnya lebih terfokus pada penggunaan teknologi pakan dan bibit yang bermutu serta penggunaan
kandang modern close house. Penanganan jangka panjang ketersediaan bahan baku sangat penting agar peternak rakyat dapat berkompetisi.
Profesionalisme penyuluh peternakan juga perlu ditingkatkan sehubungan dengan introduksi teknologi di tingkat peternak agar teknologi yang
digunakan dapat efisien dan tepat guna.
Saran Penelitian Lanjutan
Penelitian lanjutan sangat diharapkan untuk dapat melihat perkembangan industri broiler di Indonesia secara lebih komprehensif mengingat usaha ayam
broiler memiliki keterkaitan ke belakang backward linkages dan keterkaitan ke depan forward linkages, diantaranya :
1. Perlu ditelitinya keterkaitan kelembagaan dalam industri ayam broiler yang
mencakup industri dari hulu ke hilir termasuk koperasi dan poultry shop melalui analisis Structure Conduct Performance sehingga pembahasan terkait
konsentrasi dan integrasi vertikal dapat lebih dipertajam.
2. Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam sehubungan dengan kinerja peternak ayam broiler, baik itu peternak mandiri atau kemitraan, untuk dapat
melihat langsung kondisi peternakan broiler yang ada sekarang. 3. Data industri broiler sebaiknya menggunakan data time series tahunan
berdasarkan survei perusahaan peternakan unggas seluruh Indonesia.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pendugaan Model Ekonometrika Simultan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Broiler Indonesia
The SAS System The MODEL Procedure
Model Summary
Model Variables 14 Endogenous 14
Parameters 83 Equations 14
Number of Statements 14 The 14 Equations to Estimate
PDAB = Fa01, a1HDABR, a2JPAB, a3HPKNR, a4PRODF, a5YEAR DEMB = Fb01, b1HDABR, b2HDSPR, b3HDIKR, b4HTARR, b5PDRB, b6YEAR
HDABR = Fc01, c1MPWR, c2HPKNR, c3DEMB, c4PRODF, c5HBBTR, c6YEAR JPAB = Fd01, d1RHDAB, d2DEMB, d3PROF, d4DINV
RCON = Fe01, e1PDAB, e2DEMB, e3INTG, e4MESH, e5PDTK MESH = Ff01, f1RCON, f2COSU, f3MPWR, f4INTG
INTG = Fg01, g1JPIK, g2PDAB, g3PDTK, g4RCON SCPK = Fh01, h1HPKNR, h2INTG, h3SCOT, h4DEMB, h5JPAB
HABPR = Fk01, k1RCON, k2DEMB, k3HPKNR, k4HBBTR, k5INTG, k6YEAR COSU = Fl01, l1JPES, l2PRODF, l3INTG, l4PDTK, l5RCON
PDTK = Fm01, m1WAGR, m2RHDAB, m3RCON, m4INTG, m5YEAR PROF = Fn01, n1SCOP, n2JPES, n3RCON, n4PDTK, n5GAP
MPWR = Fo01, o1HDABR, o2RCON, o3PDTK, o4COSU, o5JPES GAP = Fp01, p1RCON, p2PDTK, p3RHDAB, p4YEAR
Instruments 1 PROPID VBBT HBBTR YEAR WAGR JTEK SCOP HDSPR HDIKR HTARR IHK JPIK VPKN HPKNR IHP DINV PDRB PRODF NCAP JPES
NOTE: The instrument IHP is a linear combination of other instruments. NOTE: At 2SLS Iteration 1 CONVERGE=0.001 Criteria Met.
The SAS System The MODEL Procedure
2SLS Estimation Summary Data Set Options
DATA= UBOILER Minimization Summary
Parameters Estimated 83 Method Gauss
Iterations 1 Final Convergence Criteria
R 0 PPC 2.16E-11
RPCa0 3.2705E9 Object 0.988055
TraceS 8.6185E8 Objective Value 6.3003E8
Observations Processed Read 24
Solved 24 The SAS System
The MODEL Procedure Nonlinear 2SLS Summary of Residual Errors
DF DF Adj Durbin Equation Model Error SSE MSE R-Square R-Sq Watson
PDAB 6 18 1.193E10 6.6289E8 0.9650 0.9553 0.8380 DEMB 7 17 3.321E9 1.9535E8 0.9846 0.9792 0.9833
HDABR 7 17 26547143 1561597 0.7029 0.5981 1.3933 JPAB 5 19 1153.0 60.6830 0.6929 0.6283 1.0176
RCON 6 18 692.7 38.4835 0.8449 0.8018 1.4618 MESH 5 19 152.2 8.0114 0.7013 0.6384 1.9554
INTG 5 19 91.1826 4.7991 0.7716 0.7235 1.1089 SCPK 6 18 582.1 32.3405 0.6550 0.5592 2.2484
HABPR 7 17 33720870 1983581 0.7664 0.6839 1.2017 COSU 6 18 0.0779 0.00433 0.8485 0.8064 1.9982
PDTK 6 18 639544 35530.2 0.6244 0.5200 1.9173 PROF 6 18 388979 21609.9 0.7569 0.6894 2.9150
MPWR 6 18 0.00926 0.000514 0.9817 0.9767 2.4484 GAP 5 19 12.2069 0.6425 0.6992 0.6358 1.2388
Nonlinear 2SLS Parameter Estimates Approx Approx
Parameter Estimate Std Err t Value Pr |t| Label a0 -330317 166022 -1.99 0.0620 Intercept
a1 8.509662 4.6409 1.83 0.0833 Harga eceran broiler a2 7355.853 655.0 11.23 .0001 Jumlah perusahaan
broiler a3 28.88879 18.7814 1.54 0.1414 Harga input pakan
a4 0.274686 0.0559 4.92 0.0001 Produksi broiler domestik
a5 8665.535 7901.0 1.10 0.2872 Trend b0 -191177 73671.6 -2.59 0.0189 Intercept
b1 -2.83943 1.6334 -1.74 0.1002 Harga eceran broiler b2 2.706981 1.8770 1.44 0.1674 Harga eceran
daging sapi b3 20.7128 2.9147 7.11 .0001 Harga eceran ikan
b4 -22.2648 5.8080 -3.83 0.0013 Harga eceran telur ayam
b5 0.667227 0.0299 22.34 .0001 PDRB b6 22782.38 5381.1 4.23 0.0006 Trend
c0 30165.41 3905.6 7.72 .0001 Intercept c1 2250.7 2505.9 0.90 0.3816 Kekuatan pasar
c2 -3.01791 0.6226 -4.85 0.0002 Harga input pakan c3 0.028552 0.0269 1.06 0.3039 Konsumsi broiler
domestik c4 -0.02393 0.0173 -1.39 0.1839 Produksi broiler
perusahaan c5 0.586888 0.3383 1.73 0.1009 Harga bibit DOC
c6 -638.258 359.8 -1.77 0.0940 Trend d0 -27.7055 8.9334 -3.10 0.0059 Intercept
d1 3.540493 1.5604 2.27 0.0351 Rasio harga broiler thd pakan
d2 0.000124 0.000023 5.49 .0001 Konsumsi broiler domestik
d3 0.020373 0.0122 1.67 0.1117 Tingkat keuntungan d4 -0.42565 0.3397 -1.25 0.2254 Penambahan investasi
e0 46.04805 7.0964 6.49 .0001 Intercept e1 0.000031 0.000022 1.43 0.1711 Produksi broiler
domestik e2 -0.0001 0.000029 -3.41 0.0031 Konsumsi broiler
domestik e3 1.959208 0.6246 3.14 0.0057 Integrasi vertikal
e4 0.716522 0.4658 1.54 0.1414 Hambatan masuk e5 -0.0143 0.00796 -1.80 0.0894 Produktivitas
tenaga kerja f0 -54.9558 27.6295 -1.99 0.0613 Intercept
f1 0.16701 0.0715 2.33 0.0307 Konsentrasi industri f2 58.33768 26.7498 2.18 0.0420 Biaya per unit
f3 43.07141 25.7363 1.67 0.1106 Kekuatan pasar f4 0.866149 0.3449 2.51 0.0212 Integrasi vertikal
g0 -3.22855 3.4410 -0.94 0.3599 Intercept g1 -0.23841 0.2863 -0.83 0.4153 Jumlah perusahaan
pakan g2 4.026E-6 4.546E-6 0.89 0.3870 Produksi broiler
domestik
g3 0.006182 0.00217 2.85 0.0102 Produktivitas tenaga kerja
g4 0.177627 0.0481 3.69 0.0015 Konsentrasi industri h0 50.37712 14.7282 3.42 0.0031 Intercept
h1 0.008418 0.00322 2.62 0.0174 Harga riil pakan h2 -0.93963 0.3484 -2.70 0.0147 Integrasi vertikal
h3 -1.18332 0.5059 -2.34 0.0311 Pangsa biaya lainnya h4 0.00003 0.000022 1.38 0.1846 Konsumsi broiler
domestik h5 0.074885 0.1603 0.47 0.6459 Jumlah perusahaan
broiler k0 3228.563 4448.7 0.73 0.4779 Intercept
k1 11.95296 61.6176 0.19 0.8485 Konsentrasi industri
The SAS System The MODEL Procedure
Nonlinear 2SLS Parameter Estimates Approx Approx
Parameter Estimate Std Err t Value Pr |t| Label k2 0.013509 0.00506 2.67 0.0162 Konsumsi broiler
domestik k3 0.390864 0.6818 0.57 0.5739 Harga input pakan
k4 0.16468 0.3856 0.43 0.6747 Harga input bibit k5 591.4382 154.2 3.84 0.0013 Integrasi vertikal
k6 -532.249 380.5 -1.40 0.1799 Trend l0 0.683887 0.1387 4.93 0.0001 Intercept
l1 -0.00106 0.00163 -0.65 0.5233 Jumlah perusahaan pesaing
l2 3.123E-7 1.947E-7 1.60 0.1261 Produksi broiler perusahaan
l3 -0.0256 0.00824 -3.10 0.0061 Integrasi vertikal l4 -0.00009 0.000094 -0.96 0.3485 Produktivitas
tenaga kerja l5 0.001048 0.00240 0.44 0.6672 Konsentrasi industri
m0 -1740.2 860.4 -2.02 0.0582 Intercept m1 0.002445 0.00140 1.74 0.0984 Upah riil
m2 64.66432 38.4363 1.68 0.1098 Rasio harga broiler thd pakan
m3 -1.39919 4.8379 -0.29 0.7757 Konsentrasi industri m4 46.50949 17.0015 2.74 0.0136 Integrasi vertikal
m5 -275.275 142.0 -1.94 0.0683 Trend n0 -71.3947 198.8 -0.36 0.7237 Intercept
n1 -26.1857 10.1642 -2.58 0.0190 Pangsa biaya operasional
n2 -0.32166 2.8048 -0.11 0.9100 Jumlah perusahaan pesaing
n3 1.655753 3.7875 0.44 0.6672 Konsentrasi industri n4 0.912869 0.2666 3.42 0.0030 Produktivitas
tenaga kerja n5 83.70797 41.4272 2.02 0.0585 Kesenjangan produksi
o0 0.900537 0.0911 9.88 .0001 Intercept o1 8.844E-6 3.233E-6 2.74 0.0136 Harga riil broiler
o2 0.000379 0.000564 0.67 0.5105 Konsentrasi industri o3 -0.00008 0.000034 -2.44 0.0253 Produktivitas
tenaga kerja o4 -1.02181 0.0667 -15.31 .0001 Biaya per unit
o5 -0.00008 0.000415 -0.20 0.8443 Jumlah perusahaan pesaing
p0 -4.50166 1.2852 -3.50 0.0024 Intercept p1 0.069869 0.0145 4.83 0.0001 Konsentrasi industri
p2 -0.00014 0.000862 -0.17 0.8705 Produktivitas tenaga kerja
The SAS System The MODEL Procedure
Nonlinear 2SLS Parameter Estimates Approx Approx
Parameter Estimate Std Err t Value Pr |t| Label p3 0.38968 0.1757 2.22 0.0389 Rasio harga broiler
thd pakan p4 0.128658 0.2061 0.62 0.5399 Trend
Number of Observations Statistics for System Used 24 Objective 630034176
Missing 0 ObjectiveN 1.5121E10 The SAS System
The MODEL Procedure Heteroscedasticity Test
Equation Test Statistic DF Pr ChiSq Variables PDAB Whites Test 23.54 20 0.2631 Cross of all vars
DEMB Whites Test 24.00 23 0.4038 Cross of all vars HDABR Whites Test 24.00 23 0.4038 Cross of all vars
JPAB Whites Test 19.99 14 0.1304 Cross of all vars RCON Whites Test 23.14 20 0.2821 Cross of all vars
MESH Whites Test 23.10 14 0.0587 Cross of all vars INTG Whites Test 14.59 14 0.4066 Cross of all vars
SCPK Whites Test 20.67 20 0.4169 Cross of all vars HABPR Whites Test 24.00 23 0.4038 Cross of all vars
COSU Whites Test 23.22 20 0.2781 Cross of all vars PDTK Whites Test 22.19 17 0.1776 Cross of all vars
PROF Whites Test 23.89 20 0.2471 Cross of all vars MPWR Whites Test 23.56 20 0.2622 Cross of all vars
GAP Whites Test 15.42 14 0.3500 Cross of all vars Godfreys Serial Correlation Test
Equation Alternative LM Pr LM PDAB 1 9.47 0.0021
2 9.48 0.0087 DEMB 1 5.42 0.0199
2 5.77 0.0560 HDABR 1 2.14 0.1438
2 3.73 0.1552 JPAB 1 7.13 0.0076
2 7.26 0.0265 RCON 1 2.88 0.0899
2 7.83 0.0200 MESH 1 0.01 0.9075
2 0.43 0.8048 INTG 1 4.15 0.0416
2 6.13 0.0466 SCPK 1 1.19 0.2746
2 1.57 0.4552 HABPR 1 4.00 0.0455
2 4.37 0.1124 COSU 1 0.05 0.8169
2 0.76 0.6837 PDTK 1 0.05 0.8287
2 6.20 0.0451 PROF 1 9.28 0.0023
2 11.46 0.0032 MPWR 1 1.60 0.2061
2 3.77 0.1522
The SAS System The MODEL Procedure
Godfreys Serial Correlation Test Equation Alternative LM Pr LM
GAP 1 3.72 0.0539 2 3.97 0.1377
Lampiran 2. Hasil Validasi Model Ekonometrika Simultan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Broiler Indonesia
The SAS System The SIMNLIN Procedure
Model Summary Model Variables 14
Endogenous 14 Parameters 83
Equations 14 Number of Statements 14
The SAS System The SIMNLIN Procedure
Simultaneous Simulation Data Set Options
DATA= UBOILER Solution Summary
Variables Solved 14 Solution Method NEWTON
CONVERGE= 1E-8 Maximum CC 1.35E-15
Maximum Iterations 1 Total Iterations 24
Average Iterations 1 Observations Processed
Read 24 Solved 24
Variables Solved For PDAB DEMB HDABR JPAB RCON MESH INTG SCPK HABPR COSU PDTK PROF MPWR GAP The SAS System
The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation
Descriptive Statistics Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label PDAB 24 24 104635 121764 104635 114586 Produksi broiler
domestik DEMB 24 24 134843 96852.8 134843 96110.8 Konsumsi broiler
domestik HDABR 24 24 16702.7 1971.1 16702.7 1743.3 Harga riil broiler
domestik JPAB 24 24 11.2500 12.7765 11.2500 11.6919 Jumlah perusahaan
di industri RCON 24 24 63.1971 13.9327 63.1971 12.2452 Konsentrasi industri
MESH 24 24 16.9496 4.7069 16.9496 3.1117 Hambatan masuk industri
INTG 24 24 9.3196 4.1659 9.3196 3.2117 Integrasi vertikal SCPK 24 24 79.1746 8.5657 79.1746 7.0153 Pangsa biaya pakan
HABPR 24 24 12495.3 2505.1 12495.3 1514.2 Harga broiler perusahaan
COSU 24 24 0.5546 0.1495 0.5546 0.1162 Biaya per unit PDTK 24 24 229.4 272.1 229.4 207.6 Produktivitas
tenaga kerja PROF 24 24 219.1 263.8 219.1 222.6 Tingkat keuntungan
MPWR 24 24 0.4858 0.1484 0.4858 0.1182 Kekuatan pasar GAP 24 24 2.2450 1.3283 2.2450 1.0409 Kesenjangan produksi
Statistics of fit Mean Mean Mean Abs Mean Abs RMS RMS
Variable N Error Error Error Error Error Error R-Square PDAB 24 1.94E-11 -43.9933 53861.6 143.6 65792.9 237.4 0.6953
DEMB 24 1.36E-10 0.8337 8758.9 10.5608 10537.7 13.1103 0.9876 HDABR 24 7.28E-12 0.3470 901.5 5.3798 1079.0 6.4180 0.6873
JPAB 24 0 45.1406 7.0272 144.4 8.7820 216.9 0.5070 RCON 24 0 1.4754 7.4735 12.1946 9.2578 15.3266 0.5393
MESH 24 0 3.4226 2.7201 15.3573 3.5713 17.9083 0.3993 INTG 24 0 11.5072 2.8619 36.2824 3.4089 43.7011 0.3013
SCPK 24 0 0.4349 3.9178 5.1661 5.0881 6.9353 0.6318 HABPR 24 -243E-14 3.1829 1850.4 15.9118 2179.3 19.8384 0.2103
COSU 24 0 5.5251 0.0962 20.7739 0.1150 29.9805 0.3829 PDTK 24 0 81.2243 166.0 162.0 214.9 255.2 0.3489
PROF 24 0 87.5075 215.4 187.7 268.5 242.4 -.0817 MPWR 24 0 4.7994 0.0926 21.2080 0.1088 26.4867 0.4394
GAP 24 0 6.2917 0.5853 24.7220 0.8771 31.4448 0.5450
The SAS System The SIMNLIN Procedure
Simultaneous Simulation Theil Forecast Error Statistics
MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef
Variable N MSE R UM UR UD US UC U1 U PDAB 24 4.3287E9 0.84 0.00 0.03 0.97 0.01 0.99 0.4148 0.2109
DEMB 24 1.1104E8 0.99 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.0639 0.0320 HDABR 24 1164206 0.83 0.00 0.01 0.99 0.04 0.96 0.0642 0.0321
JPAB 24 77.1228 0.73 0.00 0.07 0.93 0.01 0.99 0.5220 0.2672 RCON 24 85.7078 0.75 0.00 0.04 0.96 0.03 0.97 0.1432 0.0718
MESH 24 12.7540 0.63 0.00 0.00 1.00 0.19 0.81 0.2033 0.1027 INTG 24 11.6205 0.58 0.00 0.05 0.95 0.08 0.92 0.3351 0.1704
SCPK 24 25.8889 0.80 0.00 0.00 1.00 0.09 0.91 0.0639 0.0320 HABPR 24 4749140 0.48 0.00 0.02 0.98 0.20 0.80 0.1711 0.0861
COSU 24 0.0132 0.63 0.00 0.03 0.97 0.08 0.92 0.2005 0.1009 PDTK 24 46189.3 0.61 0.00 0.04 0.96 0.09 0.91 0.6114 0.3266
PROF 24 72113.4 0.37 0.00 0.20 0.80 0.02 0.98 0.7930 0.4146 MPWR 24 0.0118 0.67 0.00 0.03 0.97 0.07 0.93 0.2146 0.1081
GAP 24 0.7693 0.74 0.00 0.00 1.00 0.10 0.90 0.3381 0.1733 Theil Relative Change Forecast Error Statistics
Relative Change MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef
Variable N MSE R UM UR UD US UC U1 U PDAB 23 5.7619 0.48 0.01 0.90 0.10 0.58 0.41 2.7774 0.6773
DEMB 23 0.0211 0.98 0.00 0.18 0.82 0.11 0.89 0.2281 0.1099 HDABR 23 0.00419 0.86 0.00 0.04 0.96 0.00 1.00 0.5227 0.2654
JPAB 23 3.9840 0.47 0.01 0.74 0.25 0.32 0.67 1.6924 0.5710 RCON 23 0.0203 0.76 0.00 0.30 0.70 0.06 0.94 0.7585 0.3475
MESH 23 0.0481 0.68 0.00 0.07 0.93 0.03 0.97 0.7401 0.3930 INTG 23 0.2068 0.75 0.00 0.03 0.97 0.04 0.96 0.6468 0.3448
SCPK 23 0.00389 0.84 0.00 0.00 1.00 0.07 0.93 0.5441 0.2926 HABPR 23 0.0357 0.71 0.00 0.19 0.81 0.00 0.99 0.7767 0.3779
COSU 23 0.0468 0.77 0.00 0.07 0.92 0.01 0.99 0.6621 0.3389 PDTK 23 5.5525 0.70 0.00 0.02 0.98 0.07 0.93 0.6730 0.3686
PROF 23 13.8725 0.33 0.03 0.10 0.87 0.12 0.85 0.9547 0.5833 MPWR 23 0.0702 0.80 0.00 0.01 0.99 0.05 0.95 0.5866 0.3145
GAP 23 0.0978 0.81 0.02 0.21 0.77 0.03 0.95 0.6478 0.3039
Lampiran 3. Hasil Simulasi Perubahan Faktor-faktor Eksternal di Industri Broiler