Konsentrasi Dampak Konsentrasi Industri terhadap Kinerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Industri Broiler Indonesia

keuntungan, yaitu : 1. Konsentrasi menimbulkan kolusi 2. Kolusi akan menciptakan profit jika hambatan masuk tinggi 3. Efek ini terjadi pada perusahaan-perusahaan besar. Secara teori atau prakteknya, karakter, intensitas dan efektivitas dari kompetisi antar perusahaan akan dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat konsentrasi Bain, 1968. Tingkat konsentrasi dapat dihitung dengan berbagai cara, dua diantaranya adalah dengan rasio konsentrasi atau concentration ratio CR dan Herfindhal-Hirschman Index HHI. Rasio Konsentrasi Rasio konsentrasi merupakan cara yang umum dalam menjelaskan struktur industri Utton, 1970. Rasio konsentrasi merupakan jumlah pangsa pasar dari perusahaan m terbesar. Contohnya, CR 4 menggambarkan rasio konsentrasi dari empat perusahaan terbesar. Semakin tinggi tingkat konsentrasi, maka struktur akan semakin terkonsentrasi atau dengan kata lain semakin mengarah ke monopoli. Adapun mekanisme perhitungannya adalah sebagai berikut. m CR m = ∑ S i i dimana : CR m = Rasio konsentrasi m perusahaan terbesar S i = Pangsa pasar perusahaan i Dari perhitungan di atas, dapat kita ketahui bahwa perhitungan rasio konsentrasi adalah dengan menggabungkan pangsa pasar sejumlah perusahaan yang terdapat dalam suatu industri. Adapun perhitungan pangsa pasar suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara berikut : X i S i = n ∑ X i i= dimana : S i = Pangsa pasar n = Jumlah pemain dalam pasar X i = Output atau value added aset perusahaan i Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa dalam menghitung pangsa pasar dapat dilakukan dengan cara membagi jumlah output yang dihasilkan perusahaan i dengan jumlah output yang dihasilkan dalam suatu industri dimana perusahaan itu bergerak. Namun, dalam perhitungan dengan metode CR ini, memiliki beberapa kelemahan, seperti : 1. CR tidak memberikan informasi mengenai masuknya pesaing ke dalam industri 2. CR tidak menjelaskan distribusi perusahaan secara menyeluruh 3. CR tidak memberikan informasi tentang perubahan posisi dan rangking perusahaan yang ada dalam industri, mengabaikan tingkat persaingan diantara perusahaan-perusahaan di pasar tersebut. Meski begitu, banyak pengamat ekonomi dalam studi organisasi industri sepakat bahwa rasio konsentrasi merupakan indeks dari struktur pasar. Sering dihipotesakan bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi maka semakin besar pula kemungkinan adanya kekuatan pasar di dalam industri tersebut. Kondisi ini juga menunjukkan semakin tinggi kemungkinan terjadinya kolusi. Konsentrasi dikatakan tinggi jika nilai konsentrasi penjualan dari empat perusahaan terbesar melebihi 70 persen dari total penjualan atau menggunakan jumlah kuadratik dari prosentase penjualan empat atau delapan besar perusahaan market share dalam industri. Penguasaan pasar market share adalah indikator utama dari posisi suatu perusahaan dalam pasar. Semakin kecil market share, semakin besar tekanan bersaing perusahaan tersebut. Ini juga merupakan indikator langsung dari derajat tingkat oligopoli Sheperd, 1997. Jika banyaknya penjual di pasar hanya satu, maka disebut monopoli. Jika banyaknya penjual ada beberapa, maka disebut oligopoli. Rasio konsentrasi dari beberapa perusahaan besar menentukan horisontalnya market power dari perusahaan besar di dalam pasar. Herfindhal-Hirschman Index HHI Selain dengan CR, tingkat konsentrasi juga dapat dihitung dengan menggunakan HHI. Berbeda dengan CR, dalam HHI semua perusahaan dimasukkan dalam perhitungan tingkat konsentrasi suatu industri. Dengan kata lain, Herfindhal-Hirschman Index HHI merupakan penjumlahan kuadrat sederhana dari pangsa pasar untuk semua perusahaan dalam suatu industri. Adapun mekanisme perhitungannya adalah : n HHI = ∑ S i 2 dimana : n = Jumlah seluruh perusahaan dalam suatu industri S = Pangsa pasar HHI bernilai antara 0 sampai 1. Semakin mendekati satu, maka struktur industri akan semakin terkonsentrasi. Kurva Lorenz dan Indeks Gini Pendekatan lain untuk melihat konsentrasi industri adalah dengan menggunakan pemetaan Kurva Lorenz dan penghitungan Indeks Gini Adelaja et al . 1998, Wang 2004. Kurva Lorenz dan Indeks Gini dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan inequality dari perusahaan-perusahaan di dalam industri. Kurva Lorenz dan Indeks Gini mengindikasikan tingkat kompetisi dalam suatu pasar dengan mengukur inequality dalam distribusi ukuran dari perusahaan- perusahaan Hart dan Prais, 1956 dalam Carlton dan Perloff, 2000. Indeks Gini adalah ukuran statistik yang diperoleh dari Kurva Lorenz, yang terkait dengan pangsa kumulatif dari total nilai suatu variabel output, pendapatan, jumlah pekerja terhadap angka atau persentase dari perusahaan-perusahaan yang n i=1 ada dalam suatu industri yang diurutkan meningkat sesuai ukurannya. Jika kurva berbentuk lurus, seluruh perusahaan memiliki ukuran yang sama, dan industri dapat dipandang sebagai completely unconcentrated, mengindikasikan tingkat kompetisi yang tinggi di pasar. Secara umum, perusahaan-perusahaan tidak mempunyai ukuran yang sama dalam suatu industri, dan semakin besar deviasi dari garis diagonal terhadap Kurva Lorenz, semakin besar inequality dari ukuran perusahaan dan semakin besar konsentrasi pasar. Sebaliknya, semakin dekat kepada garis diagonal, semakin terdistribusi dan perusahaan-perusahaan semakin tidak terkonsentrasi. Kurva Lorenz mengilustrasikan teoritis mengenai distribusi penguasaan input oleh beberapa perusahaan industri. Terlihat sekitar 40 persen perusahaan industri menguasai sekitar 15 persen output pasar. Bila kurva lorenz semakin mendekati diagonal distribusi output semakin merata. Sebaliknya semakin menjauhi diagonal semakin tidak merata. Selanjutnya melihat keadaan konsentrasi dengan menggunakan Indeks Gini. Sumber : Ferguson, 1988 Gambar 10. Derivasi Indeks Gini dari kurva Lorenz Indikator Ketimpangan Indeks Gini Indeks Gini, yang sering disebut juga dengan Gini Ratio, Gini Coefficient, dan Gini’s Concentration Ratio, dikembangkan oleh Gini Corrado pada tahun 1912 untuk menjelaskan distribusi pendapatan. Indeks Gini diturunkan dari kurva Lorenz, dihitung sebagai rasio antara area A area antara kurva Lorenz dan garis distribusi merata sempurna dengan area A+B area antara merata sempurna dan ketimpangan sempurna. Indeks Gini berkisar antara nol merata sempurna dan satu ketimpangan sempurna yang berarti semakin besar Indeks Gini semakin timpang pendapatan. Indeks Gini dihitung dengan formula yang dimodifikasi sebagai berikut BPS, 2009b : GI = 1 – Σ fp i Fc i + Fc i-1 100 B A C C u m u lativ e p er ce n tag e o f o u tp u t Cumulative percentage of firm from the smallest dimana : GI = Gini Index fp i = frekuensi perusahaan dalam kelas output ke-i Fc i = frekuensi kumulatif dari total output dalam kelas pendapatan ke-i Fc i-1 = frekuensi kumulatif dari total output dalam kelas pendapatan ke- i-1.

b. Hambatan Masuk

Hambatan masuk merupakan kondisi di mana terdapat halangan-halangan untuk masuk dan atau untuk keluar suatu industri. Jika tidak terdapat halangan untuk masuk atau keluar, maka akan sulit bagi perusahaan yang sudah berdiri untuk mempertahankan harga di atas biaya marginal dan mendapatkan keuntungan Church dan Ware, 2000. Terdapat dua bentuk hambatan masuk, yaitu Economic Entry Barrier atau natural dan Non-Economic Entry Barrier atau artifisial. Maksud dari natural adalah hambatan masuk yang dapat dijelaskan dengan teori ekonomi, sedangkan artifisial adalah hambatan yang tidak dapat dijelaskan dengan teori ekonomi, namun dengan teori lain seperti teori politik, sosial budaya, dan lain-lain di luar teori ekonomi. Economic Entry Barriers dapat dibagi menjadi tiga, yaitu Economic of Scale, Absolute Cost AdvantageCapital Requirement, dan Differentiated Product . Sedangkan Non-Economic Entry Barrier terdiri dari peraturan pemerintah dalam proses pembangunan, hak paten, dan lisensi.

c. Skala Ekonomi

Skala ekonomi Economics Of Scale merupakan keadaan dimana perusahaan dapat menghasilkan jumlah output yang banyak dengan biaya yang lebih murah. Dengan kata lain, jika suatu perusahaan menambah jumlah produksi, maka biaya akan menurun, sehingga biaya produksi per unit akan lebih murah. Jika yang berlaku sebaliknya, dimana jika Average Cost AC lebih kecil dari Marginal Cost MC maka kondisi tersebut dikatakan sebagai diseconomies of scale. Sedangkan, jika biaya rata-rata sama dengan biaya marginal maka kondisi tersebut dikatakan constant return to scale atau mencapai MES Minimum Efficiency of Scale . Dapat dikatakan jika MES semakin besar, maka hambatan masuk industri juga akan menjadi besar karena entry cost yang tinggi bagi pemain baru. Bila suatu perusahaan memiliki skala ekonomis, biaya rata-rata akan turun ketika output meningkat. Secara sederhana dapat digambarkan dalam bentuk matematis, dengan mengasumsikan C sebagai Constant Marginal Cost, dan C sebagai biaya tetap. Maka persamaan yang diperoleh adalah sebagai berikut : C q = C + Cq dimana biaya rata-rata adalah : ACq = C + C q Berdasarkan persamaan di atas, dapat dilihat bahwa AC Average Cost menurun seiring peningkatan output. Memproduksi dengan skala besar akan mengakibatkan biaya tetap yang besar akan menekan AC dan membuat AC mendekati MC. Jika C kecil maka penurunan AC seiring peningkatan output tidak begitu besar. Namun, jika C besar, AC akan menurun lebih cepat seiring peningkatan output. Oleh karena itu, skala ekonomis akan lebih berperan jika biaya tetap yang besar. Dalam teori ekonomi mikro, skala ekonomis bila dilihat dengan FC Functional Coefficient, yaitu : FC = AC = 1 + C MC q Jika FC lebih besar dari satu, maka AC akan lebih besar daripada MC, dan ini dikatakan sebagai skala ekonomis. Sebaliknya, jika FC lebih kecil dari satu, mengakibatkan AC naik seiring peningkatan output, maka dapat disebut sebagai skala non-ekonomis. Sedangkan, jika FC sama dengan satu, menandakan bahwa AC sama dengan MC, dan ini dikatakan sebagai skala konstan, di mana AC berada di titik terendah. Para ekonom sering menyebutkan kondisi tersebut sebagai MES Minimum Efficiency of Scale Carlton dan Perloff, 2000. Economies of Scale dapat juga ditunjukkan melalui kurva biaya AC dalam jangka panjang seperti Gambar 11. Kurva ini dapat memberikan penjelasan adanya hambatan masuk dalam pasar. Bandingkan antara pendatang baru Entrance dengan pemain lama Incumbant. Pemain lama lebih memiliki keuntungan dibandingkan dengan pemain baru. Hal tersebut terjadi karena pemain lama sudah terlebih dahulu berada di pasar. Ini menandakan mereka lebih memiliki banyak pengalaman dalam melakukan produksi. Sumber : Carlton dan Perloff, 2000 Gambar 11. Kurva skala ekonomi Pada gambar di atas, Incumbant dapat diilustrasikan dengan AC 2 . Dengan mengasumsikan bahwa AC berhubungan dengan harga, maka perubahan AC tercermin pada perubahan harga. Jika AC menurun, maka harga juga akan turun. Bagi pemain baru, mereka akan berfikir untuk memasuki pasar ini. Jika mereka ingin bersaing dengan pemain lama, maka pemain baru harus berusaha untuk memproduksi barangnya pada level Q 2 . Sedangkan, pemain lama untuk memasuki level produksi ini butuh melewati suatu proses pembelajaran, seperti melewati Q 1 terlebih dahulu. Untuk pemain baru, mereka baru dapat memproduksi pada level